CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 27 Januari 2019

reckless journey

"tus seriously" - k, delapan menit sebelum kereta Jakarta-Bandung berangkat
Teman perjalanan saya yang lebih panik hari itu (15/01) :v Bagaimana tidak, saya tak kunjung sampai Gambir, padahal berangkat dari kantor. Banyak perkara yang menahan kalau ke kantor dulu :p Empat puluh menit sebelumnya sudah memesan online transport. Lima belas menit berlalu dengan sabar menunggu driver-nya. I rarely canceled my booking. Meskipun agak jauh, pun mesti muter dulu, kalau driver-nya sudah kontak bersedia jemput, I'll wait. Hingga terjawablah sudah kenapa driver-nya salah muter, kenapa lama kali baru sampai tujuan: driver-nya bukan orang Jakarta. Pantesan. Anyway, thanks for saving me, five minutes before departure.

Dilanjut berlarian naik tangga, syukur keretanya belum jalan. Tidak separah catching running train tempo dulu. Bandung lebih banyak menyemai memori tidak menyenangkan bagi saya. Kembali menuju kota itu seperti bersiap akan menghadapi perjuangan yang lain. Sekalipun sudah beralih seksi, tak jauh berbeda. Bonusnya mungkin bisa bertemu lebih banyak teman angkatan. Saban malam bisa berkeliaran cari kuliner.

Semula bimbang apakah melanjutkan rute ke kota berikutnya, kota yang selalu berakhir menjadi wacana subdit. Berhubung ada special occation tour guide saya di negeri sejuta pelangi dua tahun lalu, H-2 (18/01) pun sepakat membeli tiket bersama partner yang berangkat dari ibukota. Batal balik ibukota dulu, langsung berangkat dari Bandung mengingat badan yang ringkih haha habis terkuras energinya. Akan bertemu teman yang sudah lama tak jumpa juga menjadi salah satu alasan yang memicu saya memenuhi undangan.

Pergi sendiri naik kereta membuat saya menjadi lebih awas dengan peron, semenjak tragedi konyol di Pekalongan. Berulang kali memastikan dan mendengarkan nama kereta yang dinaiki sudah sesuai. Beruntung bertemu teman angkatan yang menuju kota yang sama. Baru tau di stasiun, resiko mendadak reroute. Kami pun berbeda gerbong.

Selama perjalanan masih tenang tiket kereta balik ibukota "terlihat" masih ada. Memutuskan belinya setelah bertemu partner. Partner saya sudah tiba setengah jam lebih awal di Tegal. Fascinating fact, we shared same birth date. Sepanjang kenal, baru kali ini satu perjalanan :p I'm not an extrovert, you just knew different shade of me. Haha.

Special thanks for mbak hes, atas segala bantuannya, atas tumpangannya, atas jamuannya, atas oleh-olehnya (P.S. pada doyan bawang gorengnya mbak :v). Maafken telah sangat merepotkan. Kota ini memang lebih pas untuk kuliner ketimbang wisata alam. Ada wisata alamnya, tapi jauh. Kami pun hanya touring ke mangrove terdekat.


Yup. We end up didn't get train tickets. Kami pun naik bus malam yang terjadwal pukul 20.00, tapi baru berangkat pukul 20.45 karena supirnya sakit dan ganti bus. Satu jam kemudian berhenti di salah satu pool bus dan berhenti selama satu jam. Akibat kendala teknis, kami diminta ganti bus (lagi) dan baru benar-benar berangkat pukul 22.30. Having trouble sleeping that night, berujung diskusi topik yang agak berat. Mengingat besok paginya mesti langsung ngantor, kami pun beranjak tidur sebelum hari berganti.

Drained, sungguh perjalanan yang menguras energi. Not in a good shape. Sudah sangat lama tidak naik bus jarak jauh. Kelak perlu mempersiapkan jauh-jauh hari agar dapat tiket kereta yang nyaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar