17.05.2015
Sebelumnya thanks to @DwiIndriArieska @dinopattidjalal @fpcindo atas kesempatan yang diberikan buat dateng ke acara yang kece ini. Excited banget dateng ke acara malam itu, padahal besok paginya ada ujian. Tapi tetep lah Djakarta Theater pun dikejar, demi ketemu Eyang Habibie sama Pak SBY :3
Yap, keempat tokoh di atas pengisi acara supermentor kali ini. Dari kiri ke kanan ada Pak Xanana Gusmao, Pak Tri Sutrisno, Eyang Habibie dan Pak SBY. Kesempatan yang barangkali once in lifetime, beruntung bisa dapet kursi agak depanan, karena kemaren dapet tiketnya lewat aksi upload video volunteerism. Agak-agak ga enakan waktu itu karna cuma dapet 3 tiket dari video yang diupload, padahal banyak yang pengen ikut. Alhamdulillah H-1 dapet kabar baik bahwa ada 100 kursi tambahan buat acara ini. Jadilah rame yang bisa ikut.
Well, di sini mau sedikit berbagi cerita apa yang ku dapet kemaren. Agak berat sih, tapi bagi generasi muda semacam kita ini agaknya perlu tau pengalaman dari para mantan pemimpin negara, buat meningkatkan mindset kita. Jadi kemaren itu keempat tokoh di atas berbagi cerita mengenai ilmu kepemimpinan, resep sukses, etos kerja, dan prinsip hidup.
- Berdiri di atas semua golongan
- Punya leadership yang transformatif, kebesaran jiwa, dan visi yang jauh ke depan
- Mempunyai jejak internasional
- Diakui oleh rakyat sendiri dan dunia (not self-claimed)
- Timeless: ilmu berlian
Pembicara pertama adalah Pak Try Sutrisno. Beliau menuturkan pengalaman hidup beliau, mulai dari kanak-kanak hingga menjadi pemimpin. Pembelajaran yang beliau tarik selama karir militer:
- Dalam kepimpinan langsung dan strategis ada persamaan, yaitu di bidang keteladanan, namun rinciannya berbeda
- Harus selalu siap mental, sehingga bisa menghadapi tugas dengan baik dan menerima resiko terberat.
Selanjutnya, wakil presiden RI periode 1993-1998 ini mengomentari soal tugas-tugas seorang presiden dan wakil presiden. Menurut beliau, tugas utama wakil presiden adalah menjadi pembantu presiden sesuai dengan UUD 45. Tidak ada namanya seorang presiden dan wapres membagi-bagi tugas per bidang seperti bagi kue.
Selain itu, beliau juga menuturkan bahwa di Indonesia tidak ada sistem presidensial maupun parlementer. Tidak ada. Beliau berlandaskan pada Presiden Soekarno saat membentuk sistem pemerintahan dan negara. Soekarno menyatakan tidak mengambil sistem yang berasal dari luar Indonesia. Sebab sistem presidensial itu merupakan sistem di AS, sedangkan parlementer dari negara-negara Eropa, terutama Inggris. Jadi, dipilihlah sistem pemerintahan sendiri, yaitu sistem Indonesia
Kemudian beliau mengomentari salah satu pertanyaan pada Supermentor Instant Hand-up Polling sebelumnya.
Sebelum menutup sesi, beliau menyampaikan beberapa pesan untuk kita, pesan bagi bangsa, yakni:
1. Wujudkan cita-cita bangsa Indonesia
2. Perkuat persatuan kesatuan
3. Pertahankan jati diri kita: INDONESIA
4. Tingkatkan pertahanan nasional
5. Turut menjaga perdamaian dunia
Selanjutnya, sesi kedua diisi oleh Eyang BJ Habibie. Bisa dibilang ini sesi favoritku. Aah, aku suka cara beliau menyampaikan, begitu ekspresif beliau berbicara di depan publik. Seolah-olah tidak ada gap di antara kita *tsah.
Menurut eyang, masa depan bangsa harus mengandalkan sumber daya terbarukan. Produktivitas tergantung pada tiga elemen yang harus bersinergi positif, yaitu budaya, agama, dan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan teknologi. Tanpa korupsi materi dan intelektual. Tidak akan maju jika malah menghasilkan sinergi negatif. Keragaman suku bangsa Indonesia harus mejadi sumber daya dan motor kekuatan Indonesia. Kita harus memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin untuk kehidupan.
Untuk pemimpin di manapun berada:, alangkah baiknya jika fokus pada proses nilai tambah pribadi pada sumber daya manusia yang mana outputnya adalah SDM yang memiliki iman dan takwa berkualitas tinggi. Tak perlu S1, S2, S3. Es lilin pun tak apa, asal bermanfaat. Selain itu, penting juga meningkatkan kualitas pendidikan yang menghasilkan keterampilan tinggi dan didukung dengan tersedianya lapangan pekerjaan.
Eyang juga menyampaikan bahwa seorang pemimpin harus menyelesaikan masalah yang ada. Jangan mengambil kebijakan yang malah menambah masalah baru. Kebijakan ada yang bersifat irreversible dan reversible. Banyak sekali keputusan sebagai pemimpin yang irrevesible. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan memang harus memakai pengalaman hidup yang didapat. Tidak ada lembaga pendidikan yang bisa mengajarkan cara mengambil keputusan. Kita harus pandai-pandai sekaligus berhati-hati dalam mengambil keputusan. Pastikan bahwa keputusan/kebijakan itu akan menciutkan atau bahkan menyelesaikan masalah.
Eyang juga menyampaikan kunci agar menjadi pemimpin yang dapat memajukan bangsa adalah CINTA. Pertama, cinta pada sesama manusia; kedua, cinta pada karya sesama manusia dan lawannya; ketiga, cinta pada lingkungan di mana dia hidup; keempat, cinta pada tugasnya/pekerjaannya. Keempat cinta tersebut dibungkus pada cinta pada Tuhan YME.
Pembicara selanjutnya adalah Pak SBY. Dari awal beliau sudah memberikan early warning, yakni jangan contoh dan ikuti prinsip dan jejak perjalanan beliau jika merasa tidak cocok dengan hati dan pikiran kita. Ada seribu jalan menuju roma, maka pilihlah jalan yang sesuai dengan jalanmu.
Beliau berkata tidak ingin membahas hal yang berat, berhubung sudah disampaikan oleh kedua pembicara sebelumnya yang merupakan mentor beliau. Jadi, sesi itu beliau isi dengan pemaparan berjudul DREAM, COURAGE, and SWEAT. Kita harus punya mimpi dan keberanian untuk mewujudkan mimpi itu.
Selanjutnya tentang kepemimpinan. Beliau berkata bahwa pemimpin harus siap: berkorban, diapakan saja, dan menanggung segalanya.
Prinsip hidup Pak SBY:
- Ku yakin sampai di sana
- Kalau yang lain bisa, saya bisa
- Do the best (all out)
- Kalau bisa pilih yang baik, kenapa harus pilih yang buruk.
- Kalau bisa bersahabat, kenapa harus bermusuhan
Nah, selanjutnya beliau menuturkan setelah berada di puncak, persiapkan diri untuk turun. Roda itu berputar, di atas lalu ke bawah. Beliau pun menganalogikan karier seorang presiden dengan perjalanan pendaki gunung. Ketika sudah sampai puncak, pendaki harus turun dari puncak. Tak mungkin selamanya berada di puncak. Mari turun dan persiapkan agar tidak tergelincir. Begitu pula dengan kehidupan seorang pemimpin.
Malam semakin larut, pembicara selanjutnya sekaligus pembicara terakhir adalah Pak Xanana Gusmao, presiden pertama Timor Leste. Jujur mulai ga fokus, mulai kepikiran gimana ujian besok *brb baca slide* *eh* Ga banyak yang aku tangkep kemaren. Salah satunya beliau menyampaikan bahwa kunci perdamaian antarnegara itu adalah tidak menyebarkan kebencian. Tanpa kebencian, Indonesia dan Timor Leste bisa menjadi negara tetangga yang tidak memiliki masalah. Penutup yang paling ku ingat.
"Mereka merupakan seorang negarawan," tutur Om Dino.Ciri negarawan:
- Berdiri di atas semua golongan
- Punya leadership yang transformatif, kebesaran jiwa, dan visi yang jauh ke depan
- Mempunyai jejak internasional
- Diakui oleh rakyat sendiri dan dunia (not self-claimed)
- Timeless: ilmu berlian
Pembicara pertama adalah Pak Try Sutrisno. Beliau menuturkan pengalaman hidup beliau, mulai dari kanak-kanak hingga menjadi pemimpin. Pembelajaran yang beliau tarik selama karir militer:
- Dalam kepimpinan langsung dan strategis ada persamaan, yaitu di bidang keteladanan, namun rinciannya berbeda
- Harus selalu siap mental, sehingga bisa menghadapi tugas dengan baik dan menerima resiko terberat.
Selanjutnya, wakil presiden RI periode 1993-1998 ini mengomentari soal tugas-tugas seorang presiden dan wakil presiden. Menurut beliau, tugas utama wakil presiden adalah menjadi pembantu presiden sesuai dengan UUD 45. Tidak ada namanya seorang presiden dan wapres membagi-bagi tugas per bidang seperti bagi kue.
Selain itu, beliau juga menuturkan bahwa di Indonesia tidak ada sistem presidensial maupun parlementer. Tidak ada. Beliau berlandaskan pada Presiden Soekarno saat membentuk sistem pemerintahan dan negara. Soekarno menyatakan tidak mengambil sistem yang berasal dari luar Indonesia. Sebab sistem presidensial itu merupakan sistem di AS, sedangkan parlementer dari negara-negara Eropa, terutama Inggris. Jadi, dipilihlah sistem pemerintahan sendiri, yaitu sistem Indonesia
Kemudian beliau mengomentari salah satu pertanyaan pada Supermentor Instant Hand-up Polling sebelumnya.
"Apa yang lebih penting: leader yang kuat atau sistem yang mapan?"Menurut kalian lebih penting yang mana? Kemaren aku sih pilih sistem yang mapan. Hehe. Menurut Pak Try, dua-duanya penting bagi Indonesia, tapi yang diperlukan Indonesia sekarang adalah sistem yang berlandaskan Pancasila.
Sebelum menutup sesi, beliau menyampaikan beberapa pesan untuk kita, pesan bagi bangsa, yakni:
1. Wujudkan cita-cita bangsa Indonesia
2. Perkuat persatuan kesatuan
3. Pertahankan jati diri kita: INDONESIA
4. Tingkatkan pertahanan nasional
5. Turut menjaga perdamaian dunia
Selanjutnya, sesi kedua diisi oleh Eyang BJ Habibie. Bisa dibilang ini sesi favoritku. Aah, aku suka cara beliau menyampaikan, begitu ekspresif beliau berbicara di depan publik. Seolah-olah tidak ada gap di antara kita *tsah.
"Saya ada definisi, siapa yang usianya di bawah 40 tahun panggil saya eyang. Siapa di atas 40-65 tahun panggil saya pakde. Di atas 65 tahun, panggil saya mas. Anda panggilsaya eyang, artinya tidak ada gap di antara kita," ucap Eyang Habibie.Menurut eyang, semua masyarakat Indonesia yang berusia di bawah 45 tahun merupakan cucu intelektualnya. Selama ia menjabat sebagai presiden, ia selalu berusaha menciptakan kondisi yang baik agar masa depan para cucunya lebih baik.
"Anda adalah cucu intelektual saya. Saya mewakili eyang Anda sebelumnya. Tidak ada eyang yang tidak bercita-cita cucu atau cicitnya lebih baik kehidupannya."Sweet, right? Jadi makin semangat denger penuturan beliau. Seketika lupa lagi laper, ngantuk, dan besoknya masih ada ujian *eh. Fokus-fokus. Kembali ke beberapa poin yang beliau sampaikan.
Menurut eyang, masa depan bangsa harus mengandalkan sumber daya terbarukan. Produktivitas tergantung pada tiga elemen yang harus bersinergi positif, yaitu budaya, agama, dan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan teknologi. Tanpa korupsi materi dan intelektual. Tidak akan maju jika malah menghasilkan sinergi negatif. Keragaman suku bangsa Indonesia harus mejadi sumber daya dan motor kekuatan Indonesia. Kita harus memanfaatkan sumber daya yang ada semaksimal mungkin untuk kehidupan.
Untuk pemimpin di manapun berada:, alangkah baiknya jika fokus pada proses nilai tambah pribadi pada sumber daya manusia yang mana outputnya adalah SDM yang memiliki iman dan takwa berkualitas tinggi. Tak perlu S1, S2, S3. Es lilin pun tak apa, asal bermanfaat. Selain itu, penting juga meningkatkan kualitas pendidikan yang menghasilkan keterampilan tinggi dan didukung dengan tersedianya lapangan pekerjaan.
Eyang juga menyampaikan bahwa seorang pemimpin harus menyelesaikan masalah yang ada. Jangan mengambil kebijakan yang malah menambah masalah baru. Kebijakan ada yang bersifat irreversible dan reversible. Banyak sekali keputusan sebagai pemimpin yang irrevesible. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan memang harus memakai pengalaman hidup yang didapat. Tidak ada lembaga pendidikan yang bisa mengajarkan cara mengambil keputusan. Kita harus pandai-pandai sekaligus berhati-hati dalam mengambil keputusan. Pastikan bahwa keputusan/kebijakan itu akan menciutkan atau bahkan menyelesaikan masalah.
Eyang juga menyampaikan kunci agar menjadi pemimpin yang dapat memajukan bangsa adalah CINTA. Pertama, cinta pada sesama manusia; kedua, cinta pada karya sesama manusia dan lawannya; ketiga, cinta pada lingkungan di mana dia hidup; keempat, cinta pada tugasnya/pekerjaannya. Keempat cinta tersebut dibungkus pada cinta pada Tuhan YME.
Pembicara selanjutnya adalah Pak SBY. Dari awal beliau sudah memberikan early warning, yakni jangan contoh dan ikuti prinsip dan jejak perjalanan beliau jika merasa tidak cocok dengan hati dan pikiran kita. Ada seribu jalan menuju roma, maka pilihlah jalan yang sesuai dengan jalanmu.
Beliau berkata tidak ingin membahas hal yang berat, berhubung sudah disampaikan oleh kedua pembicara sebelumnya yang merupakan mentor beliau. Jadi, sesi itu beliau isi dengan pemaparan berjudul DREAM, COURAGE, and SWEAT. Kita harus punya mimpi dan keberanian untuk mewujudkan mimpi itu.
Who dares win: siapa yang berani menghadapi tantangan, dia yang menang.Tidak ada jalan yang lunak untuk mewujudkan cita-cita yang besar, perlu: sweat, hard work, perseverance, and sacrifice. Selanjutnya beliau membagikan catatan kaki, tentang kekuasaan, kepemimpinan, prinsip hidup dan setelah berada dipuncak.
"Tidak mudah memimpin Indonesia di era politik gaduh," ucap SBY.Kekuasaan diperoleh ketika dipilih (elected) atau diberi (appointed). Jika sudah memiliki kekuasaan, yang paling penting adalah bagaimana mengontrolnya. Pemegang kekuasaan dikontrol oleh lembaga negara, anggota parlemen, pers, dan rakyatnya. Namun, pemegang kekuasaan harus bisa mengontrol dirinya sendiri agar tidak ada abused of power.
Selanjutnya tentang kepemimpinan. Beliau berkata bahwa pemimpin harus siap: berkorban, diapakan saja, dan menanggung segalanya.
"Pemimpin juga harus siap diapakan saja, dicemooh, dihujat, dikritik, harus siap, harus menanggung segalanya. Begitu kodratnya."Pemimpin, tak terkecuali presiden, memang harus siap berkorban demi masyarakatnya. Presiden memanggul beban masa depan bangsanya di pundaknya. Presiden harus bertanggung jawab atas segala tindak tanduknya dalam memutus suatu kebijakan untuk negaranya.
Prinsip hidup Pak SBY:
- Ku yakin sampai di sana
- Kalau yang lain bisa, saya bisa
- Do the best (all out)
- Kalau bisa pilih yang baik, kenapa harus pilih yang buruk.
- Kalau bisa bersahabat, kenapa harus bermusuhan
Nah, selanjutnya beliau menuturkan setelah berada di puncak, persiapkan diri untuk turun. Roda itu berputar, di atas lalu ke bawah. Beliau pun menganalogikan karier seorang presiden dengan perjalanan pendaki gunung. Ketika sudah sampai puncak, pendaki harus turun dari puncak. Tak mungkin selamanya berada di puncak. Mari turun dan persiapkan agar tidak tergelincir. Begitu pula dengan kehidupan seorang pemimpin.
Pesan Pak SBY
Malam semakin larut, pembicara selanjutnya sekaligus pembicara terakhir adalah Pak Xanana Gusmao, presiden pertama Timor Leste. Jujur mulai ga fokus, mulai kepikiran gimana ujian besok *brb baca slide* *eh* Ga banyak yang aku tangkep kemaren. Salah satunya beliau menyampaikan bahwa kunci perdamaian antarnegara itu adalah tidak menyebarkan kebencian. Tanpa kebencian, Indonesia dan Timor Leste bisa menjadi negara tetangga yang tidak memiliki masalah. Penutup yang paling ku ingat.
You can CHANGE the world.Yeah, kita bisa mengubah dunia. Namun, pertama-tama kita perlu mengubah mindset kita. Gimana mau mengubah dunia kalau mengubah diri sendiri aja ga bisa? Hayuk senantiasa memperbaiki diri wahai generasi muda calon penerus bangsa. Ada banyak PR untuk memajukan bangsa kita ini agar menjadi bangsa yang lebih baik di masa depan. PR itu suatu saat akan berada di tanganmu. Keep moving.
Salam supermentor :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar