CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 22 Juni 2016

Parent as Teacher

Dua hari yang lalu menghadiri acara seminar parenting atas permintaan kakak tercinta. Beberapa minggu yang lalu sempat membelikan buku dengan penulis yang merupakan pembicara seminar tersebut, Abah Ihsan Baihaqi. Bisa dihitung dengan jari calon ayah/bunda yang menghadiri acara tersebut di tengah jam kantor dan ya, aku salah satunya. Haha. Kinda embarrassing, but after that seminar, I think parent-to-be must attend that kind of seminar as often as possible, seriously.
"Jadilah orang tua betulan, bukan karena kebetulan."
Jangan ketika punya masalah dengan anak baru belajar. Sebelum memutuskan mempunyai anak, you must be well prepared. Seorang anak tidak bisa memilih dilahirkan dari orang tua seperti apa, tapi kita bisa memutuskan akan menjadi orang tua seperti apa bagi anak kita bukan? Setiap anak lahir dengan fitrah, dengan bibit kebaikan, seperti jujur, mandiri, kreatif, patuh, disiplin. Tugas kita sebagai orang tua perlu memelihara dan menjaganya.

Setiap anak lahir dengan fitrah, tergantung orang tua bagaimana ia dibentuk. Hal-hal negatif seringkali terjadi karena orang tua tidak sadar atau tidak sengaja dalam mendidiknya. Misalnya, orang tua yang sering tidak tega, tidak tegas, dapat menyebabkan anak tidak mandiri. Orang tua yang malas menjaga ketika anak bermain, sering melarang ini itu, dapat menyebabkan anak tidak kreatif.

Kenapa kita perlu belajar?
Pertama, karena Allah, perintah pertama adalah belajar.
Kedua, karena zaman telah berubah. Dulu orang tua tidak punya kompetitor. Anak tidak punya benchmark untuk membandingkan berbagai informasi. Dulu anak yang dilepas begitu saja tanpa arahan orang tua akan baik-baiknya. Sekarang? Lihatlah generasi milenium sekarang akibat kotak-kotak berteknologi tinggi (re: smartphone, TV, tablet, etc). Apakah anak-anak sekarang akan tumbuh baik-baik saja tanpa arahan orang tua? Absolutely not, rite?

Menjadi teladan dapat menjadi salah satu cara mendidik anak. Namun, itu saja tidak cukup untuk membentengi anak dari pengaruh lingkungan. Berikut beberapa tips dari Abah Ihsan kemarin.

1. Semua orang tua wajib punya ilmu/skill.
"Tidak ada anak yang sejak lahir berniat menghancurkan hidupnya, yang ada orang tua yang gagal mendidik anaknya."
Orang tua yang harus lebih kuat mempengaruhi anaknya agar tidak ingin anak terpengaruh lingkungan. Orang tua perlu membuat SOP berupa aturan atau batasan ketika berlebihan. Tindakan berlebihan anak perlu dilarang jika: mencelakakan diri sendiri, merugikan orang lain atau melanggar hukum. 

Jangan menjadi orang tua yang otoriter. Ajarkan konsep kepemilikan dulu, baru ajarkan konsep berbagi. Tidak ada gunanya memaki-maki, doakan.

2. Sering-sering ajak anak curhat.

Ajak curhat setiap hari, terutama ketika anak beranjak remaja. Curhat di sini bukan orang tua yang ceramah, melainkan anak yang bercerita. Buatlah suasana agar anak tidak segan untuk bercerita. Hal ini akan membuat anak jauh dari kenakalan.

3. Luangkanlah waktu.
Tidak ada pendidikan tanpa waktu. Minimal tiga jam dalam sehari bersama anak. Misal, jam 18.00-21.00 disconnect. Gunakan tiga jam tersebut untuk 3B: bicara, belajar, bermain. Waktu tersebut bisa digunakan untuk Qur'an time, story time, etc. 
"Jangan meminta dividend pada anak jika kita tidak mau berinvestasi."
Noted. Seminar kemarin benar-benar menginspirasi. Apalagi ditambah cara Abah Ihsan menyampaikannya. Mudah dicerna dan menyenangkan. Boleh lah nanti ikut program Abah Ihsan yang lain wkwkk. Mari kita sama-sama belajar menjadi calon orang tua betulan, bukan kebetulan :D