CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 10 Februari 2019

(basic) financial planning

Empat bulan sudah memantau keuangan diri sendiri. Pengeluaran membengkak akibat (antara) dua hal: goods or traveling. Keseringan jebol dalam nominal yang (mungkin) tidak wajar bagi sebagian orang. Kemudian neraca isinya jiwa dan memori yang bahagia. Duh. Middle income trap. YOLO? FOMO? Mari mulai memperbaiki mindset. Income naik, upgrade aset dulu baru upgrade life style.


Kemarin (09/02) tidak sengaja mengikuti sesi "Smart Financial Planning for Millennials" di atamerica. Bagi yang berminat menonton rekaman video-nya, silakan klik link-nya. Lumayan menambah wawasan dasar bagi pemula yang tertarik belajar financial planning. Intinya "how to manage your spending, not your income".

Why consumerism? Seringnya karena peer pressure; insecurity; industry.
Money problem nowadays? Feeling lack of income; difficulity paying debt; no saving; do not understand about: insurance, investment, future needs, how to manage wealth.


Setiap orang punya kebutuhan yang berbeda, minimal mengerti bagaimana prioritas mengatur keuangan pribadi. Mulai menentukan financial goals: short term, medium term, dan long term. Salah satunya tentu ingin mencapai financial freedom, misal agar tidak mengalami kesulitan keuangan dengan mulai mempersiapkan emergency fund dan pension fund.

Beberapa tips: disarankan saving dulu baru spending, manfaatkanlah fitur auto debet setelah terima income. Produk investasi disesuaikan dengan financial goals, manajemen resiko, dan budget. Misal untuk jangka pendek lebih aman dengan reksadana atau obligasi; saham sifatnya volatile, return tinggi risk tinggi. Kemudian lakukan rebalancing, sesuaikan dengan kebutuhan yang ada seiring bertambahnya usia.

Mari berbenah. Kurangi spending buat life style. Tambah saving atau investment. Semakin awal memulai lebih baik. Starting it somewhere. Demi menghindari financial report yang makin lama dilihat makin miris.

Sabtu, 02 Februari 2019

Bertumbuh

Judul: Bertumbuh
Penulis: Satria Maulana, Kurniawan Gunadi, Iqbal Hariadi, Mutia Prawitasari, Novie Ocktaviane Mufti
Penerbit: CV IDS
Terbit: Cetakan kedua, Maret 2018
Tebal: xvi + 297 halaman

Salah satu hal tersulit yang dihadapi oleh seorang manusia adalah perubahan, baik perubahan di lingkungan, orang lain, maupun diri sendiri. Sebab, perubahan itu seringkali tidak disadari, juga tanpa persiapan. Segalanya seperti tiba-tiba saja terjadi, saat kita semua sibuk menjalani hari demi hari.

Tidak ada yang tetap dan menetap. Waktu bergerak. Benih bertumbuh. Air mengalir. Hidup bergulir layaknya segala sesuatu yang kita kenal. Kebahagiaan, ketenangan, kegelisahan, keresahan, kekhawatiran, dan perasaan-perasaan, semuanya turut bertumbuh.

Hari ini kita akan melatih kepekaan, melihat kembali jejak perjalanan yang telah dilewati, meneliti lagi jalan yang membentang di depan, mendengarkan ulang kata hati dan nasihat-nasihat, meraba perasaan-perasaan kita yang semakin samar.

Ada begitu banyak hal berharga yang kadang terlewati begitu saja, ada kebahagiaan yang kerap kita lupa mengenalinya, dan ada kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu repot-repot kita bawa.

Ada banyak hal yang luput tak tercatat, ada banyak hal yang terlupa karena tidak sempat kita abadikan. Akan kita ingat lagi: apa-apa yang sudah terjadi, apa-apa yang tengah kita lewati, dan apa-apa yang akan kita hadapi-dengan satu harapan, semoga semuanya menjadi rasa syukur.

***

Sudah cukup lama punya buku ini, sempat dibawa dalam beberapa perjalanan pun, baru selesai dibaca dalam reckless journey bulan lalu. Tidak mudah menyelesaikan buku yang terbilang padat ini dalam waktu singkat, terlebih bagi yang tengah memasuki fase QLC, menghadapi keresahan dalam berbagai bentuk.

Penulis-penulis buku ini aktif di laman biru tua Tumblr pada masanya. Seperti pernah membaca beberapa tulisan sebelumnya, salah satu yang paling diingat trisula-nya satriamaulana. Sebelumnya juga ternyata pernah dengar podcast subjective-nya iqbalhariadi. Setiap penulis punya warna tulisannya masing-masing.
"Kamu tahu, apa yang paling menarik sekaligus melegakan dari sebuah perjalanan bertumbuh? Kamu tidak sendirian."
 Buku ini terbagi dalam lima sub poin ciri-ciri orang bertumbuh, yakni:
  1. Bangun pagi.
    Dia memiliki cita-cita untuk dicapai setiap hari.
  2. Fokus pada tujuan hidupnya.
    Bukan pada "apa" atau "yang mana" jalannya, melainkan bagaimana cara menjalaninya.
  3. Tidak iri dengan pertumbuhan hidup orang lain.
    Alih-alih, dia ikut senang dan bahagia apabila ada orang lain yang meraih keberhasilan—dan justru terinspirasi untuk menjadi versi dirinya yang lebih baik.
  4. Banyak bersedekah.
    Dia semakin menyadari bahwa apa yang dimilikinya—entah harta, waktu, atau energi—bukanlah miliknya sendiri.
  5. Semakin bertambah keimanan, ketakwaan, dan rasa syukur.
    Dia semakin mengenal siapa dirinya, untuk apa dia diciptakan, dan ke mana dia akan pulang.
Semangat bertumbuh kepada kalian sekalian. Lapangkan pendengaran, ruang pemahaman. Lantas bersedia untuk berjuang, bersedia untuk lelah. Jangan menyerah. Semoga kita dimampukan untuk mengelola setiap keadaan.
"Ada jarak yang harus ditempuh oleh orang-orang yang sedang bertumbuh—jarak yang jauh antara hati dan pikirannya sendiri."
"Ada yang lebih penting daripada mengikuti passion, yaitu menjadi bermanfaat. Pastikan bahwa setiap pilihanmu adalah manfaat—dunia akhirat."