Judul: Dear You
Penulis: Moammar Emka
Editor: Christian Simamora
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2012 (cetakan ketiga)
Tebal: 382 halaman
"Seberapa jauh aku bisa bersembunyi tanpa mengingatmu? Sepertinya aku tak mampu melakukannya."
Ah, sudah lama mengidamkan buku ini, sudah lama juga menamatkannya, tapi sama sekali tak keberatan membacanya ulang demi review ini. Sungguh, bagaimana mengatakannya ya, buku ini terbilang frontal, hati-hati terseret, apalagi sampai baper. Haha. Suka diksinya yang tak biasa, tapi sungguh mengena. Merah jambu sampai biru legam.
"Jarak terkadang lebih indah karena ada jeda dan memberi ruang rindu yang luas bagi hadir sang cinta nanti."
"Karena kata hanya perantara, tak bisa seutuhnya. Biarkan rasa yang bicara dari kedalamannya, detik ini. Masih. Rindu ini, untukmu."
"Mulailah belajar melupakanku. Jika tidak mampu, biasakanlah mencintaiku."
Buku ini berisi kumpulan prosa yang dipersembahkan untuk cinta, demi cinta, dan kepada cinta. Sejumlah cinta, rindu, gerimis, hujan, dan senja dipaparkan. Kadang ada bagian-bagian yang ringan, mudah dicerna. Namun, kadang juga ada bagian-bagian yang perlu dibaca pelan-pelan baris demi baris, perlu dieja ulang dari awal untuk memahami maknanya. Ungkapan-ungkapan yang digunakan terkadang ada yang kocak juga xD
1. Demi Apa? Demikian Aku Mencintaimu
"Ada dan tiada—bagimu, rasa itu tetap kujaga. Tersimpan rapi dalam bejana pengharapan. Di suatu masa, siap tahu, akan hadir kesempatan kedua bagi cinta kita."
"Terima kasih telah masuk ke dalam pintuku. Bukannya aku ingin menguncimu, tapi... bisakah kamu tinggal selamanya?"
"Mampukah aku beranjak pergi, dengan semua tentangmu pelan-pelan membatu dan memberatkan langkahku? Padahal aku tak bisa berlama-lama ada di sini. Padahal kau juga sudah lama tak ada di sini."
2. Beginilah Rindu Kubakukan
"Tak jera! Kugelitik kenangan tentangmu untuk bangkit lagi dari bejananya. Dan tiba-tiba memenuhi, ruang pengharapanmu."
"Rindu dan kamu itu seperti angin. Tak bisa kulihat, tapi kurasakan kehangatan juga kegelisahannya."
"Di kilometer tanpa nama, tiba-tiba kuingat segalamu. Menghasut getar, menampar nalar, dan tepikan ingkar. Lalu, terbitlah rindu."
"Setelah waktu membeku sunyi, lalu tiba-tiba kabarmu menyelinap di cuping telingaku, selalu ada debar yang mendidih dalam rindu."
3. Selamat Malam, Cinta
"Kau tahu apa yang aku cium sekarang? Kerinduan. Menanti dan menunggu hadirmu membuat jantungku berdegup kencang, dan mematuk nada berulang-ulang. Seperti menabuh genderang di belantara tak bertuan."
"Kau tahu apa yang kupeluk dalam kesendirian? Kenangan tentangmu yang lekang menghujam dalam adaku. Bahkan, dalam mimpiku, pasti."
"Menabung sedikit senyum malam ini, siapa tahu esok hari ada bahagia datang menyapa hati."
"Alih-alih melepaskan dan melupakan, apa daya, ingatan punya haknya sendiri. Bergeming dari tempatnya. Kala itu, waktu itu. Kala itu, masa itu. Manakala tanpamu, seperti tiada waktu dan tiada masa untuk mengeja bahagia."
"Detik ini, apalagi yang bisa kureka-reka tentangmu, kecuali rindu dan selebihnya, udara yang diam."
4. Selamat Pagi, Mata
"Sarapan apa pagi ini? Sepiring memori tentangmu yang terpatri dan tak pernah basi."
"Cukup dengan memikirkanmu, pagiku mengucap selamat tinggal pada basi. Selamat pagi. Jaga diri, jaga hati."
"Semua masih tentangmu. Mimpi itu, harapan itu. Tak ada yang berubah. Setiap incinya begitu berarti. Selamat pagi."
"Selamat pagi. Dan... aku masih setia menimang mimpi tentangmu yang belum juga datang menjelang untuk sendiriku."
"Cinta tak selalu cukup, hanya butuh dimengerti." Demikian, kata pagi untuk sendiriku.
5. Say Goodbye
"Galau itu sebagian dari rindu. Kalau berlangung terus menerus hubungi rumah sakit terdekat."Ada banyak banget kutipan favorit dari buku ini. Entah emang karena suka, entah tersindir, entah terjleb-jleb. Haha. Udah usaha mengurangi jumlahnya tapi ternyata masih tetep banyak. Maafkeun. Kalau kalian merasa ini spoiler, jangan dibaca selanjutnya.
"Kangen itu mirip kebelet buang air besar. Makin ditahan, makin blingsatan."
"Penemuan bersejarah di hidupku itu ya kamu. Selamanya ingin kumuseumkan di hati."
Aku selalu jatuh cinta dengan pagi. | "Kalau sama aku?" | "Bentar, bentar. Aku cek isi hati dulu."
1. Demi Apa? Demikian Aku Mencintaimu
"Ada dan tiada—bagimu, rasa itu tetap kujaga. Tersimpan rapi dalam bejana pengharapan. Di suatu masa, siap tahu, akan hadir kesempatan kedua bagi cinta kita."
"Terima kasih telah masuk ke dalam pintuku. Bukannya aku ingin menguncimu, tapi... bisakah kamu tinggal selamanya?"
"Mampukah aku beranjak pergi, dengan semua tentangmu pelan-pelan membatu dan memberatkan langkahku? Padahal aku tak bisa berlama-lama ada di sini. Padahal kau juga sudah lama tak ada di sini."
2. Beginilah Rindu Kubakukan
"Tak jera! Kugelitik kenangan tentangmu untuk bangkit lagi dari bejananya. Dan tiba-tiba memenuhi, ruang pengharapanmu."
"Rindu dan kamu itu seperti angin. Tak bisa kulihat, tapi kurasakan kehangatan juga kegelisahannya."
"Di kilometer tanpa nama, tiba-tiba kuingat segalamu. Menghasut getar, menampar nalar, dan tepikan ingkar. Lalu, terbitlah rindu."
"Setelah waktu membeku sunyi, lalu tiba-tiba kabarmu menyelinap di cuping telingaku, selalu ada debar yang mendidih dalam rindu."
3. Selamat Malam, Cinta
"Kau tahu apa yang aku cium sekarang? Kerinduan. Menanti dan menunggu hadirmu membuat jantungku berdegup kencang, dan mematuk nada berulang-ulang. Seperti menabuh genderang di belantara tak bertuan."
"Kau tahu apa yang kupeluk dalam kesendirian? Kenangan tentangmu yang lekang menghujam dalam adaku. Bahkan, dalam mimpiku, pasti."
"Menabung sedikit senyum malam ini, siapa tahu esok hari ada bahagia datang menyapa hati."
"Alih-alih melepaskan dan melupakan, apa daya, ingatan punya haknya sendiri. Bergeming dari tempatnya. Kala itu, waktu itu. Kala itu, masa itu. Manakala tanpamu, seperti tiada waktu dan tiada masa untuk mengeja bahagia."
"Detik ini, apalagi yang bisa kureka-reka tentangmu, kecuali rindu dan selebihnya, udara yang diam."
4. Selamat Pagi, Mata
"Sarapan apa pagi ini? Sepiring memori tentangmu yang terpatri dan tak pernah basi."
"Cukup dengan memikirkanmu, pagiku mengucap selamat tinggal pada basi. Selamat pagi. Jaga diri, jaga hati."
"Semua masih tentangmu. Mimpi itu, harapan itu. Tak ada yang berubah. Setiap incinya begitu berarti. Selamat pagi."
"Selamat pagi. Dan... aku masih setia menimang mimpi tentangmu yang belum juga datang menjelang untuk sendiriku."
"Cinta tak selalu cukup, hanya butuh dimengerti." Demikian, kata pagi untuk sendiriku.
5. Say Goodbye
"Aku akan berdiri di jalanku. Mengundurkan diri sebagai tiang dan jembatan tanpa sebab, untukmu."
"Kenangan. Hal yang lalu. Mungkinkah kenangan bisa jadi sesuatu yang sekarang terjadi? Aku di dalam kenanganmu, di suatu hari tanpa nama.
"Tentangmu. Melupakan, tak mampu. Menjaga dan menyimpannya rapi di sudut hatiku, itu kuasa pilihanku."
"Kita punya masa lalu. Itu semua tergantung cara kita mengatasinya. Dan, maaf, aku belum mampu menanggalkanmu, satu sentimeter pun."
"Belajar melupakanmu itu sungguh pekerjaan rumah yang besar dan menguras perasaan. Andai saja akar ingatan itu tak kuat mencengkeram."
"Di sudut kenangan, aku berhenti sejenak; membaui hening. Apakah semua yang tercatat di sini telah membeku? Mungkin. Tapi, apa yang kuingkari tak bisa berlari dari nyata; rindu dan kamu."
"Aku selalu berpikir, saat kamu pergi itulah titik. Ternyata, aku salah! Aku masih dalam lingkaran."
"Kenangan. Hal yang lalu. Mungkinkah kenangan bisa jadi sesuatu yang sekarang terjadi? Aku di dalam kenanganmu, di suatu hari tanpa nama.
"Tentangmu. Melupakan, tak mampu. Menjaga dan menyimpannya rapi di sudut hatiku, itu kuasa pilihanku."
"Kita punya masa lalu. Itu semua tergantung cara kita mengatasinya. Dan, maaf, aku belum mampu menanggalkanmu, satu sentimeter pun."
"Belajar melupakanmu itu sungguh pekerjaan rumah yang besar dan menguras perasaan. Andai saja akar ingatan itu tak kuat mencengkeram."
"Di sudut kenangan, aku berhenti sejenak; membaui hening. Apakah semua yang tercatat di sini telah membeku? Mungkin. Tapi, apa yang kuingkari tak bisa berlari dari nyata; rindu dan kamu."
"Aku selalu berpikir, saat kamu pergi itulah titik. Ternyata, aku salah! Aku masih dalam lingkaran."
6. Dor!
"Yes, Sniper! Bantu aku menembakkan rindu dari jarak ribuan kilometer."
"Di antara sikap acuh tak acuh, dan kerlingan gagu, tidakkah kamu tahu aku tengah memperhatikanmu."
"Aku katakan kepadamu: rinduku bukan sejenis parfum yang harumnya bisa menghilang dalam hitungan jam."
"Penuh sesak. Rindu yang kutampung melebihi kapasitasnya. Berdesakan inging keluar mencari pintu pertemuan."
"Sekalipun paku luka telah kucabut, tetap saja membekas dalam—di sini, di dadaku (yang masih bergetar tiap kali mengingatmu)."
"Tabungan masa depan: investasi perasaan. Bunga progresif. Jaminan kebahagian. Di kamu, kubukukan."
"Coba saja kamu jatuh cinta sekali. Ujian yang datang pasti berkali-kali."
"Kalau sudah sayang, jangan dibuang sembarangan."
7. Tanya Hati, Entah
"Entah di mana, entah kapan masanya, cinta itu memanggilku lagi? Jika itu terjadi, semoga kamulah tujuanku berlari—sekali lagi."
"Aku telah berjalan jauh dari diriku, tapi sepertinya tidak darimu. Entahlah!"
"Aku telah berjalan jauh dari diriku, tapi sepertinya tidak darimu. Entahlah!"
"Di sana, aku masih saja berharap bisa menunggumu. Tapi, entah kapan itu menjadi nyata. Atau sebaiknya, aku pergi saja dan membunuh semua tentangmu, tak bersisa?"
"Aku tengah membaca tandamu. Pada arakan mendung, pada senandung embun. Masih berdetakkah getarmu, untukku?"
"Bagaimana mungkin meringkas dan menuntaskan cerita jika kamu adalah paragraf tanda tanya."
"Melesat jauh dari kenyataan, kamu itu seperti 'jika'. Sesuatu yang lebih dekat pada kesemuan daripada kenyataan."
"Diam itu kalimat sunyi. Diam-diam, mengurai ceritanya sendiri. Kamu ada di antaranya sebagai peran utama."
8. Antara Aku dan Kamu
Kamu: "Rumah seperti apa yang ingin kau huni sampai tua nanti?"
Aku: "Rumah hatimu."
Kamu: "Seberapa jauh kau ingin berlari ke arahku?"
Aku: "Sampai kau izinkan aku berhenti!"
Kamu: "Apa kau takut kehilangan?"
Aku: "Sejujurnya, iya."
Kamu: "Kenapa harus takut?"
Aku: "Biar aku bisa menyimpan dan menjaga apa yang kita punya dengan sepenuh hati."
Kamu: "Ada apa dengan diammu?"
Aku: "Ah, yang diam 'kan hanya mulutku. Pikiranku? Tak pernah berhenti bicara, tentangmu. Kamu tahu itu."
Kamu: "Apa yang meyakinkanmu ini cinta?"
Aku: "Setiap kali berjarak, aku ingin cepat-cepat kembali kepadamu. Rindu."
Aku: "Setiap kali berjarak, aku ingin cepat-cepat kembali kepadamu. Rindu."
9. Dalam Senja dan Hujan Aku Menari
"Bersama kesendirian di senja yang sayu. Berbekal cerita masa lalu tentangmu; yang setia jadi sahabat sejati. Semoga kamu masih mengingatnya."
"Kamu telah mengajarkanku bagaimana menari dalam hujan. Dalam hujan itu kutemukan tawa dan tangis mengeja bahagia bersamamu, satu demi satu."
"Setiap kali melihat hujan, selalu saja ingatanku tentangmu banjir seketika. Begitu derasnya rindu ini membasahiku."
"Membaca tandamu, memilin jenuh waktu, dan menunggumu bersama senja yang bermuram. Senja boleh saja mengatup, tapi jangan hatimu yang menutup langkahku, untuk masuk lagi kepadamu."
"Kurun pertemuan kita boleh memendek bahkan terputus. Tapi rinduku tetap memanjang dan mengikat senja."
"Aku tak ingin rindu yang kubakukan hanya menjadi sekadar lalu. Maka, bersama senja aku menunggu. Lalu, kita bertemu."
"Di kening senja, ingatan tentangmu memudar abu-abu. Inikah pertanda getar perlahan berlalu? Ah, ini lebih dari memudar abu-abu, ternyata. Ingatan itu kini bergerimis air mata."
10. Love Is Beautiful
"Berharap, tak pernah sia-sia; sekecil apapun itu. Karena kesempatan selalu ada—kapan pun itu.""Hidup itu bukan tentang menunggu badai berlalu, tapi tentang bagaimana belajar menari dalam hujan."
"Begitu masuk wilayah hati, segala sesuatu sukar diprediksi. Hati-hati! Percayakan pada kata hati."
"Kadang, cinta itu tak perlu bicara. Dalam diam pun cinta tetap bisa berkata-kata."
"Belajar dari kesalahan dan menelan kegagalan sebagai pelajaran. Belajar menerimamu sebagai masa lalu dan menjadikanmu sebagai teman saja."
"Apa yang coba kuhindari? Masa kini, lalu apa nanti? Percuma lari, ketigaanya pasti kutemui. Kita bersiap diri, saja. Karena hidup itu butuh masalah supaya kita tahu bahwa kita punya kekuatan."
11. Dear You, Namamu Adalah Pernikahan Huruf yang Ingin Kutasbihkan di Awal Bulan Juli
"Jatuh cinta dan patah hati itu memang pasangan serasi.
Ketika kita jatuh karena patah hati, cinta menautkannya kembali.
Ketika jatuh dan patah, bersyukurlah kita masih punya cinta dan hati.
Ketika kita tak punya cinta dan hati, bersiaplah untuk jatuh dan patah."
"Beruntunglah punya ingatan. Dari titik jenuh, kita tinggal melompat ke masa yang paling membahagiakan."
12. Dear You, Gerimis di Bulan Januari
"Kau tahu posisiku sekarang? Aku terjepit di antara pengingkaran dan realitas perasaan."
"Menunggumu. Satu hal yang paling membahagiakan dari menunggu", yakinku, dalam hati
"Setelah sekian lama bertukar rasa bisu, akankah kau menghapus ingatan tentangku? Lakukan, jika itu pilihanmu. Aku tak mengapa."
"Kebenaran menjadi lebih rumit ketika kusadar perasaan itu begitu kokoh di tempatnya; berat pindah ke lain hati."
"Di baris keberapa, kamu ingin mengejaku sebagai subjek yang kamu garis bawahi dengan kata cinta?"
"Rinduku tak kenal ambigu. Ia cuma kenal kata kamu, satu."
"Kita memang tidak bisa memilih jatuh cinta pada siapa. Jika boleh memilih, sekali lagi aku akan jatuh cinta kepadamu."
Dududududu yang baper~
PS:
"Masih jauh kilometer yang harus ditempuh untuk menjemput bahagia, bukan dengan berdiam menunggu."
"Tersenyumlah untuk bahagia, bukan sebaliknya: menunggu bahagia untuk tersenyum. Have a sweet day!"
"Saatnya masuk ke dunia mimpi. Siapa tahu besok bisa bangun dan jatuh cinta lagi kepadamu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar