Last night, I and one of my friend went to Museum Perumusan Naskah Proklamasi or well known as Rumah Laksamana Maeda at Imam Bonjol street 1. Mengunjungi museum pada malam hari sungguh berbeda dari siang hari. Jika tidak ada event KHI (re: Komunitas Historia Indonesia), mungkin tidak akan ke sana tadi malam. Hari itu ada rapat hingga malam dan besok paginya apel. Benar-benar nekat. Beruntung dibuat tidak menyesal, walaupun harus menahan kantuk yang melanda.
Acara dimulai jam sembilan malam, kami baru sampai. Antrian registrasi masih mengular dan kami tidak sengaja bertemu adik-adik angkatan. Penting memang meninggalkan attire sejenak jika tidak ingin terdeteksi :v *abaikan
Oh iya, ini memang bukan kali pertama saya ke museum. Jika ditambahkan pada malam hari, iya, museum ini yang pertama. Museum Sejarah Nasional di bawah cawan Monumen Nasional menjadi yang pertama saya kunjungi. Setelah itu, diajak tour museum oleh seorang teman, yang pada akhirnya tidak pernah beranjak dari kata wacana. Selanjutnya ke Museum Nasional Indonesia dengan teman-teman yang berbeda dalam rangka Jakarta City Tour kala itu. Lalu, dua bulan lalu (18/06) mulai ikut kegitan KHI dengan tema Jelajah Jejak Arab di Batavia. Fascinating, saya menemukan bahwa belajar sejarah bisa semenyenangkan itu. Guide yang mengerti sejarah benar-benar membantu, membuat ingin belajar lebih banyak lagi. Dulu ketika masih sekolah, I always said history is not my cup of tea.
Tadi malam belajar lagi peristiwa-peristiwa penting menjelang perumusan naskah proklamasi. Mulai dari lumpuhnya Jepang setelah pengeboman Hiroshima Nagasaki, pengasingan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok, perjuangan Ibu Fatmawati mencari kain hingga menjahit bendera merah putih pertama kali, hingga Sayuti Melik mengetikkan naskah proklamasi. Sungguh kemerdekaan Indonesia diperjuangkan dengan keringat, darah, dan nyawa. Kita sekarang pun perlu mengisi kemerdekaan dengan berjuang: berjuang melawan lupa, hilang ingatan sejarahnya.
"bangunlah jiwanya, bangunlah badannya"
Kita tidak bisa sampai pada kondisi sekarang tanpa bambu runcing. Mari manfaatkan momentum introspeksi. Sudah tercapaikah cita-cita bangsa? Apa yang sudah kita lakukan untuk bangsa ini? Kita memang berbeda-beda, jangan individualis, jadilah sebaik-baiknya manusia yang bermanfaat.
Mari merayakan kemerdekaan dengan belajar sejarah, mengenal para pahlawan, mengenal perjuangan mereka, mendoakan mereka, mengapreasiasi mereka, hingga kita bisa meneruskan cita-cita mereka, bukan dengan hura-hura. Apakah lomba balap karung, makan kerupuk, atau lari bawa kelereng di atas sendok akan meningkatkan kecintaan pada Indonesia?
Mari merayakan kemerdekaan dengan belajar sejarah, mengenal para pahlawan, mengenal perjuangan mereka, mendoakan mereka, mengapreasiasi mereka, hingga kita bisa meneruskan cita-cita mereka, bukan dengan hura-hura. Apakah lomba balap karung, makan kerupuk, atau lari bawa kelereng di atas sendok akan meningkatkan kecintaan pada Indonesia?
"cintai sejarah, supaya kita bisa lebih mencintai Indonesia"
Another shot. Have you ever got different feeling when sang national anthem, Indonesia Raya? Menyanyikan lagu Indonesia Raya tidak pernah sama lagi. I don't remember exactly from when. Mungkin ketika menyanyikan lagu tersebut sesaat sebelum turnamen internasional di Gelora Bung Karno. Atau mungkin ketika menyanyikan lagu tersebut di luar teritorial Indonesia. Ada perasaan jatuh cinta, bergetar, yang entahlah, tidak bisa dijelaskan dengan rinci sejak kapan atau karena apa. It's just happen.
Tadi malam menemukan hal yang menambah rasa bergetar menyanyikan Indonesia Raya. Lagu yang diciptakan W.R. Supratman ini ternyata memang lagu yang paling menggugah semangat. Lagu yang dinyanyikan pertama kali pada kongres pemuda ini, bahkan penciptanya tidak bisa menyaksikannya menjadi lagu kebangsaan karena beliau meninggal sebelum Indonesia merdeka. Sudah punya lagu ini di smartphone masing-masing? Kalau belum, silakan di-download terlebih dahulu atau kalau berminat dijadikan ring back tone seperti Kang Asep Kambali, founder KHI.
Overall, acara kayak tadi malam beneran worth to try, again. Menambah wawasan, menambah pengalaman, menambah teman pun. Sayang film dokumenter berbahasa Jepang kemarin tidak ada subtitle-nya. Jadi agak sulit memahami ketika tidak dinarasikan. Alhasil, lost focus sometimes. Sesi renungan kemerdekaan membuat saya benar-benar bangun malam itu. Thanks for remind me. The highlight, jelajah tengah malam peristiwa perumusan proklamasi kemerdekaan RI dimulai setengah satu dini hari. Our group guide (re: Rendy) did a good job. Terima kasih penjelasannya kak.
"kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan sejarah?"Sekian cerita kali ini. Masih banyak hal-hal seru di museum ini, misalnya teks proklamasi tulisan asli Soekarno atau patung lilin Sayuti Melik yang mengetik naskah proklamasi atau bunker misterius di belakang museum. Sengaja tidak memberikan gambar spoiler :D Silakan menyempatkan diri berkunjung, belajar sejarah, mengenal para pahlawan pejuang proklamasi di sana. Tenang saja masuknya gratis, tapi tetap saja museum di sini sepi pengunjung. Kesadaran diri masing-masing sepertinya yang perlu ditingkatkan :)