CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 28 Oktober 2018

Journey to the East (part three)

Ini bukan cerita lanjutan Journey to the East (part one). Jangan ditanya part two-nya mana karena belum tentu ditulis haha. Kali ini mirip seperti part one, ya, tentu saja dadakan. Selasa pagi (23/10) dapat tawaran, but actually I'm not really interested. Pasrah. Yet, I'm willing to 'menjalankan perintah atasan' part :p Hingga sorenya datanglah keputusan boleh berangkat, tapi mesti minggu itu.

It's hard tho. Direct ticket high fare, hotels recommended fully booked. Hampir menyerah dan tukar tempat, tapi tidak berhasil. Rabu pun tetap masuk sambil menunggu kepastian. Diberi pilihan berangkat atau tidak sama sekali; karena minggu depan dan minggu depannya lagi jadwal memadat. There is something I have to do.

Rabu malam (24/10) pun saya nekat berangkat. I don't like my last long night flight. Kzl. I must eat heavy meal in the middle of the night and sahur time. Can you just pick any simple meal, drop it on my table and let me sleep? Argh. I barely slept (with weird dream, twice).

Besok paginya (25/10) landed dan dapat kabar Jumat kantor sana libur peringatan HUT GKI. Sooo, I must immediately work. Sungguh, bukannya jetlag, cuma ingin rehat dan bebersih sebelumnya. Namun, harus rela ditunda.

Sudah mempersiapkan diri kalau memang tidak dijemput kala itu, terlebih pemberitahuannya mendadak dan sepertinya tidak official. Bukan masalah bagi saya, mungkin hanya tidak lazim mengingat budaya jemput-menjemput tamu di negeri ini. Saya pun terbiasa naik angkutan umum, tapi lagi-lagi ternyata tidak lazim di kota yang saya kunjungi.

Saya lebih memilih naik bus bersama banyak orang dibanding naik taksi sendirian. Teman berkomentar memang tahu jalan? Just give me a little briefing, I not too bad in terms of direction. I wonder to be solo traveler. Terlalu nyaman dengan diri sendiri. Terlebih masih di negeri sendiri ini.

Di tengah perjalanan dapat kabar teman baik juga menuju kota yang sama. Felt relieved. Setiap perjalanan, saya seringnya tidak mengontak banyak teman di sana. Bukannya anti sosial, karena seringnya mendadak, terbatas yang sempat dikontak. Bertemu teman lain adalah bonus, terlebih sempat mendengar cerita mereka.


Terima kasih telah membuat perjalanan lebih berkesan. Maybe I will update this posting with proper story. Anyway, selamat hari sumpah pemuda!

Selasa, 16 Oktober 2018

Melihat Api Bekerja

Judul: Melihat Api Bekerja
Penulis: M. Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia
Terbit: 2015
Tebal: 155 halaman

Aku benci berada di antara orang-orang yang bahagia. Mereka bicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata mereka tidak mengatakan apa-apa. Mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup mereka baik-baik saja. Mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri mereka.

Aku senang berada di antara orang-orang yang patah hati. Mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya. Mereka tahu apa yang mereka cari. Mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri.
—Menikmati Akhir Pekan

“Aan adalah salah seorang dari dua atau tiga penyair kita yang berhasil memaksa kita dengan cermat mendengarkan demi penghayatan atas keindahan dongengnya.“ - Sapardi Djoko Damono
***

Buku puisi @hurufkecil yang saya baca setelah "Tidak Ada New York Hari Ini". Buku pinjaman yang sudah lama mengendap di tumpukan buku. Sudah lama selesai membaca kumpulan puisi ini, kebanyakan dengan kening berkerut. Namun, setelah mengulik beberapa lembar, agaknya ingin mengadopsi buku ini ke dalam rak buku pribadi. Terkadang ketika membaca ulang puisi yang sama dapat membuncah perasaan yang berbeda.
"Puisi adalah pasangan bercinta yang kasar—kadang seperti perkelahian yang menggairahkan. Ada kalanya puisi seperti cinta. Tidak tahu di mana harus berhenti." - hlm. 50-51
Buku puisi yang bercerita dengan pertautan diksi yang tidak biasa, dilengkapi ilustrasi yang barangkali eksentrik. Terkadang judul puisinya saja menggelitik seperti satu baris sajak, misal "Sejam Sebelum Matahari Tidak Jadi Tenggelam" dan "Sajak buat Seorang yang Tak Punya Waktu Membaca Sajak".
"Jika kau ingin mengucapkan selamat tinggal, lakukan seperti matahari tenggelam," kataku kepada diri sendiri.
Sampai ketemu besok pagi. Lagi." - hlm. 118
"Aku memilih tinggal di kota dan itu adalah hukuman. Jangan pernah mengunjungiku, agar aku bisa tiba-tiba merindukanmu di antara hal-hal yang teratur." - hlm. 137
"Barangkali lebih baik dia tidak tahu apa-apa tentang aku.
Aku ingin diam-diam mencintainya seperti benda kecil yang sengaja menjatuhkan diri dan berharap tidak pernah ditemukan." - hlm. 139
Tak apa jika kamu terpana dalam ketidakmengertian. Tak apa jika kamu perlu waktu membaca berulang-ulang. Perlahan-lahan perasan perasaan akan menyusup, mungkin sambil membisikkan sebongkah pemaknaan.

Minggu, 14 Oktober 2018

kesempatan

ada banyak kesempatan yang ditawarkan
bukan sekali dua kali, melainkan berkali-kali
hanya saja tidak punya cukup keberanian
hanya saja tidak cukup nekat keluar dari zona nyaman
hingga banyak kesempatan yang dilewatkan

maju satu langkah mundur dua langkah
bergerak tapi tidak maju signifikan
sulit bukan berarti tidak mampu
perlu pemicu perlu tabungan ilmu
hingga sukses mengikis krisis kepercayaan atas diri sendiri

Sabtu, 13 Oktober 2018

hijacked

Have your media social accounts been hijacked?
I've decided not to create another account if my previous account can't be retrieved.

I can't access my instagr*m account for two weeks, since 26 September till 8 October. If you ever received any messages or likes from my account (@hernitatudzla) in that period, it's not me.

I thought 26 September was my last access to my account. Suddenly, I logged out from my account. When I tried to log in with my password, I can't. When I clicked forgot password, I got message an email already sent, but not to my email address. I didn't remember clearly which email address I used to sign up.

I let it go because on 29 September my account remained the same. Unfortunately, on 7 October my account showed inappropriate profile picture and my name changed. So, I followed up procedure to get back into my account.

Glad, I remembered which email address I used to sign up. After many trials (because I forgot the password .-.), I can logged in to my old email. I must send email from my old email address to verify that I own this ig account.

Thankfully, I've success retrieved my account and reset my password. Special thanks to Putri Ayu, member of ig team who assist me patiently.

Don't forget to verify your (mostly used) email, because you will get notification if there is any change. So, you can revert change immediately if it's not from you.

Rabu, 10 Oktober 2018

The Book of Invisible Questions

Judul: The Book of Invisible Questions
Penulis: Lala Bohang
Penerbit: Gramedia
Terbit: 2017
Tebal: 152 halaman

Who?
A breathing meat.

Why?
Some breathing meat lucky enough to understand their purpose of existence. But most of the meats have no idea why they exist in the universe. The meat who knows and the meat who doesn’t know experience the same pain, uncertainty, and heartbreak, but have different points of view on everything.

Where?
Under the sky. On the soil. Between the air and the sea. In the arms of people who treat you badly.

What?
Something you don’t know and something you know. If you’re lucky you’ll find the answer but other questions will come to you soon after that.

When?
Not today.
***

Buku kedua Lala Bohang yang saya baca setelah The Book of Forbidden Feelings. Lighter dibanding buku pertamanya. Berhasil saya tuntaskan dalam dua jam tanpa pikir panjang, setelah memberi sebuah keputusan cukup penting.
"Life is not that easy.
It's never easy.
It's the same for everyone." - page 15
It is a also poetry book like before, but with blue illustrations. Sebagian besar sajak diawali sebuah pertanyaan yang akan mengajakmu berpikir sejenak.
"How to accept everything just as it is?
Shut down your brain
Turn off your heart
Close your eyes
Be invisible" - page 21
If I can, I'd like to be invisible. Haha. Let's laugh at ourselves. Disappear from every awkward situation.
"What is letting go?
Imagine yourself taking off your
heavy backpack after a long day.
That's what letting go is about." - page 66
Pardon me who don't really understand the long kind of conversation or poems on this book. Maybe I will re-read it if I have a plenty of time.
"Human: a statue of memories." - page 77
"What is your strongest talent?
Self-doubt." - page 85
Terjebak dengan keraguan atas diri sendiri. Entah siapa yang berhasil menggerakkan. Entah kapan berani mengambil tanggung jawab.
"Aren't we all just compilations of all of our good and bad decisions?" - page 142

Minggu, 07 Oktober 2018

The Readers Fest


Yesterday, I went (alone) to readers fest just to met him. Haha. Anyone knew? Yes, he is @SapardiDD. Author of the famous Hujan Bulan Juni. Sudah lama mengenal sajak beliau, mungkin sejak SMA, khususnya sajak "aku ingin". Sudah membaca beberapa karya beliau, pun menonton filmnya, tapi baru berkesempatan bertemu dan meminta tanda tangan beliau. Thanks for someone who gave me his book wkwk. Sebenarnya acara kemarin sekaligus rilis buku terbaru beliau yang berjudul "perihal gendhis". Berhubung antrian kasirnya mengular, cukup berpuas diri dengan buku lama favorit.
"Puisi bukan tuk dimaknai, tapi dihayati."
Ada banyak buku murah yang ditawarkan di reader fest, tapi tak mampu menarik minat saya. Sudah bisa dipastikan betapa ramainya pameran buku di akhir pekan. Membuat tidak berminat menjelajah satu per satu tumpukan buku, hanya berkeliling sekilas pandang. Lagipula tidak ingin menambah koleksi buku yang belum dibaca. Menghindari impulsive buying.

(source: @bukugpu)
Can you spot me? :p