Judul : Ja(t)uh
Penulis : Azhar Nurun Ala
Penerbit : Azharologia
Tebal : 164 halaman
Terbit : April 2013
Penulis : Azhar Nurun Ala
Penerbit : Azharologia
Tebal : 164 halaman
Terbit : April 2013
Metafora telah menjadi hobi, obat curhat paling mujarab. Lebih manjur dari rintik hujan, lebih ampuh dari sinar bulan. Apapun yang dirintis, pastikan ia tetap manis. Sudahlah, biarkan mereka berbusa mulutnya, berduri matanya, mereka tidak pernah mengerti arti romantis. Arti kerapuhan yang indah, atau ketakberdayaan yang memesona. Yang meruntuhkan langit. Yang menenggelamkan matahari di laut mati.
Ja(t)uh merupakan kumpulan cerpen, puisi, serta prosa-prosa ringan yang sebagian besar pernah dipublikasikan di blog azharologia dan ditulis selama tahun 2011-2013. Ja(t)uh berisi proses pencarian jati diri, pemaknaan terhadap cinta, serta renungan-renungan sederhana tentang kehidupan. Tanpa bermaksud menebarkan kegalauan di muka bumi apalagi menggurui, Ja(t)uh hadir terutama untuk mengajak kita memaknai kembali cinta: betapa suci dan indahnya ia.
Sebelumnya aku tidak begitu menyukai hal-hal berbau sastra, yang penuh dengan diksi-diksi rumit. Mungkin karena dulu aku salah memilih buku sastra yang pertama kali harusnya kubaca. Namun, belakangan ini jadi agak tergila-gila dengan sastra, jatuh dengan selera diksinya yang unik. Walaupun kadang perlu mengernyit, ternyata banyak hal yang bisa disembunyikan aksara. Berjuta perasaan.
Buku ini, terbagi dua bagian, Jatuh dan Jauh. Di bagian Jatuh, kamu akan disuguhkan berbagai tulisan, yang dengan membacanya saja kamu mungkin akan terseret jatuh, merah jambu, malu-malu atau bahkan rindu. Kadang kamu juga mungkin akan tersentil dan secara tidak langsung dapat belajar berbagai pemahaman baik. Berikut beberapa kutipan dari bagian Jatuh. Kalau kamu merasa ini spoiler, jangan dibaca :D
(bukan) Budak Dunia
Jarak, Jeda & Waktu
Kemudian bagian kedua tentang Jauh. Menjauh untuk menjaga. Mungkin kita pernah terseok, terjatuh, atau bahkan terluka. Namun, kita harus tetap bertahan. Kita memang akan menjalani hari-hari yang sulit, tapi kita pasti bisa melaluinya. Suatu saat nanti akan ada jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita tentang kehidupan ini. There is always a solution to any problem :')
Jauh (2)
***
Sebelumnya aku tidak begitu menyukai hal-hal berbau sastra, yang penuh dengan diksi-diksi rumit. Mungkin karena dulu aku salah memilih buku sastra yang pertama kali harusnya kubaca. Namun, belakangan ini jadi agak tergila-gila dengan sastra, jatuh dengan selera diksinya yang unik. Walaupun kadang perlu mengernyit, ternyata banyak hal yang bisa disembunyikan aksara. Berjuta perasaan.
Buku ini, terbagi dua bagian, Jatuh dan Jauh. Di bagian Jatuh, kamu akan disuguhkan berbagai tulisan, yang dengan membacanya saja kamu mungkin akan terseret jatuh, merah jambu, malu-malu atau bahkan rindu. Kadang kamu juga mungkin akan tersentil dan secara tidak langsung dapat belajar berbagai pemahaman baik. Berikut beberapa kutipan dari bagian Jatuh. Kalau kamu merasa ini spoiler, jangan dibaca :D
(bukan) Budak Dunia
Pahami dan mengertilah. Rahasia kepuasan sejati bukan terletak pada segala daya upaya kamu yang luar biasa untuk memenuhi semua keinginan, melainkan belajar untuk puas dengan yang kamu punya. Kamu cuma butuh sejumput garam untuk membut sup kamu lebih sedap, bukan lautan se-hindia.Dalam Aksara
Kita berjumpaSalah
Saling memandang dan menyapa
Meski jarang dan bukan sekarang
Setidaknya kita bisa bertegur sapa
Kau pernah mendengar cerita orang-orang yang dibuali perasaannya sendiri?Kadang
Kadang kita tersenyum. Bukan karena menahan tawa. Bukan karena lucu. Hanya karena saat-saat itu begitu kita nikmati. Dan senyum adalah bentuk penghayatan paling dalam yang bisa kita lakukan.
Jarak, Jeda & Waktu
Jarak dicipta, tiada lain agar ia punya makna. Maka stop. Berhentilah di sana.Tuhan Pasti Bertanggung Jawab
Adanya rasa bukan untuk diterka, jadi biarlah ia tetap indah sebagai sesuatu yang tidak disangka. Suka atau tidak suka.
~
Untuk kamu yang percaya bahwa jarak dicipta agar rindu tetap hidup tanpa pernah redup
Katanya, hidup itu pilihan. Sebuah keputusan yang boleh diambil, tidak pun silakan. Bisa saja kau memilih untuk mati. Atau koma, yang membuatmu hidup, tapi tidak hidup. Tapi aku memilih untuk mengambilnya, aku memilih untuk hidup. Dan dari semua pilihan aktivitas yang disediakan dalam kehidupan ini, aku memilih untuk merindukanmu. Boleh-boleh saja kan?
Kemudian bagian kedua tentang Jauh. Menjauh untuk menjaga. Mungkin kita pernah terseok, terjatuh, atau bahkan terluka. Namun, kita harus tetap bertahan. Kita memang akan menjalani hari-hari yang sulit, tapi kita pasti bisa melaluinya. Suatu saat nanti akan ada jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kita tentang kehidupan ini. There is always a solution to any problem :')
Jauh (2)
Aku menunggu. Kamu menunggu. Meski terkadang menunggu tak se-inci pun menyeret kita untuk bertemu di titik rindu. Tapi ah, adakah yang lebih indah dan syahdu dari dua jiwa yang saling menunggu? Yang tak saling menyapa, tapi diam-diam mengucap nama dalam doa?Jauh (3)
Kita akan mengenang saat-saat itu. Waktu kita ̶ ̶ entah aku atau dirimu ̶ ̶ mencari alasan-alasan kecil untuk sekedar saling mencipta kesempatan berjumpa. Bukan untuk menatap. Apalagi saling menyapa lalu tersipu. Karena bagiku, mengehui kau baik-baik saja sudah lebih dari cukup.Pulang
Kita akan mengenang saat-saat itu. Ketika aksara mampu ̶ ̶ meski malu-malu ̶ ̶ berbicara lebih jujur dari apapun. Dengan canda-canda ringan yang kadang jadi absurd karena kebablasan. Dengan bumbu metafora yang barangkali kita juga tak mengerti.Tapi bukankah bagi kita pengertian itu sudah ada, bahkan sebelum terucap kata?
Berhenti. Berhentilah menggantungkan hidupmu pada pundak orang lain ̶ ̶ sahabat, atau bahkan saudaramu sekalipun. Berjalanlah di atas kakimu sendiri ̶ ̶ di atas kepercayaan dirimu sendiri.Perempuan
"Kamu tau apa yang paling khas dari perempuan?"
"Kepastian. Mereka membutuhkan kepastian lebih dari apapun."Apakah Hujan atau Cinta?
Bagaimana rasanya terjatuh, terluka, tapi harus terus berpura-pura?Bertahan
Bagaimana rasanya mendengar cerita dari orang yang kita damba tapi bukan tentang kita?
Terberkatilah mereka manusia-manusia yang merdeka ̶ ̶siapa saja yang telah berani melangkah dari masa lalu, bahwa memang tak seharusnya kita terus menangisi apa-apa yang telah terjadi. Terberkatilah kita yang telah jauh berjalan hingga ke titik ini ̶ ̶ titik di mana kita hanya bicara tentang hari ini dan hari esok, sementara hari-hari yang lalu hanya sesekali kita tengok untuk kita tertawakan, untuk kemudian melaju lagi jauh ke depan dengan ritme yang lebih cepat.Epilog
Setelah jatuh, aku memilih jauh.
Tapi jarak, sepertinya memang dicipta untuk dibuat luruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar