Lega rasanya Jumat lalu (18/12) berhasil lulus passing grade TKD. Alhamdulillah. Satu beban hidup (yang sempat tertunda sebulan) berhasil dituntaskan. Sejujurnya males membuat masalah lagi sih kalau pakai acara ga lulus. Sudah cukup banyak masalah yang ku buat selama magang .-.
H-2 TKD undangannya baru disebar. Berasa exclusive banget itu undangannya. Thanks a lot. Makasih udah memberikan kesempatan, walaupun cuma sekali. Ga kebayang harus mengejar-ngejar siapa lagi kalo gagal memenangkan kesempatan yang satu itu. Sempat tertekan, terlebih ketika udah dapat undangan 'eksklusif' tapi namamu ga termasuk dalam daftar undangan. Miris kan.
Beruntung H-1 undangannya diralat. Barulah bisa bener-bener serius mempersiapkan diri setelah itu. Tapi tetep sempat ketiduran malamnya. Badan ga bisa bohong emang kalo lelah, pasti nagih istirahat. Bangun-bangun panik, pake acara insomnia pula. Paginya jadi bangun kesiangan dan hampir telat ke TKP. Hidup.
Well, di sana berusaha sebisa mungkin menghidari tatapan orang-orang yang sudah duduk rapi menunggu. Menghindari percakapan yang tidak ingin ku dengar. Menghindari percakapan yang tidak bisa ku jawab.
"Loh? Dia kan..." *males nerusinnya*
"Kemaren gagalnya di mana?" *jenis pertanyaan yang entah bagaimana menjawabnya*
"Emang kemaren ke mana?" *jenis pertanyaan yang lebih sulit dijawab*
Sebulan terakhir memang sengaja menghindari topik TKD ini. Lelah mental jika harus menjawab pertanyaan sesimpel: "TKD-mu gimana?" Apalagi harus denger komentar: "Udah ga usah jadi PNS aja." Hmm mungkin ada yang benar-benar peduli, mungkin ada yang cuma nanya, mungkin ada yang cuma bercanda. Tapi ya, please, choose your words well.
"Words can inspire. Words can destroy. Choose yours well."
Entah berapa banyak pertanyaan yang ku biarkan menggantung. Entah berapa banyak pertanyaan atau komentar yang hanya ku jawab dengan senyuman. They said, people with blood type A have a black belt in fake smile. Fufufu.
"Kamu tadi ikut TKD?" | "Iya." *menjawab sependek mungkin, kemudian menjauh*
Yes, I am. Salah seorang yang mengukir sejarah: susulan TKD, bukan her TKD. It's okay, if you think as if I am remedial. Whatever. Selama itu lebih mudah diterima.
"Berarti acara yang kamu ikuti itu penting banget ya sampai berani ninggalin TKD?" | *senyum*
Penting ga pentingnya sekali lagi tergantung sudut pandang yang kamu gunakan. Thanks sudah berpikir positif bahwa ini penting.
"Kalau ga lulus TKD, ngelamar kerja di BI aja nanti." | Hahaha.
Setelah susah payah menjejalkan statistik di kepala saya pakai uang negara, rela membiarkan saya kerja di BI, pak? Haha. Gatel pengen menuliskan komentar yang satu itu. Just for fun ya. Jangan dianggap serius. Sekali lagi jangan berani meniru tindakan saya, jika kamu belum punya mentor kece anti badai. Pfft.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar