CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 30 Desember 2013

#1 Mengejar Kereta Matarmaja Tambahan

24.12.2013

Pagi-pagi sudah berkeliaran mencari Puskesmas untuk membuat Surat Sehat yang katanya sebagai syarat hiking di sana. Walaupun belum tentu jadi hikingnya, tetap kami buat suratnya buat jaga-jaga. Kami berdua sama-sama tidak tahu di mana persisnya letak Puskesmas Kelurahan Cipinang-Cempedak itu. Ternyata dekat Taman Simanjuntak atau yang terkenal dengan sebutan Tajun.

Cara membuat Surat Sehat di sana cukup mudah. Tinggal registrasi di loket pendaftaran, dikenakan biaya Rp 2.000,- Lalu menaruh kartu di Poli Umum dan menunggu diperiksa dokternya. Isiannya hanya tinggi badan, berat badan dan tekanan darah. Dokternya menanyakan riwayat penyakit asma. Kalau tidak ada, kita sudah bisa mengantongi surat tersebut dan membayar biaya periksa sebesar Rp 5.000,-

Sekembalinya di kosan, aku kembali menenggelamkan diri dalam lautan kata pada Bab 7 Buku Morgan, Economic Survey Methods, untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Survei Contoh yang kemungkinan dikumpulkan setelah liburan. Niatnya supaya ga ada beban tugas waktu liburan nanti, tapi sampai saat aku menulis ini pun tugas tersebut belum sepenuhnya selesai. Berhubung jadwal kuliah ditunda, boleh dong tugasnya juga ditunda *eh :D

Akhirnya aku menyudahi tugas yang satu itu dan ba'da zuhur hari-H baru mulai packing. Jadwal keberangkatan kereta tertera jam 17.12 dan diharapkan datang 1 jam sebelumnya untuk mencetak tiket di loket KA-Online. Dengan sangat yakin aku bilang berangkat dari kos ba'da ashar aja, kupikir jam tiga lewat sedikit sudah adzan, tapi ternyata hampir setengah empat baru adzan.

Jam setengah empat berangkat dari kosan. Nunggu taksi di depan jalan Otista III ga ada yang kosong, selebihnya sudah reserved. Setengah frustasi menunggu selama 10 menit taksi tak kunjung didapat, kami naik angkot dulu menuju jalan utama Otista. Aku ingat jam tanganku menunjukkan pukul empat kurang lima menit. Oh men, padahal sebaiknya minimal jam 16.12 sudah di stasiun, tapi kami masih duduk manis dalam taksi.

Normalnya sekitar 30 menit sampai ke stasiun Pasar Senen, 45-60 menit kalau macet. Oh my, dalam taksi hanya bisa pasrah. Ga lucu banget batal liburan gara-gara ketinggalan kereta -_- Yang namanya macet ga bisa dihindari. Macet parah di jalan depan stasiun. Kami terpaksa turun dan berjalan kaki. Dan jam sudah menunjukkan setengah lima lewat.

Argh, mau ga mau lari-lari nyari loket penukaran tiket. Udah kayak di sinetron-sinetron, cuman settingnya aja di stasiun, bukan bandara -_- Udah lama ga ke stasiun ini dan ternyata letak loketnya sudah berubah. Lumayan jauh dari depan dan sampai di loket antriannya mengular. Gilak. Kayaknya ga keburu nih. Matilah. Tiket hangus.

Kemudian ada satpam yang menghampiri barisan antrian dan menyarankan pindah ke counter cetak tiket online mandiri. Bingung, terang aja, tapi yaudahlah ngikut saran bapak satpam. Kelihatannya sistem mencetak tiket online mandiri ini baru aja diterapkan. Kelihatan masih banyak pengguna yang kebingungan mengisi isian kode booking, nomor identitas, dan stasiun asal sehingga memakan waktu cukup lama. Untungnya ada petugas dari KAI yang membantu orang yang sedang mengisi isiian divdepanku. Kemudian aku menyimak bagaimana sistemnya bekerja. Lumayan bagus.

Giliran kami pun tiba. Cukup mudah. Hanya saja tanganku tidak berhenti bergetar saat menuliskan serangkaian huruf maupun angka yang tertera pada struk pembayaran online. Ckck. Baru tiket berangkat aja yang kami cetak, tiket pulang belum, mengingat masih banyak yang antri dan jam sudah menunjukkan hampir jam 5.

Lagi-lagi setengah berlari menuju loket boarding. Antriannya juga tidak kalah panjang dengan antrian loket tiket. Ngos-ngosan. Ketemu rombongan sekeluarga yang juga baru datang dan napasnya naik-turun tidak teratur juga, sama-sama takut ketinggalan kereta. Tapi alhamdulillah masih sempat terkejar.

Gerbong 7 kursi 15D-15E. Lega jam 5 lewat sudah berada di kursi yang seharusnya. Kemudian mengatur barang dan mengatur nafas. Ga lagi deh berangkatnya mepet. Pelajaran. Lain kali prepare lebih baik ya. Okesip. Perjalanan masih panjang, sangat-sangat panjang dan ini baru awal dari petualangan kami menuju Malang :3

Minggu, 29 Desember 2013

Prolog: Liburan ke Kota Apel

"Masa liburan nanti ga kemana-mana?"

Yah, begitulah respon pertamaku waktu itu, setelah mengetahui hanya tiket kereta eksekutif yang tersisa untuk tujuan Malang, dengan harga yang bahkan lebih mahal dari tiket pesawat ke Surabaya. Mungkin liburanku kali ini akan bertransformasi menjadi wacana untuk kesekian kalinya. Dan mungkin akan berakhir dengan membaca setumpuk novel, menonton sejumlah film atau maraton drama. Tidak terlalu buruk.

Ya, tidak seburuk ujian Teknologi Web. Ah, ujian mata kuliah lain di minggu pertama ujian juga tidak kalah randomnya. Ga Database II, Analisis Perancangan Sistem Informasi juga. Survei Contoh agak mendingan sedikit. Kesalahan paling fatal ujian TekWeb ga liat waktu pengerjaan yang diberikan hanya 110 menit, padahal biasanya 2 jam/120 menit. Agak-agak menyesal, jadinya satu soal sangat kurang maksimal, estimasi waktunya meleset -_- Trus setelah ujian berakhir iseng mengecek lagi dan ternyata banyak jawabanku yang kurang lengkap. Ah, kenapa kemaren pake acara mengecek jawaban segala. Harusnya pakai prinsip "Kerjakan, Kumpulkan, Lupakan" aja. Oke, case closed. Apapun hasilnya, UAS nanti harus jauh lebih baik. Semangaaat \m/

Ujian minggu kedua lumayan bisa. Entah karena terlalu bersemangat, ga sabar pengen liburan atau karena kebanyakan menggunakan sistem Open Book. Wkwk. Kebayang ga sih kalau mengoding di atas kertas tanpa amunisi? Bapak dosen Pemrograman Berbasis Web ini juga dengan baiknya baru memberi tahu kurang dari setengah jam ujian dimulai. Bahkan aku baru dapat jarkom 15 menit sebelum ujian dimulai, sudah otw ke kampus. Ga sia-sia subuh-subuh mencetak file materi, walau ga semuanya, tapi lumayanlah buat bekal ujian :D

Di minggu kedua ujian ini pula dapat info disediakan beberapa kereta tambahan untuk memfasilitasi libur Natal dan Tahun Baru. Konyolnya aku tidak begitu tau cara mengeceknya. Maklum jarang pakai kereta :p Tau sih lewat situs apa, tapi bingung nama stasiun tujuannya apa. Lantas bertanya pada teman SMA yang kuliah disana. Katanya stasiun Kota Baru. Sekali dicek ga ada nama stasiun itu. Setelah googling baru tau kalo yang dimaksud stasiun Malang Kota Baru, tapi di situs KAI cuma ditulis stasiun Malang. Oalah. Hahaha.

Jadilah hari itu (18/12/2013), bukannya sibuk belajar untuk ujian Analisis Regresi, malah berkutat mengutak-atik akun untuk pemesanan tiket kereta. Parah. Cukup memakan waktu lama berhubung otodidak, tanpa tutor karena temen kosan juga belum ada yang berpengalaman di bidang itu, mainannya kan biasanya tiket pesawat :D Beruntung ada mbak-mbak jasa pemesanan tiket yang bisa diandalkan, mengakhiri ke-soktahuan-ku bermain dengan akun tadi.

Sebelum konfirmasi pembelian tiket, nelpon Mama dan dengan mudah dapat izin. Ditanyain kenapa ga ke Jogja aja, trus ku jawab udah pernah Ma, nanti bosen kalo keseringan :D Toh tahun depan insya Allah ke sana lagi kan demi wisuda kakak tercinta. Aamiin. Semoga cepat beres tesisnya ya kakak :3 Nanti diusahain kesana deh sebagai tebusan wisuda sebelumnya ga bisa dateng.

So, bukti pembelian tiket online langsung didapat hari itu juga. Pulang-pergi. Untuk tanggal 24 dan 28 Desember dengan berbagai pertimbangan, salah satunya karena sahabatku yang satu itu masih ada kuliah tanggal 23 yang ga bisa ditinggalkan.

Ohiya, liburan kali ini juga janjian sama satu temen SMA lagi yang kuliah di Bandung. Dia mau ke Pare Kampung Inggris, tapi siap travelling ke Malang katanya. Di Malang mau kemana aja? Entahlah. Aku kurang tau. Berhubung aku masih ada satu matkul ujian jadilah temenku itu yang ku suruh jadi Event Organizernya, tapi ternyata dia juga ada ujian terakhir, bedanya dia ujian terakhir di semester 5.

Katanya pokoknya kita harus ke Ranu Kumbolo. Well, semoga ga berubah label menjadi wacana lagi aja, setelah wacana-wacana Pantai Angsana, Pulau Bira, dan Bandung. Entah kapan terealisasi. Someday maybe.

Okee, sekian dulu prolognya. Tunggu cerita sebenarnya di postingan selanjutnya :D

Jumat, 20 Desember 2013

Tokyo: Falling

Judul: Tokyo: Falling
Penulis : Sefryana Khairil
Penerbit : Gagasmedia 

Tebal : 336

Novel ini sukses membuatku merah jambu. Ah, bener-bener jatuh deh dibuatnya. Padahal sebelumnya lagi asik nonton drama hasil rampokan, tapi rela diskip dulu demi novel ini :3

Tadi malam berhubung udah ngantuk-ngantuk jadilah mencari hal lain yang bisa dilakukan selain nonton. Trus tergiur membaca novel Tokyo yang ada di atas meja. Baris kata di awal babnya sukses membuatku menargetkan diri, besok harus baca pokoknya.
Rindu ini masih sama.
Masih bercerita tentangmu. 
Benar aja, besoknya, setelah sholat subuh, biar ga tidur lagi langsung membaca novel ini dan sekitar empat jam kemudian berhasil menuntaskannya. Sebelumnya pernah baca novel duet dengan penulis yang sama, Beautiful Mistake. Di situ biasa aja sih kesannya, tapi gara-gara novel ini jadi suka suguhan cerita dari Sefryana Khairil. Trus suka juga karena Jejepangan gitu dan berbau fotografi :v

Novel ini bercerita tentang dua orang, Thalita dan Tora, yang sama-sama ke Tokyo untuk melakukan liputan majalah dan mereka terpaksa berpetualang bersama karena sebuah tragedi lensa telephoto. Selain urusan pekerjaan, mereka juga ingin menyelesaikan urusan pribadi mereka, bertemu dengan mantan masing-masing.

Ceritanya seperti cerita romance kebanyakan, biasa aja sebenernya, tapi suka sama untaian kata-katanya, mudah dicerna. Selain itu, memberikan sedikit gambaran bagaimana tempat-tempat di Jepang (Shibuya, Odaiba, Daikanransha) dan budaya-budaya sana juga makanannya, trus menambah kosakata Bahasa Jepang juga.

Bagian menariknya menurutku pas bagian ngomong pake Bahasa Indonesia gitu tapi dengan dialek Bahasa Jepang. Lucu aja. Kan kalo suku kata Bahasa Jepang itu jarang pake huruf mati, setauku 'n' doang, sisanya disertai vokal, trus ada beberapa huruf yang ga ada, misal huruf 'l' biasanya diganti 'r'. Nama depanku pasti aneh banget kalo dijepangin. Hahaha. Tsuzura Herunita? Pfft *abaikan.

Well, jadi ceritanya tentang Tora nyari Hana, sedangkan Thalita nyari Dean. Tapi ternyata Hana udah mau nikah sama orang lain. Nah, kalo Thalita malah dilamar Dean. Thalita yang masih mengharapkan lelaki impian tersebut yang akan mendampingi hidupnya tentu saja mengiyakan lamarannya yang begitu romantis pada suatu senja di kapal pesiar. Lantas bagaimana nasib Tora? Bab-bab penutup dalam novel ini akan menjawabnya :D

Mungkin novelnya perlu diperbaiki lagi mas/mbak editor di cetakan berikutnya. Kemaren waktu baca menemukan beberapa typo dan ada kalimat yang kurang lengkap, untuk di halaman berapanya maaf ga terlalu memperhatikan. Tapi novelnya lumayan, banyak quote yang kusuka. Silahkan menikmati.
***

Loving someone is never easy.
We don't remember days.
We remember moments.
Ikuti saja apa maunya rasa.
Terkadang, cinta lebih memilih menjadi rahasia.
"Relationship is like sailing boat.
To make the boat sail, it needs two persons to ride it.
Two persons to paddle.
If you're the only one paddling, you'll get tired eventually."
Saat kelak kamu mencariku, tetapi aku tidak ada, mungkin saat itu aku sudah tidak lagi menunggu. Tidak lagi ingin menoleh pada masa lalu.
Ai wa riyuu wo towazu.
Cinta tidak butuh alasan.
Aku tidak pernah berencana jatuh.
Kepadamu.
"Love is a beautiful thing when you find the right person.
Your love is the grand prize, so you have to wait for a man who is worthy."
Ah, ternyata cinta juga ada musimnya.
Terkadang merah jambu, terkadang abu-abu.
Kamu tahu apa yang tidak kita miliki dari masa lalu?
Kesempatan untuk mengulangnya lagi.
Kita punya satu hal sama, yang tidak seorang pun punya: cerita kita.
If it is love, it will find a way.
Rindu ini sedang mencari arah.
Tanpamu, ia tidak tahu jalan pulang.
If home is where the heart is, then my home is you.
Takdir bukan berdiam diri saja, ia tengah menunggu kita memainkan ceritanya.
Ah, tidak usah terburu-buru.
Kita sedang berusaha. Sebaik-baiknya.
Apakah kita akan bersama pada akhirnya?
Biar Tuhan saja yang menjawab.

Sabtu, 14 Desember 2013

Bergeming dan Mengacuhkan

Pernah salah menafsirkan sebuah kata ketika membaca sesuatu? Bahkan sempat menerjemahkan sebuah kata dengan arti yang berbeda 180 derajat dengan makna yang sebenarnya? Sering membaca, tapi baru kali ini aku tergelitik memahami benar-benar arti sebuah kata yang ku baca.

Berawal dari membaca novel STPC London. Sebelumnya tulisan ini ku masukkan dalam postingan review, tapi setelah dipikir-pikir mungkin ada baiknya jika ditulis secara terpisah. Kata yang akan ku coba ulas adalah kata "bergeming" dan "mengacuhkan".

Bergeming
Sebuah kata yang ku ributkan ketika mebaca novel London, bahkan aku sempat menanyakan artinya kepada teman-temanku. Jarang banget padahal aku seribut itu ketika membaca novel. Wkk. Demi memenuhi rasa ingin tahu, akhirnya aku bertanya pada mbah Google. Kutipan hasilnya adalah sebagai berikut:
ge·ming Jkber·ge·ming v tidak bergerak sedikit juga; diam saja;
ter·ge·ming v terdiam
Ternyata arti sebenarnya "bergeming" adalah tidak bergerak sedikit juga. Nah, aku yakin pernah membaca, entah di mana, yang kemudian membuatku menafsirkan "tidak bergeming" dengan tidak bergerak. Ah, ternyata memang ada sebagian yang sering salah menggunakan Bahasa Indonesia sehingga menimbulkan arti yang konteksnya berbeda 180 derajat.

Mengacuhkan
Begitu juga dengan kata "mengacuhkan". Umumnya orang memahami artinya adalah tidak memedulikan kan? Padahal arti mengacuhkan yang sebenarnya adalah memedulikan. 
acuh v peduli; mengindahkan: ia tidak — akan larangan orang tuanya; tak – tidak menaruh perhatian; tidak mau tahu;
meng·a·cuh·kan v memedulikan; mengindahkan: tidak seorang pun yg ~ nasib anak gelandangan itu;acuh·an n hal yg diindahkan; hal yg menarik minat
See? Mengacuhkan bukan berarti tidak memedulikan, tapi mengacuhkan justru berarti memedulikan. Berbeda 180 derajat bukan?

Sepertinya harus segera membenahi konsep definisi yang aku tangkap selama ini. Ck. Hal-hal semacam ini harusnya segera kita luruskan, agar tidak terjadi kesalahan terus menerus dalam menggunakan Bahasa Indonesia yang baik. Jangan sampai kita membiarkan diri kita menjadi satu rantai yang meneruskan kesalahartian ini. Sepakat?

Ada beberapa kata lagi yang diulas disini. Semakin banyak membaca semakin kita sadar bahwa apa yang kita ketahui ternyata begitu sedikit. Maka sering-seringlah mencari tahu. Jangan hanya berkubang dalam ketidaktahuan. Belajarlah. Ya, sepertinya aku harus mulai belajar menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

London: Angel


Judul: London: Angel
Penulis: Windry Ramadhina
Ukuran: 13 x 19 cm
Tebal: 340 halaman
Penerbit: GagasMedia


Setelah Melbourne dan Paris, ini novel seri STPC ketiga yang kubaca. Tertarik beli (utamanya) karena ceritanya berbau hujan, settingnya di London dan kebetulan ada diskon 25% di bukubukularis.com :v

Ini rasa-rasanya karya Mb Windry yang pertama kali ku baca, pernah tau novelnya yang Montase, tapi belum pernah baca, mungkin sering liat di etalase buku aja kali ya. Hehehe.

Novel ini didedikasikan untuk pecinta hujan. Percayakah kalian bahwa setiap hujan yang turun membawa serta malaikat-malaikat? Secara ilmiah yang mungkin kalian tahu, hujan turun membawa serta metana, besi, neon, asam sulfur, atau asam nitrat. Tapi malaikat? Akupun kurang tau, yang aku tau dikala hujan doa lebih mustajab :)

Novel ini bercerita tentang seorang penulis sastra bernama Gilang, orang yang suka memberikan nama-nama tokoh fiksi ke teman-teman dan orang yang ditemuinya berdasarkan kesesuaian karakter yang mereka miliki. Ada Brutus, Hyde, Dum, Dee dan V, pria yang memakai topeng Guy Fawkes di V for Vendetta dan lainnya.

Jumat, 06 Desember 2013

Find Lyrics

Seminggu terakhir dihantui program ini nih, sebuah program berjudul Find Lyrics. Program yang selalu dipikirin pagi, siang, malem. Hahaha. Program pertama yang benar-benar membuatku berkecimpung langsung dengan Netbeans 7.2. Tugas kelompok juga sih ini, tapi cuma berdua, jadi lumayan banyak porsi yang harus dikerjakan. Patnerku saudari Itep.

Karena susah mencari XML sesuai dengan yang diinginkan, jadi kami putuskan buat sendiri dan Itep menyanggupinya. Jadi, aku kebagian koding, sekalian desainnya. Bagian yang lumayan berat untuk ukuran yang jarang buat program kecuali disuruh ini, agak kagok gitu waktu ketemu Netbeans, mungkin bisa dibilang salting :p Makasih ya udah buat hidupku jungkir balik semingguan ini wahai Netbeans.

Ah, tapi suatu kebahagian sendiri emang bagi programer kalo programnya jalan sesuai dengan yang diharapkan. Karena kemaren ga kebagian presentasi, jadi izinkanlah saya presentasi disini :p Jadi pada dasarnya ini sebuah program pencari lirik lagu yang menggunakan library Lucene 3.4 dan hanya bisa mencari lagu yang telah disimpan dalam file XML yang sifatnya belum dinamis. Selamat menikmati karya amatir kami :v

Loading process wkk :D

Nah, ini tampilan home search enginenya. Pengindeksan dilakukan ketika frame ini muncul. Kalian bisa mengetikkan judul/penyanyi/album sebagai keyword(s) pencarian. Misal ingin mencari lagu yang mengandung kata "one", maka hasilnya sebagai berikut:
 
Ada tombol X untuk mereset keyword yang telah dimasukkan dan bisa melakukan pencarian lagi dengan memberikan keyword yang berbeda. Berikut output pencarian dengan keyword "you":

Hasil pencarian disetting default menampilkan 5 dokumen yang mengandung keyword, akan tetapi bisa diset menjadi 10, 20, atau 30 dengan menggubah combo box yang tersedia.

Ini sekapur sirih program yang kami buat. Sekian dan terima kasih.

Well, ada celetukan temen katanya ini bukan Find Lyrics dong, tapi Find Song. Hahaha. Emang bener sih. Sebelumnya kami pengen menampilkan liriknya langsung, akan tetapi takutnya lucenenya error, ga bisa melakukan pengindeksan seperti yang dialami teman-teman kami sebelumnya, sehingga kami memutuskan hanya memberikan linknya aja.

Tapi ternyata, setelah sesi presentasi kemarin diberikan penjelasan bahwa lucene itu bahkan bisa mengindeks hingga ke paragraf-paragraf yang kompleks. Terbukti dengan program salah satu temen yang bisa membuat pencarian tafsir surah Al Baqarah yang keren banget. Keliatan lah jago programmingnya, bagus juga user interfacenya. Kalo cowok emang lebih expert gitu kodingnya, bikinnya bahkan cuma 2 hari dan dia kuat tanpa tidur. Ih wow. I am programmer, I have no life.

Karena ada kritikan tersebut, kami mencoba memperbaiki programnya sehingga bisa menampilkan liriknya langsung. Semoga bisa lah, semoga keburu juga. Inti membuat program itu, penasaran aja dulu, nanti pasti jadi pengen mencari tau dan mencoba mengaplikasikannya.

Special thanks buat kakak tingkat yang udah bersedia aku repotin untuk membantu membuat program ini. Makasih banyak atas tutorialnya, makasih juga buat efek highlight dan glasspanenya. Hahaha. Masih cupu nih di pemrograman, semoga kedepannya bisa lebih baik lagi. Aamiin.

99 Cahaya di Langit Eropa


Sesi 5 kemaren nyuri-nyuri kesempatan demi nonton film ini. Berhubung ada yang ngajakin, jadilah nekat, padahal hari itu udah kuliah 4 sesi, ditambah malemnya baru tidur jam 2 subuh akibat 'keasikan' ngoding search engine lucene. Normalnya harusnya jadwal istirahat, tapi gapapalah, hitungannya bonus habis kerja keras *tsah :D

Sejujurnya belum baca novelnya, tertarik nonton (utamanya) karena settingnya di Eropa trus kata temen novelnya bagus dan bener aja, aku suka filmnya, awesome, apalagi settingnya, sukses deh bikin pengen ke Eropa :3 Trus lumayan banyak pake Bahasa Jerman gitu kan, dalam hati membatin, ternyata gitu ya kalau fasih ngomong Jerman, dulu belajar apa aja ya haha cuma bisa nangkep greeting sama ich nya :v

Garis besar film ini bercerita tentang perjalanan menyusuri peninggalan-peninggalan Islam di Eropa. Banyak hal-hal baru yang ku ketahui dan itu wow, jadi tertarik belajar sejarah deh, memberikan sedikit titik terang, ternyata sejarah bisa ya semenyenangkan itu.

Cerita berawal dari Hanum yang ikut suaminya (Rangga) yang sedang mengambil kuliah S3 di Wina. Dia mulai mengalami kebosanan hidup di Eropa tanpa pekerjaan, karena mencari perkerjaan di sana tidaklah mudah. Lalu ia mengikuti kursus Bahasa Jerman dan bertemu dengan Fatma. Seorang muslim juga dan memiliki seorang anak yang bernama Asye. Lalu dimulailah perjalanan mereka menyusuri jejak-jejak peninggalan peradaban Islam di Wina :3

Perjalanan berikutnya menjelajahi Paris, ah, paling suka bagian ini. Keren lah pokoknya. Apalagi tentang konsep suatu jalan yang merujuk jalan menuju kemenangan itu. Trus di Museum Louvre dimana ada lukisan Monalisa yang terkenal itu, ternyata ada lukisan yang lebih fenomenal, Lukisan Bunda Maria dan bayi Yesus. Kenapa?
‘’Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum,’’ ungkap Marion akhirnya.
Ya, Islam pernah menjadi pusat mode seluruh dunia di masa kejayaannya. Banyak pelukis yang menggunakan ornamen bertulisan Arab, walaupun mereka tidak tau artinya. Dan masih banyak lagi fakta-fakta sejarah lainnya yang menarik mengenai peradaban Islam. Keren-keren. Kalian harus melihatnya dengan mata kalian sendiri (secara tidak langsung) melalui film ini.
 
Kesimpulan yang ku tangkep dari film itu, kayaknya ga mudah beribadah di daerah yang mayoritasnya bukan muslim, harus punya keyakinan yang kuat. Selain itu, juga harus jadi agen muslim yang baik, karena orang luar kebanyakan berpikir bahwa muslim identik dengan teroris. Akan tetapi disana kita diajarkan untuk membalas perbuatan kurang baik mereka dengan perbuatan yang baik, karena Islam mengajarkan untuk selalu berbuat baik :)

Hmm agak sedikit terganggu sama sebagian subtitle yang ga ditempatkan pada tempatnya. Trus, agak janggal aja bagian Fatin yang lagi syuting video klip itu. Dan tau ga? Ternyata ini baru part 1 nya. Huaa, ku pikir udah satu novel, ternyata harus bersabar lagi nunggu kelanjutan film part 2 nya. Teaser part 2 nya bikin penasaran. Habis ujian mau baca novelnya ah :3

Sekian random reviewnya.

Selasa, 03 Desember 2013

Seandainya Ada Tombol Undo

Berapa banyak yang sudah melihatmu? Ah, aku jadi agak menyesal telah melepaskanmu di detik-detik terakhir kawan. Menyesal telah terhasut dengan bayang-bayang semu yang tidak sengaja terbentuk dalam otakku. Bahkan sekarang tidak bisa melangkah mundur dibuatnya.

Kupikir aku sudah sembuh sepenuhnya dengan masalah itu. Tapi, saat dia menanyakannya sebagai pertanyaan pertama, sempurna sudah membuat moodku runtuh dan berhasil memangkas selera berkomunikasiku tadi sore. Jleb. Semacam speechless. Tapi baguslah, berarti peluangku makin kecil kan? *eh :v

Sesi tadi benar-benar berhasil ku jawab dengan singkat, padat, dan jelas kan? Ha, closing statementku yang pertama tadi bener-bener murni loh dari dalem hati :p Sayangnya tidak ada tombol undo di kamus kehidupan ini. Jadi, pada akhirnya apapun yang terjadi harus ikhlas :3