Ga terasa kemaren (10/10/2015) secara resmi udah diwisuda. Alhamdulillah. So many things happen in here. Sedih, senang. Terluka, bahagia. Dan di akhir tahun ajaran ini, entah kenapa malah perasaan uneasy yang menggantung. Something like too many things to handle and I still feel I'm not doing well. I'm not doing well enough.
Well, kalian harus punya mental yang kuat ketika menjadi pengurus angkatan di tingkat akhir, apalagi di bagian akademik. Kupikir setelah modul UAS semester akhir dirilis, tugasku berakhir, istilahnya 'bebas tugas'. Tapi ternyata masih jauh, masih banyak yang perlu diurus setelah itu, terkait seminar kalian, sidang kalian, skripsi kalian, dan masalah penempatan kalian nantinya. Masih mending cuma anggota, BPH angkatan sepertinya perlu jauh lebih bekerja keras, mengurus angkatan yang terkenal punya banyak embel-embel di sana sini. Semangat gaes, till the end. Semoga apa-apa yang telah kita perjuangkan berbuah manis nantinya.
Jangan terjun, jika belum siap tenggelam.
Adakalanya sesuatu yang kita perjuangkan tidak berjalan sesuai harapan. Adakalanya kita merasa bukan siapa-siapa. Adakalanya kita merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Something like that. Dan pada akhirnya harus mempersiapkan diri menjadi salah satu pendengar kabar tidak baik pertama. Sedih rasanya mengetahui apa yang sedang kita coba perjuangkan tidak bisa diperjuangkan, sama sekali. Dan lagi-lagi berasa gagal menjadi teman yang baik.
Wisuda menjadi hal yang tidak terlalu membuatku excited. Sisi diriku yang lain mungkin excited, tapi sisi diriku yang lain masih merasa uneasy. Persiapan barang-barang keperluan wisuda pun sebagian besar ku serahkan orang rumah. Rasa-rasanya terlalu banyak yang perlu diurus dan ga terasa hari wisuda pun tiba.
Terlambat ke acara wisuda salah satu hal yang membuatku ga fokus hari itu. Pengumuman hasil studi membuatku tambah ga fokus. Kok? Bagaimana bisa menjadi lulusan terbaik untuk jurusan komputasi statistik? Ga salah sebut tuh bapaknya? I'm not in the right state (baca: engap), masih ngatur napas habis buru-buru masuk ruangan sebelumnya. Tapi ketika MC yang bacain ulang pas mau ngasih penghargaan, ternyata memang bener-bener namaku yang disebut. Ohmy. Posisi dudukku yang letaknya diubah sejak gladi resik jadi di tengah-tengah makin membuatku ga nyaman. Berapa pasang mata yang liat, berapa pasang kaki yang harus ku lewati. Jalannya susah neng, sempit. Kata mereka selow, time is yours. Orang-orang nungguin kamu kok *kemudian nelan ludah*.
Life surely works in mysterious ways. Entah apa rencana Dia dibalik semua ini. Aku yang berusaha tidak terlihat malah jadi begini. Jadi ga enak sama yang jauh-jauh hari mengincar posisiku ini. Am I the right one? Sepengetahuanku ada yang punya IP tingkat 3 dan 4 lebih tinggi dariku. Fyi, di kampus ini ga ada istilah memajang IP tiap semester, IP hanya diketahui secara personal antara mahasiswa dan dosen PA. Menyebutkan IP itu semacam hal yang tabu di sini. IP itu juga semacam sesuatu yang sensitif. Jadilah anti banget nanyain IP, soalnya pasti ditanya balik.
Pas semester 1 salah banget dengan polosnya nyebutin IP segitu, pas semester 2-nya jadi malu deh turun drastis. Pas tingkat 2 agak dewasa dikit, mulai ga terlalu peduli mengejar indeks, just focus doing my best, sisanya terserah Yang Maha Pengatur. Tingkat 2 ini full SKS, jadi mungkin pembobot IPK paling tinggi. Tapi IPku juga masih ga sebagus semester 1. Perihal IP ini sempet dipertanyakan ketika aku melamar suatu kepanitiaan dan langsung
males lah aku berkecimpung di sana, lebih baik mengundurkan diri
daripada diragukan kayak gitu. You never know me, don't judge me by IP, please.
"Jika kita memiliki jeruk jangan berpikir untuk membuat jus apel, tapi berpikirlah untuk membuat jus jeruk." - Asra, 2011
Kutipan yang kalau ga salah ku peroleh ketika kuliah umum pertama kali di kampus ini. It's working. Bahkan mungkin aku udah berhasil membuat jeruknya jadi cake. Kekeke. Sambil menulis ini aku flashback ke tulisan-tulisan lama, misalnya tulisan pas tingkat 1: Kuliah Oh Kuliah.. dan tingkat 2: Kepo Maksimal: On. Mungkin ini salah satu jawaban atas doa-doaku, doa orang tuaku, dan doa kamu yang tidak ku ketahui. Terima kasih semuanya. Terima kasih juga buat dosen-dosenku selama ini. Aku sampai ke posisi ini tentu tidak hanya karena usahaku sendiri, tapi juga tak lepas dari doa dan bantuan semuanya. Terima kasih. Sungguh terima kasih.
Terima kasih spesial buat mama abah :*
Tudzla selamaaaat :)
BalasHapusMakasiiih va~ :)
BalasHapus