CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 11 April 2017

another perspective

"Ingat, selalu ada hal-hal bahagia yang bisa kita rengkuh. Sekecil apapun, tumbuhkan. Kumpulkan remah-remah bahagia itu. Sampai sakumu penuh. Dipenuhi syukur.
Beri ruang pada hati yang sedang biru untuk memahami bahwa setelah kesulitan, pasti ada kemudahan.
Semua akan terlewati dengan baik-baik saja. Jangan khawatir." - ajinurafifah
Hari kesekian dua minggu lalu di Kendari tergelitik tulisan Selalu Ada Bahagia yang Bisa Disyukuri karya mbak Apik. Betapa punya sahabat yang rela jauh-jauh hujan-hujanan mendatangi, pun bersedia direpotkan ini itu patut disyukuri. Betapa punya teman yang selelah-lelahnya tetap menyempatkan menyebrang untuk berkunjung patut disyukuri. Betapa punya teman-teman baru kenal yang bersedia menemani makan ataupun jalan-jalan patut disyukuri. Sungguh, selalu ada bahagia yang bisa disyukuri.

Hari pertama yang melelahkan pun hari-hari berikutnya, tumpukan surat cinta penggantian sampel, hingga menunda rencana pulang bulan lalu. Mungkin ini yang namanya bahagia yang satu digantikan bahagia yang lain. Tetap ada kepingan-kepingan bahagia yang bisa kamu pungut, seruwet apapun kehidupanmu. Pernah dengar istilah bahagia itu pilihan? Maka pilihlah untuk bahagia. Selamat tinggal frasa bahagia yang tertinggal di masa lalu. Di masa sekarang, pun di masa yang akan datang mungkin kamu bisa bahagia. Apalagi kalau sudah menemukan jawab ya, jawaban atas doa-doa yang kamu gantungkan di langit. Kemudian vanish into thin air *abaikan.

Satu hal lagi yang ingin saya bagi. Fyi, jalanan ibukota sedang tidak sehat. Betapa menyedihkan lembar presensi saya minggu lalu, hingga puncaknya Jumat lalu perjalanan pulang mencapai tiga jam. Gils. Kalau di rumah mungkin sudah bisa tengok ponakan baru. Ah, ada perasaan ingin rehat dari ibukota ini dan kembali setelah pembangunan selesai saja. Tapi ya, setelah mendengar sudut pandang lain kenapa pembangunan serentak di berbagai titik ibukota ini perlu digalakan, membuat saya cukup lapang hampir satu jam berdiri dalam bis menunggu bisa menyebrang menuju Matraman hari berikutnya.

Penebalan jalan, pembangunan jembatan double-double track, pembangunan LRT, flyover dan proyek lainnya membuat macet parah di berbagai titik. Pengguna jalan (termasuk saya) tentu lelah dan banyak mengeluh. Ingin mengubah rute, tapi di ruas jalan lain pun belum tentu bebas macet. Di tengah keriuhan politiknya, pembangunan ini memang harus dimulai, proyek-proyek yang tidak disukai banyak orang ini pun harus tetap berjalan demi perbaikan. Kita sebagai pengguna jalan harus ekstra sabar dan harus banyak-banyak melapangkan dada. Semoga kedepannya sarana dan prasarana transportasi ibukota semakin baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar