Judul: Catatan Juang
Penulis: Fiersa Besari
Penerbit: Mediakita
Terbit: 2017
Tebal: 312 halaman
Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya.
Tertanda,
Juang
Penulis: Fiersa Besari
Penerbit: Mediakita
Terbit: 2017
Tebal: 312 halaman
Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya.
Tertanda,
Juang
***
"Hidup ini keras, buktikan dirimu kuat. Yang membedakan pemenang dan pecundang hanya satu: pemenang tahu cara berdiri saat jatuh, pecundang lebih nyaman tetap ada di posisi jatuh." - hlm. 44
Novel ini merupakan sekuel Konspirasi Alam Semesta. Namun, bisa dinikmati secara terpisah. If you've read the previous novel, maybe you will remember 'buku bersampul merah', buku hadiah Ana untuk Juang, buku tempat Juang merumahkan pemikirannya. Well, yes, this novel about that book. Buku merah tersebut ditemukan oleh Suar secara sangat random di angkot.
Semula Suar berdalih membaca buku merah tersebut untuk menemukan informasi pemilik buku. Semakin banyak lembar catatan yang dibaca, Suar kian terjebak dengan kisah Juang. Suar pun kemudian resign, memutuskan keluar dari zona nyaman, menjemput mimpinya menjadi sineas.
Btw, I did the same thing with Suar, membawa Catatan Juang kemana-kemana, menemani setiap langkah dalam memenuhi syarat demi syarat satu goal besar bulan lalu. Menunggu tidak menjadi hal yang membosankan jika kita punya hal baik yang dilakukan. Semoga, ya, semoga sampai umur.
Semula Suar berdalih membaca buku merah tersebut untuk menemukan informasi pemilik buku. Semakin banyak lembar catatan yang dibaca, Suar kian terjebak dengan kisah Juang. Suar pun kemudian resign, memutuskan keluar dari zona nyaman, menjemput mimpinya menjadi sineas.
"Jangan lupa bahwa manusia mempunyai mimpi-mimpi untuk diraih, bukan dibunuh atas nama tuntutan hidup. Dan jangan lupa bahwa Tuhan menciptakanmu berjalan di muka bumi ini untuk sesuatu yang baik, maka berbuat baiklah untuk sesama, melebihi kau berbuat baik untuk dirimu sendiri." - hlm. 173Buku merah itu lalu menjadi 'obat kuat' bagi Suar. Catatan Juang sedemikian rupa related dengan kisah hidupnya, hingga ia ingin bertemu dengan sang penulis. Dalam perjalanan pra-debutnya sebagai sineas, Suar bertemu Dude sebagai salah satu narasumbernya. Pembaca buku KAS tentu aware siapa gerangan Dude. Bagi pembaca karya Bung yang baru, tak perlu khawatir, akan dijelaskan di bab-bab akhir. Kalian pun masih bisa penasaran. Tidak seperti pembaca lama yang sudah bisa menebak-nebak dengan liar. Wkwk.
Btw, I did the same thing with Suar, membawa Catatan Juang kemana-kemana, menemani setiap langkah dalam memenuhi syarat demi syarat satu goal besar bulan lalu. Menunggu tidak menjadi hal yang membosankan jika kita punya hal baik yang dilakukan. Semoga, ya, semoga sampai umur.
"Dan untukmu yang baru saja akan mulai menulis, selalu ingat ini: menulis adalah terapi. Dan kita tidak perlu melakukannya agar terlihat keren dihadapan orang lain, atau berekspektasi punya buku yang diterbitkan penerbit besar. Menulis adalah sebuah kebutuhan agar otak kita tidak dipenuhi oleh feses pemikiran. Maka, menulislah. Entah itu di buku tulis, daun lontar, prasasti, atau bahkan media sosial, menulislah terus tanpa peduli karyamu akan dihargai oleh siapa dan senilai berapa. Menulislah meski orang-orang mengejekmu. Menulislah agar kelak saat kau meninggal, anak-cucumu tahu bahwa suatu ketika engkau pernah ada, pernah menjadi bagian dari sejarah." - hlm. 198Terkait menulis, still far away from my mentor expectation. Masih amateur aing mah. Masih perlu banyak belajar menjadi penulis yang tidak cenderung dilupakan. Yet, I will give it a try. Stop running away and write.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar