Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 304 Halaman
Terbit : April 2011
Suka novel ini. Endingnya WOW! Novel yang bagus untuk dibaca, penuh unsur pendidikan yang dikemas dalam untaian dongeng-dongeng. Alur cerita yang digunakan maju-mundur, campuran. Dibuka dengan kisah seorang kakek yang bercerita ke cucu-cucunya, Zas dan Qon.
Dam dari dulu dididik mengenai kesederhanaan dan kearifan hidup melalui dongeng-dongeng ayahnya. Mulai dari Toki si Kelinci, cerita sang Kapten, cerita apel emas di Lembah Bukhara dan cerita suku Penguasa Angin. Sejak umur 8 tahun Dam sangat menyukai cerita ayahnya itu. Ia juga sering mengaplikasikan di kehidupannya. Hingga ia sekolah di Akademi Gajah.
Saat sekolah di Akademi Gajah itu ia pernah mendapat hukuman membersihkan perpustakaan selama satu bulan di tahun keduanya. Saat itulah ia menemukan buku cerita dongeng yang kisahnya mirip dengan cerita ayahnya, mengenai apel emas Lembah Bukhara dan suku penguasa angin. Ia semakin penasaran, ia mulai ragu dengan cerita-cerita ayahnya. Apakah itu sungguhan atau sekedar dongeng saja. Ia memutuskan mencari penjelasan langsung lewat ayahnya saat liburan tapi hal itu tidak berjalan dengan baik. Ayahnya kelewat sensitif ketika Dam menanyakan hal itu.
Semakin mencari tahu, Dam semakin dekat dengan kesimpulan bahwa ayahnya adalah seorang pembohong. Padahal ayahnya terkenal sebagai pegawai sederhana yang jujur di seluruh kota. Dam berprasangka bahwa ayahnya berbohong tentang kisah-kisah itu hanya kepada dirinya. Kemarahan Dam memuncak pada ayahnya saat detik-detik terakhir ibunya dan saat itu ayahnya masih sempat-sempatnya mendongeng.
Bertahun-tahun Dam menjaga jarak dengan ayahnya. Hanya pulang kerumah sesekali. Dam melanjutkan kuliah di jurusan arsitektur. Karya-karyanya mulai terkenal karena sering mengikuti lomba. Dan saat kuliah itu ia bertemu kembali dengan Tania, yang kemudian menjadi salah satu orang penting di kehidupannya.
Dam dan Tania menikah, kemudian dikarunia 2 orang anak, yakni Zas dan Qon. Anak-anak yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu. Mereka berpikir lebih kritis mengenai dongeng-dongeng kakeknya. Berbekal kemajuan teknologi internet mereka memasukkan kata kunci tapi tidak menemukan hasil memaskan hingga mereka bolos sekolah untuk ke perpustakaan kota mencari kebenaran cerita-cerita kakeknya. Dam untungnya masih bisa membentenginya marahnya. Ia kemudian melarang ayahnya bercerita lagi.
Namun, suatu ketika ia baru tiba dari luar kota dan menemukan anaknya mencari di internet dengan kata kunci 'Akademi Gajah'. Seketika amarahnya meluap. Ia benar-benar marah pada ayahnya dan secara tidak langsung 'mengusir' ayahnya. Besok harinya ayahnya ditemukan tidak sadarkan diri di pusara ibunya. Sayang sekali ia baru mengetahui yang sebenarnya saat ayahnya tiada. Apakah cerita itu bohong atau sungguhan? Kamu akan mengetahuinya ketika membaca buku ini sampai tuntas.
Pesannya, hormati orang tua kita, hargai mereka, sayangi mereka. Kapan terakhir kali kita memeluk ayah ibu kita? Sempatkanlah setidaknya menelpon mereka saat kita jauh dari mereka. Tanyakan kabar mereka. Kita sibuk bertambah dewasa, tapi sadarkah bahwa orang tua kita semakin lama semakin tua? Kita tidak pernah tau bisa hidup sampai kapan. Apakah kita masih memiliki cukup waktu? Tidak ada yang tau. Hanya Allah Yang Maha Tahu. Maka dari itu pergunakanlah waktumu sebaik-naiknya. Bahagiakan orang tuamu selagi masih ada sisa umur :')
“Apa kata pepatah, hidup harus terus berlanjut, tidak peduli seberapa menyakitkan atau membahagiakan, biar waktu yang menjadi obat. Kau akan menemukan petualangan hebat berikutnya di luar sana.”"Itulah hakikat sejati kebahagiaan hidup, Dam. Hakikat itu berasal dari hati kau sendiri. Bagaimana kau membersihkan dan melapangkan hati, bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, dan lebih bersih. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan. Sebaliknya rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga datang dari luar. Saat semua itu datang dan hati kau dangkal, hati kau seketika keruh berkepanjangan.
...Itulah hakikat sejati kebahagiaan, Dam. Ketika kau bisa membuat hati bagai danau dalam dengan sumber mata air sebening air mata. Memperolehnya tidak mudah,... kau harus bekerja keras, sungguh-sungguh, dan atas pilihan sendiri memaksa hati kau berlatih."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar