CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »
Tampilkan postingan dengan label QLC. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label QLC. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 13 Agustus 2022

Memberi Ruang

Judul: Memberi Ruang
Penulis: Kurniawan Gunandi
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbit: Juni 2022
Tebal: 160 halaman

Kalau ingin memahami orang lain, pertama-tama kita harus bisa memahami diri sendiri. Sebab, bagaimana mungkin memahami perasaan, masalah, dan apa pun yang sedang dialami orang lain kalau kita gagal melakukan hal serupa pada diri ini.

Beri ruang yang cukup untuk dirimu sendiri. Beri waktu yang lapang untuk mengenali diri dengan baik. Jangan sampai kita terlalu sibuk dengan dunia luar sehingga gagal memahami diri ini. Lalu saat sudah berumur, kita masih dibuat bingung dengan keinginan yang ada.

Memberi Ruang akan  membawa kita memahami berbagai pelajaran hidup yang hadir lewat kegagalan, kesedihan, kecemasan, dan masalah-masalah lainnya.

***

Buku ketujuh yang ditulis masgun sejak 2014. Kali ini sengaja langsung direview tak lama setelah bukunya selesai dibaca, agar tidak terlewat seperti Bising (yang rencana reviewnya akan disusulkan kemudian, haha). Mungkin di antara kalian ada yang sudah pernah membaca Hujan MatahariLautan LangitMenentukan ArahBertumbuh, atau Arah Musim; tidak akan asing dengan buku kumpulan tulisan pendek ini. 

"Hati-hati segalanya memiliki konsekuensi." - pesan di samping tanda tangan yang dibubuhkan masgun
Hal yang paling terasa sejak Bising, tulisannya lebih dewasa, topiknya lebih kompleks. Tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi dewasa itu sulit. Setiap cerita dalam buku ini bisa diikuti secara acak, tidak ada cerita yang bersambung, beberapa poin berulang. My personal opinion, tidak semelelahkan membaca Bising, karena buku ini memang negasinya.

Bulan lalu mengikuti bedah buku ini secara online. Berikut beberapa catatan yang sempat dikutip. Masalah besar atau kecil itu persfektif, tergantung ruang yang dimiliki. Kemudian, bagaimana respon terhadap masalah yang dihadapi. Seberapa sering menghindar atau lari dari masalah?
"Kita tidak selamanya bisa bergantung kepada orang lain. Seseorang yang akan terus menemani kita adalah diri sendiri. Maka, bantulah dirimu untuk bisa menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang menyenangkan. Bantulah dirimu untuk menjadi orang yang berwawasan, bisa kamu ajak bicara, dan kamu merasa nyaman dengannya setiap waktu." - hlm. 42

Apakah nyaman ngobrol dengan diri sendiri di fase krisis? Everyone was a beginner, selami cara berpikirnya. Kalau ada yang bisa diperbaiki, bantu memperbaiki cara berpikirnya. Respect dengan peran yang diambil oleh orang lain. Di luar sana ada yang tidak bisa memilih peran, karena seolah-olah itu takdir. Appreciate, apa yang dikerjakan itu bernilai.

Kapan terakhir kali benar-benar bicara dengan orang tua?

Seberapa penting hal itu bagimu? Jika perlu waktu mencapainya 7 sampai 10 tahun apakah bersedia mengambil konsekuensinya? Jangan memilih sesuatu yang tak ingin kamu miliki seumur hidup.

"Tak ada yang mengejar-ngejarmu, kecuali kekhawatiran dan ketakutanmu sendiri." - hlm. 111

"Kita sering kali memilih sesuatu yang lebih mudah dijalani, mesti bukan yang benar-benar kita inginkan." - hlm. 157

Diselipkan beberapa halaman kosong untukmu menulis tentang dirimu sendiri pada buku ini. Semangat berkontemplasi.

Minggu, 16 Februari 2020

Arah Musim

Judul: Arah Musim
Penulis: Kurniawan Gunadi
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbit: Oktober 2019
Tebal: 200 halaman

Tindakan-tindakan kecil kita di masa lalu telah mengubah banyak hal di kehidupan kita saat ini. Mungkin kita tidak pernah menyadarinya. Mungkin kita telah melupakannya. Meski kemudian kita kebingungan karena tidak mampu memahami rentetan kejadian sebab dan akibat itu.

Kita sering gagal memahami bahwa apa yang terjadi dalam hidup kita adalah hal-hal terbaik yang bisa kita dapatkan. Kita seringkali salah memahami maksud-maksud tersembunyi yang Dia hadirkan dalam semua rentetan kejadian hidup yang amat berharga. Dia ingin mengajarkan kita sesuatu. Sesuatu yang seringkali kita tolak kehadirannya. Sesuatu yang barangkali menjadi doa-doa kita selama ini.

Tapi, kita tidak cukup sabar melewati musim-musim yang silih berganti.

***

Buku yang sebenarnya sudah dituntaskan dalam liburan akhir tahun lalu, tapi baru dibuka kembali. 2020 baru berjalan sebulan, tapi berasa sudah terengah-engah. Haha. Berawal dari mencari sebuah penggalan kalimat, berakhir dengan membaca ulang beberapa cerita dalam buku ini. Sudah lama mengetahui judul buku kelima masgun ini, sekitar tiga tahun lalu. Namun, buku ini baru diterbitkan melalui penerbit mayor, tidak seperti Hujan Matahari, Lautan Langit, Menentukan Arah, dan Bertumbuh, yang diterbitkan secara indie.
"Kamu harus kuat, sebab perjalanan ke depan butuh kekuatanmu untuk bisa menahan diri, mengendalikan diri. Bukan karena kamu harus bertarung secara fisik dengan orang lain, melainkan karena kamu harus melawan egomu, ambisimu, dan dirimu sendiri." - hlm. 20
Some parts are relatable, as always. I've tapped his stories on ig and feel like I've been slapped virtually. Haha. Begitu pun dalam membaca buku ini. Pada bagian tertentu akan membuatmu merenung sejenak, membawamu mendapatkan pemahaman baik.
"Ketidakbahagiaan kita saat ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan kita untuk bersyukur atas hal-hal yang bisa dengan mudah kita dapatkan." - hlm. 76
It's okay to be different. It's okay to have different point of views. But seriously, this book getting deeper, terlebih bagian kisah anak perempuan yang dituliskan oleh seorang ayah. Pesannya sungguh dalam. One of my favourite quote below.
"Kau adalah gadis yang cemerlang. Jangan biarkan tekanan sosial, kata orang, dan pandangan umum masyarakat mengalahkan keteguhan hatimu, mengerdilkan peranmu. Juga, jangan takut untuk menjadi seseorang yang lebih, yang kata orang-orang nanti tidak ada laki-laki yang mau denganmu. Jangan dengarkan itu, dengarkan bahwa itu tidak ada hubungannya sama sekali. Kau adalah gadis yang cerdas. Kamu mampu membuat rumusan hidupmu sendiri, mampu menyesuaikan dirimu dengan keadaan, mampu mengubah keadaan di sekitarmu." - hlm. 54
Buku ini berisi kumpulan cerita seperti buku-buku masgun sebelumnya, yang kentara membedakan, ada cerita bersambung dalam setiap chapter arah musim yang cukup menarik kisahnya. Mungkin bisa dibilang mini serial novel dengan plot twist tak terduga. Suatu saat musim akan berganti, jangan sampai terlambat menyadari dan menyesal di kemudian hari.
"Hal-hal berharga dalam hidup kita memang tidak pernah diukur dengan cara matematis. Hidup kita jauh lebih berharga dari hitungan-hitungan untung dan rugi. Ada yang jauh lebih bernilai dan berharga, yaitu keberkahan." - hlm. 123

"Apa yang kamu lihat dengan apa yang orang lain lihat mungkin berbeda. Apalagi jika kamu hanya melihat dan belum pernah mengalami." - hlm. 132
Sebagai penutup, berikut kutipan pamungkas yang dicari di awal. Haha. Beberapa tulisan kadang menyisakan pertanyaan menggantung, yang entahlah, aku pun kadang belum punya jawaban sedemikian rupa. Salah satu contohnya, 'kalau ada yang memperjuangkan, beranikah untuk ikut berjuang?' Seorang teman mengingatkan untuk memupuk jiwa realistis. Yeah, hopefully.
"Coba ingat-ingat lagi sebenarnya apa yang kita perjuangkan, apakah kamu hanya memperjuangkan seseorang untuk menjadi pendampingmu atau memperjuangkan ibadahmu. Jika memang untuk ibadahmu, sebenarnya, dengan siapa pun kamu bisa melakukannya, tidak harus denganku. Semoga kita bisa ikhlas menerimanya." - hlm. 143-144

Sabtu, 30 November 2019

Heal Yourself: Untukmu yang Pernah Terluka

Judul: Heal Yourself: Untukmu yang Pernah Terluka
Penulis: Novie Octaviane Mufti
Penerbit: CV.IDS
Terbit: Oktober 2019
Tebal: 270 halaman

Seseorang sedang duduk di balik jendela. Seluruh ruang ditutupnya rapat-rapat sebab ia tidak ingin satu sosok pun mengetahui keberadaannya. Tangisnya menggema dalam diam, menggaung tanpa kata-kata. Pikirnya berkelana pada berbagai kilasan masa ketika ia dilupakan, ditinggalkan, dilukai, juga dikhianati hingga ia merasa kehilangan dirinya sendiri.

Kamu tahu, nampaknya ia sedang benar-benar membutuhkan sosok teman yang berbesar hati mendengarkan, menyapa perasaan, menemani berjuang, dan membantunya mengurai benang-benang kusut dari dalam kepalanya yang berjuntaian. “Siapakah dia?” Mungkin itu tanyamu dalam hati. Sekarang, pandangi wajahmu di cermin.

Di sana akan kamu dapati sesosok manusia yang hatinya istimewa sebab dirinya begitu berharga. Sosok yang kamu lihat itu adalah orang yang sejak tadi kita bicarakan.
Maukah kamu menemaninya berjuang?
***

Buku yang masih hangat, belum sampai sebulan mendarat. Memilih menuntaskan buku ini di antara tumpukan buku yang lain. Entah karena belakangan semacam kehilangan diri sendiri, entah sebab apa.
"Kukira aku hanya bisa terluka oleh orang lain atau segala sesuatu yang ada di luar diri. Namun, ternyata aku pun bisa terluka karena diriku sendiri. Lalu harus bagaimana?" - hlm. 1
Pertama kali membaca tulisan teh Novie dalam Bertumbuh. Kemudian sekitar Juni lalu menemukan satu tulisannya dalam tumblr yang berjudul Heal Yourself #29: Quarter Life Crisis, Harus Gelisah, Kah? dan tersadarkan, kita seringkali mengkhawatirkan apa-apa yang sudah ditetapkan Allah #jleb.

Buku ini dirintis penulis dengan tagline #30DaysRamadhanWriting di akun ig @healyourself.id. Sungguh menarik, silakan dikulik, terlebih bagi yang tertarik akan isu kesehatan mental. Buku ini juga mengaitkan berbagai tulisannya dengan literatur psikologi, Al Quran dan hadist. Ya, tulisannya bergenre Islamic self help, hingga sampai pada pemahaman bahwa segala sesuatu mesti dikembalikan kepada Allah SWT.
"By remembering and retelling events, people can deal and making sense of the past." - Charmaz, 1991
Bonus writing for healing journal-nya sepertinya perlu dicoba. Belajar untuk meregulasi emosi. Selain itu, buku ini juga memberikan tips sebagai teman bercerita. Jadi belajar seni mendengarkan. Carilah teman bercerita, jika merasa tak mampu menanggung masalah sendiri, pun tidak mengapa jikalau membutuhkan bantuan psikolog.

Ohiya, buku ini self publishing, jadi yang berminat mengadopsi bisa lewat langitlangit.yk saat periode pemesanan dibuka. Menemukan dua paragraf berulang pada tulisan yang berjudul "Ilfeel sama Allah?", mungkin bisa diperbaiki pada cetakan berikutnya. Rasanya juga ketemu sedikit typo, tapi tidak sampai mengganggu esensi isi. Terima kasih telah menuliskan buku ini teh :')
"The best moments usually occur when a person's body or mind is stretched to its limits in a voluntary effort to accomplish something difficult and worthwhile." - Mihaly Csikszentmihalyi

Sabtu, 02 Februari 2019

Bertumbuh

Judul: Bertumbuh
Penulis: Satria Maulana, Kurniawan Gunadi, Iqbal Hariadi, Mutia Prawitasari, Novie Ocktaviane Mufti
Penerbit: CV IDS
Terbit: Cetakan kedua, Maret 2018
Tebal: xvi + 297 halaman

Salah satu hal tersulit yang dihadapi oleh seorang manusia adalah perubahan, baik perubahan di lingkungan, orang lain, maupun diri sendiri. Sebab, perubahan itu seringkali tidak disadari, juga tanpa persiapan. Segalanya seperti tiba-tiba saja terjadi, saat kita semua sibuk menjalani hari demi hari.

Tidak ada yang tetap dan menetap. Waktu bergerak. Benih bertumbuh. Air mengalir. Hidup bergulir layaknya segala sesuatu yang kita kenal. Kebahagiaan, ketenangan, kegelisahan, keresahan, kekhawatiran, dan perasaan-perasaan, semuanya turut bertumbuh.

Hari ini kita akan melatih kepekaan, melihat kembali jejak perjalanan yang telah dilewati, meneliti lagi jalan yang membentang di depan, mendengarkan ulang kata hati dan nasihat-nasihat, meraba perasaan-perasaan kita yang semakin samar.

Ada begitu banyak hal berharga yang kadang terlewati begitu saja, ada kebahagiaan yang kerap kita lupa mengenalinya, dan ada kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu repot-repot kita bawa.

Ada banyak hal yang luput tak tercatat, ada banyak hal yang terlupa karena tidak sempat kita abadikan. Akan kita ingat lagi: apa-apa yang sudah terjadi, apa-apa yang tengah kita lewati, dan apa-apa yang akan kita hadapi-dengan satu harapan, semoga semuanya menjadi rasa syukur.

***

Sudah cukup lama punya buku ini, sempat dibawa dalam beberapa perjalanan pun, baru selesai dibaca dalam reckless journey bulan lalu. Tidak mudah menyelesaikan buku yang terbilang padat ini dalam waktu singkat, terlebih bagi yang tengah memasuki fase QLC, menghadapi keresahan dalam berbagai bentuk.

Penulis-penulis buku ini aktif di laman biru tua Tumblr pada masanya. Seperti pernah membaca beberapa tulisan sebelumnya, salah satu yang paling diingat trisula-nya satriamaulana. Sebelumnya juga ternyata pernah dengar podcast subjective-nya iqbalhariadi. Setiap penulis punya warna tulisannya masing-masing.
"Kamu tahu, apa yang paling menarik sekaligus melegakan dari sebuah perjalanan bertumbuh? Kamu tidak sendirian."
 Buku ini terbagi dalam lima sub poin ciri-ciri orang bertumbuh, yakni:
  1. Bangun pagi.
    Dia memiliki cita-cita untuk dicapai setiap hari.
  2. Fokus pada tujuan hidupnya.
    Bukan pada "apa" atau "yang mana" jalannya, melainkan bagaimana cara menjalaninya.
  3. Tidak iri dengan pertumbuhan hidup orang lain.
    Alih-alih, dia ikut senang dan bahagia apabila ada orang lain yang meraih keberhasilan—dan justru terinspirasi untuk menjadi versi dirinya yang lebih baik.
  4. Banyak bersedekah.
    Dia semakin menyadari bahwa apa yang dimilikinya—entah harta, waktu, atau energi—bukanlah miliknya sendiri.
  5. Semakin bertambah keimanan, ketakwaan, dan rasa syukur.
    Dia semakin mengenal siapa dirinya, untuk apa dia diciptakan, dan ke mana dia akan pulang.
Semangat bertumbuh kepada kalian sekalian. Lapangkan pendengaran, ruang pemahaman. Lantas bersedia untuk berjuang, bersedia untuk lelah. Jangan menyerah. Semoga kita dimampukan untuk mengelola setiap keadaan.
"Ada jarak yang harus ditempuh oleh orang-orang yang sedang bertumbuh—jarak yang jauh antara hati dan pikirannya sendiri."
"Ada yang lebih penting daripada mengikuti passion, yaitu menjadi bermanfaat. Pastikan bahwa setiap pilihanmu adalah manfaat—dunia akhirat." 

Sabtu, 05 Agustus 2017

you are just on time

"You are not late.
You are not early.

You are just on time.
Jangan stress."
Syawal passed and you still got many wedding invitations. When it came from your bestie, you also happy, rite? Last night got unexpected call regarding same issue and joking around, you feel relieved huh? Wkwkk. On the second call, you realized that when you met Mr. Right, you knew it's him, well said.

I just want to clarify something urgent last night. Time flies, people changes. And there must be a huge reason, like family, friends or surrounding environment. I exactly know, there are responsibilities that we must hold. Tergantung kitanya kapan mau berani mengambil tanggung jawab itu.

Percayalah bahwa Allah sudah mengatur rezeki/jodoh kita sedemikian rupa. Jangan lupa bersyukur. Ikhlas dan sabar menerima segala ketetapan-Nya. Tulang rusuk tidak akan tertukar. Kalau kita kehilangan seseorang sesuatu, nanti akan diganti yang lebih baik. Percayalah. Akan tiba saat yang tepat.

Stop doing something silly. Stop delusional. There are a looot of things that you can do while waiting. Banyak hal yang jauh lebih bermanfaat. Banyak cara untuk menyibukkan diri. Banyak jalan untuk merelakan, salah satunya dengan mendoakan. Get hold to yourself. Stay cool. Everything happen for a reason.

Kamis, 16 Maret 2017

Cinta yang Baru

Judul: Cinta yang Baru
Penulis: Ahimsa Azaleav
Penerbit: Lampudjalan
Terbit: 2017
Tebal: 148 halaman

Di luar sana, banyak kisah cinta tentang penantian berujung pertemuan. Tentang kisah memendam cinta yang terungkap dengan kata saling. Tentang janji yang ditepati. Lalu terjadilah perayaannya. Tapi tidak tentang kita. Kisah penantian kita masing-masing yang dulu kita impikan nyatanya tak sempat menjadi cerita. Aku dengan kisah pilu patah hatiku ditinggalkan. Kamu dengan kisah magis merelakan cinta yang harus kautinggalkan. Kamu dan aku adalah dua orang yang sama-sama tak bisa merengkuh cinta yang kita nanti. Tapi kamu dan aku adalah dua hati yang sama-sama kuat untuk mau kembali berdiri lalu saling mencari. Karena barangkali apa yang dulu kita nanti bukanlah apa yang sejatinya ditulis takdir.

Kamu dan aku (yang saat itu belum menjadi kita) terus mencari tanpa pernah tahu bagaimana akan menemukan. Kamu dan aku terus berharap tanpa punya apa-apa selain doa. Kadang kamu merasa menemukan apa yang kaucari. Kadang aku merasa ditemukan apa yang kunanti. Tapi tak pernah ada kata saling. Lalu entah sinyal apa yang memancar, kamu dan aku justru dipertemukan saat kita berhenti mencari.

***

Buku ini menjadi teman perjalanan saya ke Bandung yang ke sekian. Karena promosi salah satu foto di akun insta penerbit, tetiba tertarik menculik buku ini dari parcel seorang teman. Membaca lembar-lembar pertama bab buku ini membuat saya membatin bahwa bacaan saya mulai 'tidak sehat'. Pfft. Namun, terbilang jauh lebih normal dibanding bekal bacaan saya di Wonosobo dulu :v

Kesan pertama setelah menamatkan buku ini, kagum bahwa penulis berani menceritakan kehidupannya. Membaca buku ini seolah membaca diary penulis. Begitu jujur. Entah kapan saya bisa menulis tanpa sandi di sana-sini :p
"Betapa aku sadar aku hanya perempuan biasa, yang barangkali 70% dari diriku dikuasai oleh darah melankolis dan sisanya adalah absurditas, banyak mau, kekonyolan, dan entah apa lagi yang mampu membuatku penasaran dan memikirkan banyak hal." - hlm. 10
Sungguh ada momen ketika otak saya memberi sinyal untuk berhenti membaca, But, my heart trying so hard to compromise. Tidak ada salahnya membaca true story kan ya? Dulu, Abah selalu protes ketika anaknya suka membaca kisah khayalan orang lain, lalu selalu mengakhirinya dengan arahan untuk menulis cerita sendiri. Sepuluh tahun berlalu, anaknya masih suka membaca, tapi insya Allah anaknya ini bisa menyaring apa-apa yang memang baik dan patut dipertahankan. Semoga kebaikan senantiasa menyertai Abah. Semoga Allah selalu menjaga Abah. I (always) wanna go home and meet you in a good shape. Semandiri apapun sekarang, tetap rindu akan ceramah Abah. I'm not fully ready if there is someone wanna take your responsibility as his.
"Perasaan hampir menyerah itu wajar, tapi jangan pernah sekalipun benar-benar menyerah. Karena yang kita kejar adalah kebahagiaan sejati, maka perjuangan yang kita lakukan pun adalah perjuangan sejati." - hlm. 31-32
Satu hal lagi yang saya soroti dari buku ini, tentang passion. Perjuangan di jalan passion memang tidak mudah. Apalagi untuk seorang perempuan yang memiliki passion tidak biasa, yang sulit dicerna. Maju satu langkah, mundur dua langkah. Mari kita nikmati saja prosesnya, toh usaha tidak akan mengkhianati hasil. Semangat berjuang, wahai Pejuang Passion!

Luruskan niat, Percayalah bahwa Allah penulis skenario terbaik. Siapkan bekal. Segera boleh, tapi jangan tergesa-gesa, sekalipun ada proses yang menawarkan kebahagiaan. Tawaran yang cukup menggiurkan bagi perempuan yang katanya bahagianya tertinggal di masa lalu. Namun, tetap saja perlu dipertimbangkan dengan matang.

Senin, 20 Februari 2017

Teman Imaji

Judul: Teman Imaji
Penulis: Mutia Prawitasari
Penerbit: CV iDS
Terbit: 2015
Tebal: xii + 388 halaman

Akhir Januari lalu ikut pre-order buku self publishing ini atas rekomendasi seorang teman yang cukup saya percaya selera bacaannya. Sudah lebih seminggu lalu buku ini mendarat di kosan, baru sempat menuntaskannya kemarin (15/02). Seharian ini hujan, sehingga tertarik menuntaskan review buku ini.
"Kejujuran itu milik kita yang paling berharga." - hlm. 70
Buku ini berkisah tentang anak kota hujan--Kica. Orang-yang-menulis. Unik. Sebagian karakternya bisa saya terima, sebagian lagi tidak habis pikir. Aneh. Namun, kalau dipikir-pikir lagi kita semua memang aneh atau bisa dibilang punya keanehan tertentu bukan? Keanehan itulah yang kemudian membuat kita menemukan teman dengan satu frekuensi aneh yang serupa.

Banyu. Mantan anak kota hujan. Sosok to good to be true bagi Kica. Seseorang yang bisa memahami apa yang tidak ia katakan dengan baik. Seseorang yang bisa mengatakan dengan baik apa yang tidak ia pahami. Seseorang yang bahkan bisa memahami apa yang tidak ia katakan. Seorang teman yang amat mengerti dirinya yang aneh. Pesan satu kayak Banyu boleh?
"There is no such to good to be true Kica. If  he's too good to be true, you can always do something to be as good as he is." - hlm. 104
Ah, Adit. Sosok yang berpotensi charming, tapi sayang langsung luntur di bab-bab menuju akhir. Kasian loh. Jadi dia begitu saja? Pesan moralnya, sebaik apa pun kita terlihat di mata orang lain, tetap diri kita sendirilah yang paling tahu bagaimana sejatinya kita. 

Bukunya sangat fiksi menurut saya, meminjam istilah Kica--to good to be true. Namun, patut diakui sarat makna. Banyak pesan moral yang diselipkan penulis, yang cukup bisa diterima, yang sayang untuk dilewatkan. Well, setiap karya akan menemukan penikmatnya. Saran ukuran hurufnya mungkin bisa sedikit diperbesar dan pakai font-family Serif agar menambah kenikmatan pembaca hard copies Mbak Uti. Hehe.
"Karena Tuhan menyiapkan yang membuka hati, Kak, bukan membuka hati yang siap." - hlm. 289
"Menemukan jodoh itu rumit Kirana... Seagama belum tentu seiman. Seiman belum tentu setujuan. Setujuan belum tentu sejalan. Sejalan belum tentu sekufu." - hlm. 315
"Kita tidak memilih. Kita tidak dipilih. Tapi kita dipilihkan. Oleh Allah. Maha Pembolak-balik dan Penjaga Hati yang sesungguhnya. Tapi... kita bisa memilih. Untuk jujur atau tidak. Dengan hati kita..." - hlm. 364
Bagian yang paling menggelitik bagi yang terserang salah satu sindrom quarter-life crisis. Entahlah. Kita memang tidak pernah benar-benar tahu hingga kita sendiri menjalaninya. I don't wish, I pray.

Lautan kering menyisakan genangan. Hujan kering menyisakan kenangan. Semoga setiap hujan yang turun senantiasa memberi manfaat bagi kita.

Salam dari pecinta udara basah setelah hujan.

Rabu, 03 Februari 2016

Struggles

I end up stay in there. I don’t think this is something that should be congratulated for. But still, thanks for hold me there. Yeah. You must be thankful to be the chosen one, rite? *sigh*

Maybe, there are some people that desperately want your spot. Wanna swap? But, if it based on division, I guess, I better be there. I don’t know which department will give me more comparative-advantage-things, tough.

Life, surely, not always going as you planned. Everyone have their own struggles. Get yourself together. Even though there is probability of changes, I hope you will get the best for yourself. Keep strong. Just do your part and let Him do the rest.

Selasa, 12 Januari 2016

Insecure

Mendiskusikan hal yang lebih penting dari kuliah empat tahun ini sesuatu yang sering kali ku hindari. Pengen terus lari, membiarkannya menggantung dengan jawaban belum tau, tapi pada akhirnya malam ini harus menentukan pilihan di antara pilihan yang tersedia.

Pertama kali pengumuman formasi keluar, ah, isu itu ternyata benar. Sedih ga sih. Ternyata muara perjuangan selama ini membuatku harus menunda kepulangan.

I'm afraid, literally, to lose myself in here. This place seems bit scary. Can I survive? I'm afraid if I can't meet their expectations *sigh.

Di satu sisi ada hal yang ingin ku kejar, di satu sisi ada hal yang ingin ku pertahankan, di satu sisi ingin tak terlihat, di satu sisi ingin melepas beban yang menggantung.

Begitu banyak pertimbangan memenuhi rongga otak. Ketika sudah menjatuhkan pilihan, bismillah, semoga diberi yang terbaik. Aamiin.

Insya Allah akan ada jalan untuk pulang. Akan ada jalan untuk berbakti pada orang tua walaupun jauh. Semoga kedua orang tua kita selalu diberikan kesehatan. Aamiin.
"sometimes it may seem dark,
but the absence of the light is a necessary part.
just know, you're never alone,
you can always come back home." - 93 Million Miles
Mari habiskan ego kita sendiri dulu. Lakukan hal-hal yang bermanfaat seraya menunggu. Kejar apa yang ingin dikejar. Perjuangkan apa yang harus diperjuangkan. Semangat meraih mimpi. Ingat, ada kereta mimpi yang harus kita kejar.