CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 16 Oktober 2018

Melihat Api Bekerja

Judul: Melihat Api Bekerja
Penulis: M. Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia
Terbit: 2015
Tebal: 155 halaman

Aku benci berada di antara orang-orang yang bahagia. Mereka bicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata mereka tidak mengatakan apa-apa. Mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup mereka baik-baik saja. Mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri mereka.

Aku senang berada di antara orang-orang yang patah hati. Mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya. Mereka tahu apa yang mereka cari. Mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri.
—Menikmati Akhir Pekan

“Aan adalah salah seorang dari dua atau tiga penyair kita yang berhasil memaksa kita dengan cermat mendengarkan demi penghayatan atas keindahan dongengnya.“ - Sapardi Djoko Damono
***

Buku puisi @hurufkecil yang saya baca setelah "Tidak Ada New York Hari Ini". Buku pinjaman yang sudah lama mengendap di tumpukan buku. Sudah lama selesai membaca kumpulan puisi ini, kebanyakan dengan kening berkerut. Namun, setelah mengulik beberapa lembar, agaknya ingin mengadopsi buku ini ke dalam rak buku pribadi. Terkadang ketika membaca ulang puisi yang sama dapat membuncah perasaan yang berbeda.
"Puisi adalah pasangan bercinta yang kasar—kadang seperti perkelahian yang menggairahkan. Ada kalanya puisi seperti cinta. Tidak tahu di mana harus berhenti." - hlm. 50-51
Buku puisi yang bercerita dengan pertautan diksi yang tidak biasa, dilengkapi ilustrasi yang barangkali eksentrik. Terkadang judul puisinya saja menggelitik seperti satu baris sajak, misal "Sejam Sebelum Matahari Tidak Jadi Tenggelam" dan "Sajak buat Seorang yang Tak Punya Waktu Membaca Sajak".
"Jika kau ingin mengucapkan selamat tinggal, lakukan seperti matahari tenggelam," kataku kepada diri sendiri.
Sampai ketemu besok pagi. Lagi." - hlm. 118
"Aku memilih tinggal di kota dan itu adalah hukuman. Jangan pernah mengunjungiku, agar aku bisa tiba-tiba merindukanmu di antara hal-hal yang teratur." - hlm. 137
"Barangkali lebih baik dia tidak tahu apa-apa tentang aku.
Aku ingin diam-diam mencintainya seperti benda kecil yang sengaja menjatuhkan diri dan berharap tidak pernah ditemukan." - hlm. 139
Tak apa jika kamu terpana dalam ketidakmengertian. Tak apa jika kamu perlu waktu membaca berulang-ulang. Perlahan-lahan perasan perasaan akan menyusup, mungkin sambil membisikkan sebongkah pemaknaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar