Judul Buku : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 256 halaman
Tahun Terbit : Juni 2010
"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya."
Novel Tere Liye yang ketiga yang pernah kubaca. Novel ini beda jauh dari dua novel yang sudah pernah ku baca (Hafalan Shalat Delisa dan Moga Bunda Disayang Allah). Novel ini bercerita tentang kisah cinta antara seorang laki-laki dan perempuan yang mungkin tidak pada tempatnya. Bener-bener terhenyak membaca kisahnya ditambah ending yang ga terduga mungkin lebih tepatnya ga sesuai harapan. Aku suka gaya bahasa yang digunakan Tere Liye. Membuatnya menjadi salah satu dari deretan penulis novel favoritku hehehe.
"Kehidupan harus berlanjut ketika kau kehilangan semangat. Kehidupan ini seperti daun yang jatuh. Biarkanlah angin yang menerbangkannya."
Novel ini berceria tentang Tania, seorang pengamen kecil yang akhirnya bisa sekolah sampai ke luar negeri berkat bantuan malaikatnya, Danar. Aku suka mengingat gimana kerasnya dia berusaha hingga menjadi orang sukses. Patut ditiru. Bagian paling nyesek itu kisah cintanya. Beda. Kisah cinta dua orang yang saling mencintai biasanya selalu dikisahkan bersatu kan? Tapi kali ini berbeda. Kamu pasti akan terkejut dengan apa yang terjadi dengan kisah cinta mereka.
"Cinta itu butuh keberanian. Semua tahu itu. Aku pun paham itu. Nyatanya, keberanian itu tak datang. Sulit untuk diungkapkan."
Well, emang bener kan kutipan diatas. Tapi, sekedar saran bahwa kalian harus tetap berani mengungkapkan cinta itu. Apapun hasilnya, meskipun harus menelan kecewa, kalian setidaknya tahu apa hasilnya dan ga menyesal nantinya. Jangan sampai deh berakhir kayak kisah Tania dan Danar. Kasiaaan. Aku aja bacanya sampe ga tega. Tapi emang begitulah hidup. Kita ga pernah tau. Tere Liye hanya menggambarkan sisi kehidupan atau realitas yang mungkin belum pernah kita sadari.
“Bahwa hidup harus menerima… penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti… pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami… pemahaman yang tulus. Tak peduli dari mana penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang, Tak masalah mesti lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan. Karena tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Karena daun yang jatuh tak pernah membenci angin.”
Ya. Harus menerima, harus mengerti, dan harus memahami. Bagaimanapun kisah cinta yang kau jalani. Sesedih apapun, semenyakitkan apapun. Meskipun akhirnya tidak sesuai harapan. Biarkanlah kisah itu luruh layaknya daun yang tidak pernah membenci angin. Dan bersiaplah untuk pucuk baru yang akan tumbuh :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar