CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 24 Maret 2012

Hafalan Sholat Delisa

Pengarang : Tere Liye
Tebal        : vi + 266 Halaman
Penerbit    : Republika

Novel yang pertama kali ku beli. Bener-bener ga nyesel udah beli. Ceritanyaaa subhanallah. Awesome :3 Novel yang ada di tanganku sekarang sudah cetakan ke-XIX. Best seller. Udah ada filmnya juga katanya. Tapi aku belum nonton. Gimana buat filmnya ya. Apalagi ada latar tsunaminya.

Ceritanya tentang anak umur 6 tahun yang sedang berusaha menghafal bacaan shalat. Dari takbiratul ihram sampai salam. Ia sering tertukar-tukar bacaan shalatnya. Jika berhasil menghafal, ia dijanjikan sebuah kalung emas 2 gram dengan inisial D untuk Delisa dari Umminya dan sebuah sepeda dari Abinya. Kakak-kakaknya ikut membantu adiknya itu. Ada Kak Aisyah yang membuatkannya 'jembatan keledai' untuk memudahkannya mengingat bacaan shalatnya. Ada Kak Zahra sama Kak Fatimah juga yang medukungnya.

Entah berapa kali aku bergetar baca novelnya. Apalagi saat-saat itu. 26 Desember 2006. Tanggal yang akan diingat banyak orang. Pagi itu, saat Delisa sedang menyetor hafalan shalatnya pada Ibu Guru Nur di sekolahnya. Gempa datang, sekolahnya berguncang dan Delisa tetap melanjutkan shalatnya. Ia ingin shalat dengan khusyu'. Pikirannya cuma satu. Ia hanya ingin mempersembahkan shalatnya yang sempurna saat itu. Gempa mulai mereda. Delisa tetap melanjutkan shalatnya. Ia tidak terpengaruh betapa hiruk-pikuknya di luar sana. Saat ia hendak melakukan sujud pertamanya, saat itulah air bah itu datang dari pantai Lhok Nga. Air itu membuatnya terhantam dinding sekolah, membawanya terseret. Ibu Guru Nur mencoba menggapainya dengan sisa kekuatan yang ia punya. Ia menggunakan kerudungnya yang telah robek untuk melilitkan tubuh Delisa yang sudah pingsan pada sebatang kayu. Delisa terseret arus, kakinya menghantam pagar sekolah. Tubuhnya terjepit.
Aku ga bisa menggambarkannya sebaik Tere Liye. Untaikan kata-katanya saat menggambarkan hal itu benar-benar sukses membuatku banjir air mata. Kalian harus baca sendiri pokoknya. Apa ya. Aku sampai bingung harus berkata apa lagi. Subhanallah. Bagus banget pokoknya novelnya. Aku baru nyeritaiin bagian awalnya di atas. Kisah selanjutnya baca sendiri yaa hehe. Endingnya bener-bener jleb. Aku ga nyangka tiba-tiba habis gitu aja. Ga terduga.

Banyak pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. Anak sekecil itu. Betapa murni hatinya. Aku juga pengen. Aaaa. Pengen bisa shalat dengan sempurna. Pengen khusyuk dan hanya berpikir satu. Lillahita'ala. Aku malu, benar-benar malu pada Allah SWT. Entah berapa kali aku lalai dalam shalat. Sering lupa berapa jumlah rakaat yang sudah ku kerjakan. Tidak bisa berpikiran satu. Sering memikirkan hal-hal duniawi. Astagfirullah. YA ALLAH, ampunilah hamba-Mu yang penuh dosa ini. Aku harus memperbaiki bacaan shalatku. Belajar shalat yang baik dan benar. Karna shalat adalah ibadah yang paling penting. Ibadah yang mencerminkan keimanan seseorang. Iya kan?

Hem.
Aku juga pengen hatiku bergetar setiap membaca untaian ayat-ayat suci firman Allah SWT, Al Qur'an. Saat membaca huruf-huruf Arab itu, aku sama sekali tidak mengerti. Barulah aku mulai mengerti saat membaca terjemahnya pada Mushaf. Baru aku tersadar. Selama ini hanya membacanya saja tanpa mengerti arti dan maksudnya seperti apa. Makasih buat seseorang yang sudah menyuruhku membaca artinya :) Aku juga malu. Aku belajar Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Bahasa Korea, Bahasa Jepang. Lalu kenapa aku ga belajar Bahasa Arab? Bahasa yang digunakan dalam Al Qur'an. Bahasa yang akan digunakan malaikat kelak saat menanyaiku di dalam kubur. Lalu, bagaimanakah aku menjawabnya? Aku yang belum pernah belajar Bahasa Arab ini. Bagaimanakah? Aku harus mulai sedikit demi sedikit membenahi diriku. Diriku yang selama ini berorientasi pada duniawi. Padahal dunia ini hanya seper sekian sekian dari akhirat kelak. Kehidupan akhiratlah yang kekal. Dunia hanya perhiasan saja. Ubah mindset. Akhirat oriented sebagai tujuan jangka panjang :)

Aku juga pengen mengucapkan hal yang sama kayak Delisa. 'Nita cinta Ummi, Abi karena Allah' :) Sederhana. Tapi kalimat itu sekarang hanya menggantung di tenggorokan. Entah kapan aku bisa mengatakan hal seindah itu kepada orang tuaku yang sudah membesarkanku sampai sekarang. Masih sempatkah aku mengucapkannya secara langsung? Sebelum nafas ku berhenti berhembus, sebelum orang tuaku menghembuskan nafas terakhirnya. Masih sempatkah? Aku harap masih punya sisa umur untuk melakukannya. Semua orang pasti akan mati kan? Beruntunglah kalian yang masih punya orang tua didekat kalian. Bisikkanlah kata-kata itu dengan tulus ikhlas dari dalam hatimu untuk kedua orang tuamu :)

Semoga bermanfaat :)
Kalau ada salah kata mohon dikoreksi. Kalau ada yang kurang berkenan mohon maaf. Tulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Hanya hasil dari seorang penulis amatir yang sedang berusaha membuat tulisan yang 'sedikit' berkualitas dari yang biasanya ia buat -_-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar