CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »
Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Review. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 November 2022

Laut Bercerita

Judul: Laut Bercerita
Penulis: Leila S. Chudori
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Terbit: Oktober 2017
Tebal: 379 halaman

Jakarta, Maret 1998

Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.

Jakarta, Juni 1998

Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.

Jakarta, 2000

Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.

Laut Bercerita, novel terbaru Leila S. Chudori, bertutur tentang kisah keluarga yang kehilangan, sekumpulan sahabat yang merasakan kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa dan lancar berkhianat, sejumlah keluarga yang mencari kejelasan akan anaknya, dan tentang cinta yang tak akan luntur.

***

Sudah melirik novel ini sejak 2018 karena covernya. 2020 men-check-out-nya bersama satu buku prosa (Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau) yang tentu sudah lebih dahulu selesai dibaca. 2022 dibuat sesak seusai membaca novel ini. Sudah lama ternyata tidak membaca fiksi, terakhir Aroma Karsa. Genre sejarah sejujurnya not my cup of coffee, makanya tak kunjung selesai dibaca. Terlalu lama jeda membaca prolog yang sejatinya sudah menyuratkan ending ceritanya. Memasuki pertengahan cerita baru tergesa ingin menyelesaikannya.

Novel ini berisi flashback yang dibagi menjadi dua bagian, dari sudut pandang Biru Laut dan Asmara Jati (adiknya). Sesuai judulnya, benar-benar Laut yang bercerita di awal. Ia turut bergabung dengan Winatra, organisasi mahasiswa yang memihak pada kaum kecil, seperti buruh dan petani. Cerita fiksi yang terasa begitu nyata, perjuangan para aktivis yang kegiatannya dianggap menentang pemerintahan kala itu, dikejar-kejar aparat, hingga harus hidup berpindah-pindah. Kemudian, satu per satu mereka hilang (re: penghilangan orang secara paksa). Bagian terberat mendapati satu pengkhianat berada di antara mereka.

"Setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi, Laut. Mungkin saja kita keluar dari rezim ini 10 tahun lagi, atau 20 tahun lagi. Tapi apapun yang kamu alami di Blangguan dan Burungasih adalah sebuh langkah. Sebuah baris dalam puisimu. Sebuah kalimat pertama dari cerita pendekmu." -hlm. 183

"Aku hanya ingin kau paham, orang yang suatu hari berkhianat pada kita biasanya adalah orang yang tak terduga, yang kau kira adalah orang yang mustahil melukai punggungmu." - hlm. 31

Emosi kian memuncak di bab Asmara Jati, yang perlahan mengajarkan kita agar berdamai dengan kehilangan. Sekian tahun keluarga para aktivis, baik orang tua, kakak, adik, kekasih, menyangkal bahwa mereka yang hilang sudah tiada. Sang adik, mencoba untuk mengajak kedua orang tuanya ‘keluar dari kepompong’ dan menghadapi kenyataan bahwa Mas Laut hilang dan tak akan pernah kembali. The last part hit the hardest, I couldn't hold back my tears.

"Kalau sampai aku diambil dan tidak kebali, sampaikan pada Asmara, maafkan aku meninggalkan dia ketika bermain perak umpet, dia akan paham. Aku akan selalu mengirim pesan kepadanya melalui apa pun yang dimiliki alam. Dan sampaikan pada Anjani, carilah kata-kata yang tidak terungkap di dalam cerita pendekku." - hlm. 226

"Gelap adalah bagian dari alam. Tetapi jangan sampai kita mencapai titik kelam, karena kelam adalah tanda kita sudah menyerah. Kelam adalah sebuah kepahitan, sebuah titik ketika kita merasa hidup tak bisa dipertahankan lagi." - hlm. 2

"Seandainya belum ada satu pimpinan pun yang menunaikan janjinya untuk mengungkap kasus kematianku dan kematian semua kawan-kawan, maka inilah saranku: kalian semua harus tetap menjalankan kehidupan dengan keriangan dan kebahagiaan." - hlm. 366

I really want to thank all of the activists involved at that time because they have succeeded in creating a better country for us to live in. Selamat (sebentar lagi) Hari Pahlawan!

Sabtu, 13 Agustus 2022

Memberi Ruang

Judul: Memberi Ruang
Penulis: Kurniawan Gunandi
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbit: Juni 2022
Tebal: 160 halaman

Kalau ingin memahami orang lain, pertama-tama kita harus bisa memahami diri sendiri. Sebab, bagaimana mungkin memahami perasaan, masalah, dan apa pun yang sedang dialami orang lain kalau kita gagal melakukan hal serupa pada diri ini.

Beri ruang yang cukup untuk dirimu sendiri. Beri waktu yang lapang untuk mengenali diri dengan baik. Jangan sampai kita terlalu sibuk dengan dunia luar sehingga gagal memahami diri ini. Lalu saat sudah berumur, kita masih dibuat bingung dengan keinginan yang ada.

Memberi Ruang akan  membawa kita memahami berbagai pelajaran hidup yang hadir lewat kegagalan, kesedihan, kecemasan, dan masalah-masalah lainnya.

***

Buku ketujuh yang ditulis masgun sejak 2014. Kali ini sengaja langsung direview tak lama setelah bukunya selesai dibaca, agar tidak terlewat seperti Bising (yang rencana reviewnya akan disusulkan kemudian, haha). Mungkin di antara kalian ada yang sudah pernah membaca Hujan MatahariLautan LangitMenentukan ArahBertumbuh, atau Arah Musim; tidak akan asing dengan buku kumpulan tulisan pendek ini. 

"Hati-hati segalanya memiliki konsekuensi." - pesan di samping tanda tangan yang dibubuhkan masgun
Hal yang paling terasa sejak Bising, tulisannya lebih dewasa, topiknya lebih kompleks. Tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi dewasa itu sulit. Setiap cerita dalam buku ini bisa diikuti secara acak, tidak ada cerita yang bersambung, beberapa poin berulang. My personal opinion, tidak semelelahkan membaca Bising, karena buku ini memang negasinya.

Bulan lalu mengikuti bedah buku ini secara online. Berikut beberapa catatan yang sempat dikutip. Masalah besar atau kecil itu persfektif, tergantung ruang yang dimiliki. Kemudian, bagaimana respon terhadap masalah yang dihadapi. Seberapa sering menghindar atau lari dari masalah?
"Kita tidak selamanya bisa bergantung kepada orang lain. Seseorang yang akan terus menemani kita adalah diri sendiri. Maka, bantulah dirimu untuk bisa menjadi pribadi yang baik. Pribadi yang menyenangkan. Bantulah dirimu untuk menjadi orang yang berwawasan, bisa kamu ajak bicara, dan kamu merasa nyaman dengannya setiap waktu." - hlm. 42

Apakah nyaman ngobrol dengan diri sendiri di fase krisis? Everyone was a beginner, selami cara berpikirnya. Kalau ada yang bisa diperbaiki, bantu memperbaiki cara berpikirnya. Respect dengan peran yang diambil oleh orang lain. Di luar sana ada yang tidak bisa memilih peran, karena seolah-olah itu takdir. Appreciate, apa yang dikerjakan itu bernilai.

Kapan terakhir kali benar-benar bicara dengan orang tua?

Seberapa penting hal itu bagimu? Jika perlu waktu mencapainya 7 sampai 10 tahun apakah bersedia mengambil konsekuensinya? Jangan memilih sesuatu yang tak ingin kamu miliki seumur hidup.

"Tak ada yang mengejar-ngejarmu, kecuali kekhawatiran dan ketakutanmu sendiri." - hlm. 111

"Kita sering kali memilih sesuatu yang lebih mudah dijalani, mesti bukan yang benar-benar kita inginkan." - hlm. 157

Diselipkan beberapa halaman kosong untukmu menulis tentang dirimu sendiri pada buku ini. Semangat berkontemplasi.

Minggu, 27 September 2020

Strawberry Generation

 

Judul: Strawberry Generation
Penulis: Rhenald Kasali
Penerbit: Mizan
Terbit: Juni 2017
Tebal: 280 halaman

Dari bentuk dan warnanya, strawberry itu menawan. Namun, di balik keindahannya, ia ternyata begitu rapuh. Itu adalah ilustrasi dari strawberry generation. Sebuah bagian dari suatu generasi yang rapuh meski terlihat indah.

Dalam buku ini Rhenald Kasali berbicara mengenai perubahan, baik yang tak terhindarkan maupun yang harus diusahakan. Salah satunya, ia mengingatkan anak muda agar tidak menjadi bagian dari strawberry generation. Generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.

Padahal, menurut Rhenald, kesuksesan tidak bisa diraih melalui jalan pintas. Maka, mentalitas rapuh itu harus diubah. "Passenger" harus menjadi "driver". Fixed mindset digantikan growth mindset.

Inilah buku yang penting dibaca oleh mereka yang ingin menjadi manusia tangguh. Yaitu, manusia yang berkarakter kuat, berjiwa terbuka, dan pandai mengungkapkan isi pikirannya.
***

Akhirnya setelah sekian bulan pandemi, berhasil menamatkan sebuah buku dari penulis yang tidak asing. Penulis merupakan pendiri Rumah Perubahan. Artikel beliau yang pertama kali pernah saya baca dan begitu menggugah, berjudul Pasport. Pernah mendaftar salah satu kursus online beliau di IndonesiaX, sayangnya terlewatkan, maybe I will catch up later.

Buku ini berisi kumpulan artikel, seputar dunia pendidikan dan parenting. Topik bahasan dibagi menjadi lima bagian besar, yaitu Pada Mulanya adalah Mindset, Hi-Tech and Hi-Touch Parenting, Memetik Moral dari yang Viral, Bianglala Entrepreneurship dan Mencegah Rajawali jadi Merpati. Banyak hal menarik yang diungkapkan dan membuat mengangguk sepanjang membaca, membenarkan hal yang disampaikan.
"Albert Einstein pernah mengatakan bahwa semua orang yang dilahirkan di muka bumi ini pada dasarnya genius. Masalahnya, mereka selalu diukur kecerdasannya berdasarkan hal-hal yang tidak mereka miliki, bukan atas apa yang mereka miliki." - hlm. 37
Sepakat pentingnya growth mindset dalam pendidikan. Agar berani mengambil tantangan hidup yang lebih besar dan mencoba hal-hal baru, sehingga terlatih melihat peluang untuk berkembang. Selain itu, penting memiliki skill memadai dalam mengambil keputusan dan menentukan skala prioritas. Belajar bukan hanya menghapal, tetapi berpikir kritis.
Namun, bagi Agustinus dari Hippo, "Those who do not travel read only one chapter." - hlm. 44
Pergi ke luar negeri tanpa ditemani satu orang pun supaya berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat atau kehabisan uang. Agar mendapatkan life skills, di antaranya kemampuan mengelola rasa frustasi, cognitive flexibility, focus dan self-control, kemampuan mengambil keputusan dengan jernih, menimbang resiko, berpikir logis, kritis, dan kreatif, berkomunikasi artikulatif, berempati pada kesulitan orang lain, serta kemampuan melihat dari perspektif yang berbeda, menurut Carol Dweck disebut sebagai growth mindset

Agar tidak terjebak sistem pendidikan negeri ini, sebaiknya orang tua perlu membuat kurikulum pendidikan sendiri untuk anaknya, tentu menjadi tantangan mendidik generasi Z atau alpha ke depannya. Zaman sudah berubah dan problematika semakin kompleks sehingga mungkin tidak bisa lagi di-handle dengan cara-cara lama. Jadilah driver yang menentukan arah, membawa penumpang-penumpangnya ke tempat tujuan dan mengambil resiko.
"Kalau kita mau hidup enak, ya kita harus belajar terus, tidak boleh ada tamatnya meski tidak ada ijazahnya." - hlm. 187
"Learning itu gabungan dari relearn dan unlearn." - hlm. 191
"Kalau kita berani melewati jalan tidak nyaman, lambat laun kita pun bisa meraih kemahiran. Kalau sudah mahir dan nyaman, jangan lupa cari jalan baru lagi. Seorang climber, kata Paul Stoltz terus mencari tantangan baru. Dia bukanlah a quiter atau a camper." - hlm. 192
It took me a while to finish reading this book. Beberapa poin penting dalam buku ini mengingatkan kembali hal-hal yang pernah disampaikan pemateri career class. Memberikan perspektif baru untuk menjadi generasi tangguh, tidak mudah rapuh karena tekanan.

Minggu, 16 Februari 2020

Arah Musim

Judul: Arah Musim
Penulis: Kurniawan Gunadi
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbit: Oktober 2019
Tebal: 200 halaman

Tindakan-tindakan kecil kita di masa lalu telah mengubah banyak hal di kehidupan kita saat ini. Mungkin kita tidak pernah menyadarinya. Mungkin kita telah melupakannya. Meski kemudian kita kebingungan karena tidak mampu memahami rentetan kejadian sebab dan akibat itu.

Kita sering gagal memahami bahwa apa yang terjadi dalam hidup kita adalah hal-hal terbaik yang bisa kita dapatkan. Kita seringkali salah memahami maksud-maksud tersembunyi yang Dia hadirkan dalam semua rentetan kejadian hidup yang amat berharga. Dia ingin mengajarkan kita sesuatu. Sesuatu yang seringkali kita tolak kehadirannya. Sesuatu yang barangkali menjadi doa-doa kita selama ini.

Tapi, kita tidak cukup sabar melewati musim-musim yang silih berganti.

***

Buku yang sebenarnya sudah dituntaskan dalam liburan akhir tahun lalu, tapi baru dibuka kembali. 2020 baru berjalan sebulan, tapi berasa sudah terengah-engah. Haha. Berawal dari mencari sebuah penggalan kalimat, berakhir dengan membaca ulang beberapa cerita dalam buku ini. Sudah lama mengetahui judul buku kelima masgun ini, sekitar tiga tahun lalu. Namun, buku ini baru diterbitkan melalui penerbit mayor, tidak seperti Hujan Matahari, Lautan Langit, Menentukan Arah, dan Bertumbuh, yang diterbitkan secara indie.
"Kamu harus kuat, sebab perjalanan ke depan butuh kekuatanmu untuk bisa menahan diri, mengendalikan diri. Bukan karena kamu harus bertarung secara fisik dengan orang lain, melainkan karena kamu harus melawan egomu, ambisimu, dan dirimu sendiri." - hlm. 20
Some parts are relatable, as always. I've tapped his stories on ig and feel like I've been slapped virtually. Haha. Begitu pun dalam membaca buku ini. Pada bagian tertentu akan membuatmu merenung sejenak, membawamu mendapatkan pemahaman baik.
"Ketidakbahagiaan kita saat ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan kita untuk bersyukur atas hal-hal yang bisa dengan mudah kita dapatkan." - hlm. 76
It's okay to be different. It's okay to have different point of views. But seriously, this book getting deeper, terlebih bagian kisah anak perempuan yang dituliskan oleh seorang ayah. Pesannya sungguh dalam. One of my favourite quote below.
"Kau adalah gadis yang cemerlang. Jangan biarkan tekanan sosial, kata orang, dan pandangan umum masyarakat mengalahkan keteguhan hatimu, mengerdilkan peranmu. Juga, jangan takut untuk menjadi seseorang yang lebih, yang kata orang-orang nanti tidak ada laki-laki yang mau denganmu. Jangan dengarkan itu, dengarkan bahwa itu tidak ada hubungannya sama sekali. Kau adalah gadis yang cerdas. Kamu mampu membuat rumusan hidupmu sendiri, mampu menyesuaikan dirimu dengan keadaan, mampu mengubah keadaan di sekitarmu." - hlm. 54
Buku ini berisi kumpulan cerita seperti buku-buku masgun sebelumnya, yang kentara membedakan, ada cerita bersambung dalam setiap chapter arah musim yang cukup menarik kisahnya. Mungkin bisa dibilang mini serial novel dengan plot twist tak terduga. Suatu saat musim akan berganti, jangan sampai terlambat menyadari dan menyesal di kemudian hari.
"Hal-hal berharga dalam hidup kita memang tidak pernah diukur dengan cara matematis. Hidup kita jauh lebih berharga dari hitungan-hitungan untung dan rugi. Ada yang jauh lebih bernilai dan berharga, yaitu keberkahan." - hlm. 123

"Apa yang kamu lihat dengan apa yang orang lain lihat mungkin berbeda. Apalagi jika kamu hanya melihat dan belum pernah mengalami." - hlm. 132
Sebagai penutup, berikut kutipan pamungkas yang dicari di awal. Haha. Beberapa tulisan kadang menyisakan pertanyaan menggantung, yang entahlah, aku pun kadang belum punya jawaban sedemikian rupa. Salah satu contohnya, 'kalau ada yang memperjuangkan, beranikah untuk ikut berjuang?' Seorang teman mengingatkan untuk memupuk jiwa realistis. Yeah, hopefully.
"Coba ingat-ingat lagi sebenarnya apa yang kita perjuangkan, apakah kamu hanya memperjuangkan seseorang untuk menjadi pendampingmu atau memperjuangkan ibadahmu. Jika memang untuk ibadahmu, sebenarnya, dengan siapa pun kamu bisa melakukannya, tidak harus denganku. Semoga kita bisa ikhlas menerimanya." - hlm. 143-144

Sabtu, 30 November 2019

Heal Yourself: Untukmu yang Pernah Terluka

Judul: Heal Yourself: Untukmu yang Pernah Terluka
Penulis: Novie Octaviane Mufti
Penerbit: CV.IDS
Terbit: Oktober 2019
Tebal: 270 halaman

Seseorang sedang duduk di balik jendela. Seluruh ruang ditutupnya rapat-rapat sebab ia tidak ingin satu sosok pun mengetahui keberadaannya. Tangisnya menggema dalam diam, menggaung tanpa kata-kata. Pikirnya berkelana pada berbagai kilasan masa ketika ia dilupakan, ditinggalkan, dilukai, juga dikhianati hingga ia merasa kehilangan dirinya sendiri.

Kamu tahu, nampaknya ia sedang benar-benar membutuhkan sosok teman yang berbesar hati mendengarkan, menyapa perasaan, menemani berjuang, dan membantunya mengurai benang-benang kusut dari dalam kepalanya yang berjuntaian. “Siapakah dia?” Mungkin itu tanyamu dalam hati. Sekarang, pandangi wajahmu di cermin.

Di sana akan kamu dapati sesosok manusia yang hatinya istimewa sebab dirinya begitu berharga. Sosok yang kamu lihat itu adalah orang yang sejak tadi kita bicarakan.
Maukah kamu menemaninya berjuang?
***

Buku yang masih hangat, belum sampai sebulan mendarat. Memilih menuntaskan buku ini di antara tumpukan buku yang lain. Entah karena belakangan semacam kehilangan diri sendiri, entah sebab apa.
"Kukira aku hanya bisa terluka oleh orang lain atau segala sesuatu yang ada di luar diri. Namun, ternyata aku pun bisa terluka karena diriku sendiri. Lalu harus bagaimana?" - hlm. 1
Pertama kali membaca tulisan teh Novie dalam Bertumbuh. Kemudian sekitar Juni lalu menemukan satu tulisannya dalam tumblr yang berjudul Heal Yourself #29: Quarter Life Crisis, Harus Gelisah, Kah? dan tersadarkan, kita seringkali mengkhawatirkan apa-apa yang sudah ditetapkan Allah #jleb.

Buku ini dirintis penulis dengan tagline #30DaysRamadhanWriting di akun ig @healyourself.id. Sungguh menarik, silakan dikulik, terlebih bagi yang tertarik akan isu kesehatan mental. Buku ini juga mengaitkan berbagai tulisannya dengan literatur psikologi, Al Quran dan hadist. Ya, tulisannya bergenre Islamic self help, hingga sampai pada pemahaman bahwa segala sesuatu mesti dikembalikan kepada Allah SWT.
"By remembering and retelling events, people can deal and making sense of the past." - Charmaz, 1991
Bonus writing for healing journal-nya sepertinya perlu dicoba. Belajar untuk meregulasi emosi. Selain itu, buku ini juga memberikan tips sebagai teman bercerita. Jadi belajar seni mendengarkan. Carilah teman bercerita, jika merasa tak mampu menanggung masalah sendiri, pun tidak mengapa jikalau membutuhkan bantuan psikolog.

Ohiya, buku ini self publishing, jadi yang berminat mengadopsi bisa lewat langitlangit.yk saat periode pemesanan dibuka. Menemukan dua paragraf berulang pada tulisan yang berjudul "Ilfeel sama Allah?", mungkin bisa diperbaiki pada cetakan berikutnya. Rasanya juga ketemu sedikit typo, tapi tidak sampai mengganggu esensi isi. Terima kasih telah menuliskan buku ini teh :')
"The best moments usually occur when a person's body or mind is stretched to its limits in a voluntary effort to accomplish something difficult and worthwhile." - Mihaly Csikszentmihalyi

Rabu, 18 September 2019

The Book Imaginary Beliefs

Judul: The Book of Imaginary Beliefs
Penulis: Lala Bohang
Penerbit: Gramedia
Terbit: Februari 2019
Tebal: 152 halaman

Earth is blue, fragile, light, and not a star. And we’re part of it, not just living on it. Earth is a battle ground where all species constantly face an invisible war. And we’re the main actor of growth, destruction, and peace.

Someone’s precious is someone else’s garbage.
Someone’s interest is someone else’s boredom.
Someone’s principle is someone else’s violation.
Someone’s contentment is someone else’s pressure.
Someone’s recipe for immunity is someone else’s cause of death.
Either you’re the “someone” or the “someone else”, it doesn’t matter because confusion will always bounce back to you, no matter how far you’ve been running away from it.

It’s about facing an empty page each day, it’s about waking up in the morning deciding to be alive, it’s about choosing which mistakes to avoid, it’s about considering what and who to ignore, it’s about crafting a self that’s truly your own, it’s about faking a smile to cure the pain of others, it’s about continuously moving forward because going back is never a choice, it’s about looking at the blue sky and having small talks with it, it’s about everything that feels small and unworthy, it’s about becoming buoyant, never being trapped between other people’s cacophonic agendas, it’s about counting your breath.
***

Buku ini merupakan sekuel The Book of Forbidden Feeling dan The Book of Invisible Questions. Tertarik men-check out-nya sebulan lalu karena diskon, judul, berwarna hijau dan sepotong kalimat pada blurb. 
Either you’re the “someone” or the “someone else”
Ha. Tidak bisa dipungkiri bahwa saya mungkin kadang kala menjadi the "someone else". Bagi yang level bodo amat-nya di atas rata-rata, tidak perlu berbusa-busa mendebat penilaian orang lain terhadap kita, hal yang di luar kendali kita. Just stay focus in your values and priorities.
"You feel anxious when you have nothing to do. You feel anxious when you haven't checked one of your long to-do lists."
Akan terasa buku ini terbilang dewasa dibanding kedua saudaranya. Pada suatu halaman diingatkan untuk stop being so hard on yourself. Bagian yang paling relatable. Sisanya, entahlah, I can't really figured it out, esp the long stories. Maybe I'll reread this book, agar lebih meresapinya :p

Buku ini masih dilengkapi dengan ilustrasi yang weirdly beautiful, dengan ciri khasnya, the cute stripe girl. Haha. Overall, dari ketiga buku, saya tetap merasa lebih berkesan membaca buku yang pertama, lebih dark somehow. Kembali ke selera masing-masing. Selamat membaca.

Sabtu, 24 Agustus 2019

Jakarta Aquarium

Akhir tahun lalu hanya mengunjungi virtual aquarium, kemudian awal bulan Agustus (04/08) terealisasi mengunjungi real aquarium bersama tamu dadakan, so happy little kid. Haha. Memang rezekinya tetap dapat tiket promo, hampir separuh harga weekend. Normalnya harga tiket masuk  aquarium yang beroperasi sejak 2017 ini kala weekday 150ribu dan weekend 200ribu. Berlokasi di NEO Soho, jikalau naik transjakarta bisa turun di S. Parman Podomoro. Lalu, menyeberang dari Central Park melalui Jembatan Eco Skywalk yang katanya lebih bagus dilihat kelap-kelipnya saat malam hari. Aquarium terletak di LG.

finding nemo (re: clownfish) and dory (re: surgeonfish)

Bagi yang pernah snorkelling, tentu tidak asing melihat aneka ikan perairan dangkal. Aquarium ini  menawarkan pengalaman hal serupa versi mini-nya. Anemone lautnya pun hidup. Ada beragam ikan, termasuk nemo dan dory. Selain itu, ada aneka satwa darat, seperti kura-kura, iguana, kukang, biawak, dan landak. Kemudian beranjak mulai melihat aneka ikan perairan dalam, seperti berbagai jenis hiu hingga pari manta.

Rabu, 17 Juli 2019

Seni Tinggal di Bumi

Judul: Seni Tinggal di Bumi
Penulis: Farah Qoonita
Penerbit: Kanan Publishing
Terbit: 2018
Tebal: 178 halaman

Karena kita hidup di sepetak kerajaan-Nya, ketahui seni tinggal di sana.

Mulai dari, Seni Melangkah di Bumi, tentang bagaimana kita menorehkan setiap guratan warna-warni kuas dalam kanvas kehidupan. Tentang Hati yang Ingin Dicintai, perihal bagaimana seharusnya kita memerlakukan hati sang pengemudi diri. Tentang Perempuan, ketahui bagaimana spesialnya perempuan di mata-Nya. Manusia Langit, kenali dan pelajari lebih jauh manusia-manusia yang telah sukses mendapat medali kemenangan nan agung. Dunia Di Sekitarmu, ketahui bagaimana romantisme perjuangan pembebasan Palestina, dan perihal dunia Islam pada umumnya. Terakhir, Menapaki Keabadian, tentang bagaimana kita seharusnya bersikap pada kehidupan setelah kematian.

Selamat menorehkan karya seni paling indah di dunia untuk negeri akhiratmu.

***

Sudah sejak tahun lalu (kadang-kadang) mengintip akun teh qoon, laman dakwah yang breathtaking. Sempat tertarik beli bukunya, tapi baru tergerak dua bulan lalu mengadopsinya dan menargetkan menamatkannya dalam bulan Ramadhan.
"Do what you love? Do what Allah loves!" - hlm. 27
Diksi buku ini terbilang ringan, penulis memparafrasakan aneka cerita Sirah Nabawiyah dikaitkan keseharian dengan sederhana. Penuh hikmah. Agaknya menjembatani bagi yang belum membaca redaksi cerita sahabat nabi secara utuh.

Buku ini bisa dicerna per bab secara acak, kecuali beberapa tulisan yang berupa cerpen. Jika membacanya urut, semakin memasuki tema besar terakhir, semakin keras tamparannya. Semakin dibuat merenung, salah satunya oleh tulisan berjudul "meminta recehan dilemparkan dari langit".
"Jangan-jangan selama ini kita mengerjakan akhirat hanya untuk dunia. Jangan-jangan kita lebih merindu untuk bergelimang harta, dibanding mendapatkan rida, ampunan, dan kasih sayang-Nya." - hlm. 162
Sedikit terganggu dengan beberapa typo, terlebih body tulisan yang kurang konsisten antara Serif atau Sans-Serif. I prefer Serif tho buat buku cetak begini. Despite of anything, formating tidak mengurangi pesan yang ingin disampaikan teh qoon. Grab the new-catchy-cover book dan selamat terinspirasi.

Jumat, 17 Mei 2019

Follow @MerryRiana

Judul: Follow @MerryRiana
Penulis: Debbie Widjaja
Penerbit: Gramedia
Terbit: 2013
Tebal: 360 halaman

5 Reasons Why My Life is Screwed Up:

5. Setelah setahun bekerja di Everell, penampilanku yang berantakan cocok sekali untuk menjadikanku model majalah Cosmopolitan. Judul artikelnya: Tanda-Tanda Anda Bekerja Terlalu Keras.

4. Pacarku marah besar karena katanya aku berubah jadi monster menyeramkan. Dan, oh, mungkin dia selingkuh dengan Agita, pramugari cantik itu.

3. Setiap kali pembaca novelku bertanya, “Kapan novel selanjutnya terbit, Kak?”, aku cuma bisa meringis dan berkelit, “Belum sempat, masih sibuk nih.”

2. Daftar orang yang kukecewakan sudah melampaui daftar film horor Indonesia. Yang paling parah, orang yang sangat kusayangi, Papa dan Mama, justru berada di urutan teratas!

But the number 1 reason why my life is screwed up is:

1. I DON’T EVEN HAVE A LIFE ANYMORE!

Bella punya karier cemerlang yang membentang di hadapannya—tapi ada harga yang harus dibayar. Dan ketika satu per satu masalah memukulnya, barulah ia terenyak dan bertanya, “Apakah aku ada di jalan yang benar?” Lalu cahaya terang itu muncul... lewat sosok yang sangat menginspirasinya: Merry Riana. Dari Merry Riana, Bella mempelajari hal-hal berharga. Makna perjuangan, kesuksesan, dan bagaimana menjalani hidup yang utuh sesuai passion.

***

Sudah lama sekali buku ini, mungkin saya saja yang baru membacanya di 2019. Wkwk. I'm not into Merry Riana back then (sampai sekarang pun). Pernah sekali ikut semacam seminar turunannya, but I didn't get it. Sorry, I just pictured promotions everywhere. Even I didn't post anything about it in here. I also haven't watched the movie.

Kembali ke buku ini, isinya bercerita seorang Bella yang fanatik akan Miss Merry. Akan ada kutipan cuitan (twitter) Miss Merry pada setiap babnya. Penulis (sepertinya) menuliskan kisahnya sendiri, mulai dari bagaimana mengetahui Miss Merry pertama kali, lalu terinspirasi hingga bagaimana hidupnya menjadi lebih baik.

Cerita Bella ini beralur maju mundur. Baru mulai tertarik menamatkan kisahnya ketika masuk petualangan NEXT—New Enterprise Executive Training. Salah satu percakapan menarik antara sang ayah dan Bella; perumpamaan hidup seperti juggling lima bola sekaligus: pekerjaan, keluarga, kesehatan, spiritualitas, dan teman-teman. Kelimanya penting dan usahakan supaya semuanya tetap ada di udara. Bola pekerjaan terbuat dari karet, sedangkan empat bola lainnya terbuat dari kaca.
"Dalam pekerjaan atau bisnis, kalaupun kamu sekarang dipecat atau bangkrut, kamu akan menemukan kesempatan lain. Kamu bahkan bisa mendapat yang lebih baik. Bola karet itu akan selalu membal, Bel. Tapi beda dengan bola kaca. Sekali kamu kena stroke, misalnya, kamu bisa lumpuh seumur hidup. Atau sekali kamu menyakiti hati teman kamu... belum tentu kalian bisa baik lagi." - hlm. 234
Got the point? Bekerjalah secukupnya, istirahat selebihnya *eh, maksudnya penuhi hak jasmani, sirami rohani, dan tengok social life sesekali. Put family first, instead of work. Intinya balik lagi ke value masing-masing. It's your life anyway. Selanjutnya, ada kutipan puisi yang relatable.
"Rest if you must, but don't quit." - hlm. 262
"Don't give up though the pace seems slow,
You may succeed with another blow.
Success is failure turned inside out,
The silver tint of the clouds of doubt,
And you never can tell how close you are,
It may be near when it seems so far,
So stick to the fight when you're hardest hit,
It's when things seem worse,
That you must not quit." - hlm. 265
To sum up, this book share idea to live a fulfilled life. A fulfilled life adalah hidup berdasarkan passion atau panggilan hidup kita. Hanya kita yang paling mengenal dan mengetahui yang paling baik bagi diri kita sendiri. Dengarkan suara hati kita, tanpa terlalu terganggu dengan tekanan dari media atau pendapat orang lain di sekitar kita.
"Don't chase after money; rather, chase your passion and money will chase after you." - hlm. 304
Selamat #HariBukuNasional. 

Sabtu, 06 April 2019

Aroma Karsa

Judul: Aroma Karsa
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbit: 2018
Tebal: 724 halaman

Dari sebuah lontar kuno, Raras Prayagung mengetahui bahwa Puspa Karsa yang dikenalnya sebagai dongeng, ternyata tanaman sungguhan yang tersembunyi di tempat rahasia.

Obsesi Raras memburu Puspa Karsa, bunga sakti yang konon mampu mengendalikan kehendak dan cuma bisa diidentifikasi melalui aroma, mempertemukannya dengan Jati Wesi.

Jati memiliki penciuman luar biasa. Di TPA Bantar Gebang, tempatnya tumbuh besar, ia dijuluki si Hidung Tikus. Dari berbagai pekerjaan yang dilakoninya untuk bertahan hidup, satu yang paling Jati banggakan, yakni meracik parfum.

Kemampuan Jati memikat Raras. Bukan hanya mempekerjakan Jati di perusahaannya, Raras ikut mengundang Jati masuk ke dalam kehidupan pribadinya. Bertemulah Jati dengan Tanaya Suma, anak tunggal Raras, yang memiliki kemampuan serupa dengannya.

Semakin jauh Jati terlibat dengan keluarga Prayagung dan Puspa Karsa, semakin banyak misteri yang ia temukan, tentang dirinya dan masa lalu yang tak pernah ia tahu.

***

Sudah lama sekali tidak menyentuh karya Dee. Pun hanya mengecap Madre dan Perahu Kertas sekitar 6-7 tahun yang lalu. Sampai sekarang belum menguatkan diri menyelami seri Supernova-nya, khawatir tenggelam gagal paham :p

Pertama kali disuguhi buku setebal ini menciutkan selera membaca seketika. Membaca bab-bab awal pun terasa membosankan, saraf olfaktori belum tune in dengan dunia aroma. Seiring perkembangan karakter, makin lama makin dibuat candu, menagih, terlebih saat petualangan mencari Puspa Karsa dimulai; dibuat tidak beranjak.

Bagi yang suka fantasi mungkin cocok dengan buku ini, melatih imajinasi dengan kadar yang sulit ditakar, menguji kepekaan indra penciuman. Tidak habis pikir penjabaran aneka aroma yang dijejalkan. Terselip dongeng berlatar sejarah, ditambah sentuhan Bahasa Jawa kuno. Tidak sepakat romansa Jati-Suma tidak terkesan vulgar :p Haha.

Plot twist endingnya patut diacungi jempol. Sempat terkena efek samping; dibuat penasaran dengan Gunung Lawu, apakah benar mistis dan menyimpan sejarah yang tak tertulis dimana pun. Tulisan Dee terkesan apik dan kaya akan riset. Menarik dengan diksi yang tidak lazim.
"Badanmu ringan. Pikiranmu yang berat." - hlm. 624

Sabtu, 02 Februari 2019

Bertumbuh

Judul: Bertumbuh
Penulis: Satria Maulana, Kurniawan Gunadi, Iqbal Hariadi, Mutia Prawitasari, Novie Ocktaviane Mufti
Penerbit: CV IDS
Terbit: Cetakan kedua, Maret 2018
Tebal: xvi + 297 halaman

Salah satu hal tersulit yang dihadapi oleh seorang manusia adalah perubahan, baik perubahan di lingkungan, orang lain, maupun diri sendiri. Sebab, perubahan itu seringkali tidak disadari, juga tanpa persiapan. Segalanya seperti tiba-tiba saja terjadi, saat kita semua sibuk menjalani hari demi hari.

Tidak ada yang tetap dan menetap. Waktu bergerak. Benih bertumbuh. Air mengalir. Hidup bergulir layaknya segala sesuatu yang kita kenal. Kebahagiaan, ketenangan, kegelisahan, keresahan, kekhawatiran, dan perasaan-perasaan, semuanya turut bertumbuh.

Hari ini kita akan melatih kepekaan, melihat kembali jejak perjalanan yang telah dilewati, meneliti lagi jalan yang membentang di depan, mendengarkan ulang kata hati dan nasihat-nasihat, meraba perasaan-perasaan kita yang semakin samar.

Ada begitu banyak hal berharga yang kadang terlewati begitu saja, ada kebahagiaan yang kerap kita lupa mengenalinya, dan ada kekhawatiran yang sebenarnya tidak perlu repot-repot kita bawa.

Ada banyak hal yang luput tak tercatat, ada banyak hal yang terlupa karena tidak sempat kita abadikan. Akan kita ingat lagi: apa-apa yang sudah terjadi, apa-apa yang tengah kita lewati, dan apa-apa yang akan kita hadapi-dengan satu harapan, semoga semuanya menjadi rasa syukur.

***

Sudah cukup lama punya buku ini, sempat dibawa dalam beberapa perjalanan pun, baru selesai dibaca dalam reckless journey bulan lalu. Tidak mudah menyelesaikan buku yang terbilang padat ini dalam waktu singkat, terlebih bagi yang tengah memasuki fase QLC, menghadapi keresahan dalam berbagai bentuk.

Penulis-penulis buku ini aktif di laman biru tua Tumblr pada masanya. Seperti pernah membaca beberapa tulisan sebelumnya, salah satu yang paling diingat trisula-nya satriamaulana. Sebelumnya juga ternyata pernah dengar podcast subjective-nya iqbalhariadi. Setiap penulis punya warna tulisannya masing-masing.
"Kamu tahu, apa yang paling menarik sekaligus melegakan dari sebuah perjalanan bertumbuh? Kamu tidak sendirian."
 Buku ini terbagi dalam lima sub poin ciri-ciri orang bertumbuh, yakni:
  1. Bangun pagi.
    Dia memiliki cita-cita untuk dicapai setiap hari.
  2. Fokus pada tujuan hidupnya.
    Bukan pada "apa" atau "yang mana" jalannya, melainkan bagaimana cara menjalaninya.
  3. Tidak iri dengan pertumbuhan hidup orang lain.
    Alih-alih, dia ikut senang dan bahagia apabila ada orang lain yang meraih keberhasilan—dan justru terinspirasi untuk menjadi versi dirinya yang lebih baik.
  4. Banyak bersedekah.
    Dia semakin menyadari bahwa apa yang dimilikinya—entah harta, waktu, atau energi—bukanlah miliknya sendiri.
  5. Semakin bertambah keimanan, ketakwaan, dan rasa syukur.
    Dia semakin mengenal siapa dirinya, untuk apa dia diciptakan, dan ke mana dia akan pulang.
Semangat bertumbuh kepada kalian sekalian. Lapangkan pendengaran, ruang pemahaman. Lantas bersedia untuk berjuang, bersedia untuk lelah. Jangan menyerah. Semoga kita dimampukan untuk mengelola setiap keadaan.
"Ada jarak yang harus ditempuh oleh orang-orang yang sedang bertumbuh—jarak yang jauh antara hati dan pikirannya sendiri."
"Ada yang lebih penting daripada mengikuti passion, yaitu menjadi bermanfaat. Pastikan bahwa setiap pilihanmu adalah manfaat—dunia akhirat." 

Sabtu, 05 Januari 2019

Pergi

Judul: Pergi
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Terbit: Maret 2018
Tebal: 460 halaman

Sebuah kisah tentang menemukan tujuan, ke mana hendak pergi, melalui kenangan demi kenangan masa lalu, pertarungan hidup-mati, untuk memutuskan ke mana langkah kaki akan dibawa.
***

Sangat yakin sudah membaca sekuel pertama novel ini, yakni Pulang yang masih dengan cover lama. Entah kenapa tak menemukan reviewnya di blog ini, sepertinya terlewat. Novel ini bercerita perjuangan Bujang dalam shadow economy berskala internasional. Tak perlu khawatir yang belum baca Pulang, saya sendiri pun tetap dapat menikmati Pergi walau sudah agak lupa cerita Pulang. Haha. Novel ini dibuka dengan hadirnya tokoh baru yang misterius, membuat penasaran, siapakah gerangan yang mengetahui nama asli Bujang dan bahkan memanggilnya "Hermanito" yang berarti saudara laki-laki dalam bahasa Mexico.
"Pergi. Sejatinya, ke mana kita akan pergi setelah tahu definisi pulang tersebut? Apa yang harus dilakukan? Berangkat ke mana? Bersama siapa? Apa ‘kendaraannya’? Dan kemana tujuannya? Apa sebenarnya tujuan hidup kita? Kamu akan pergi ke mana?"- hlm. 86
Novel bergenre action ini sedikit banyak akan membuatmu ingin segera membalik halaman demi halaman dengan alurnya yang cepat. Walaupun surat-surat pemuda misterius yang menuliskan kembali atau mengonfirmasi kisah kepada ayahnya itu agak janggal, ya, namanya juga fiksi. Scene stealer goes to Rambang. Scene-nya sedikit, tapi paling berkesan buat saya dibanding kemunculan mengejutkan Thomas dari Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk.

Novel ini sebagian sudah pernah dipublikasikan dalam akun fb Tere Liye, mungkin yang minat membaca bisa berselancar ke sana terlebih dahulu. Sebagai tim yang masih kecanduan esensi membalik lembaran fisik buku, saya pun lebih memilih membeli novel ini pada promo harbolnas bulan lalu.
"Jangan pernah berputus harapan. Kamu akan selalu menemukan harapan baru. Jalan baru yang lebih baik. Saat itu tiba, kamu akan tahu harus pergi ke mana." - hlm 389
Agak tercenung dengan pilihan Bujang untuk Pergi meninggalkan Keluarga Tong dan menyerahkan kepemimpinannya pada Basyir yang pernah berkhianat dalam cerita Pulang. Ah, sepertinya akan ada sekuel lanjutan novel ini.

Pesan yang patut direnungi berkali-kali: mau pergi kemana? Tentukan tujuanmu, lalu siapkan langkah-langkah untuk menapaki tujuanmu.

Sudah lama saya tidak membaca novel, ternyata masih seadiktif ini. Setahun lalu selera kebanyakan bergeser ke dunia persajakan. Mungkin perlu diselingi fiksi sesekali, tuk mengasah imajinasi :p

Jumat, 28 Desember 2018

Nanti kita cerita tentang hari ini


Judul: Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini
Penulis: Marchella FP
Penerbit: POP
Terbit: Oktober 2018
Tebal: 200 halaman

Buku yang tentu saja saya adopsi bukan karena pengaruh betapa hype-nya di ig :p I bit late to know, entah baca postingan blog mana, sampai sekarang pun belum tergerak buat follow ig-nya. Silakan intip @nkcthi bagi yang minat.

Pertama kali baca judul buku ini seperti tagline yang menarik, covernya pun simple and cute. Setelah meminta pendapat seorang teman yang bacaannya cukup sering beririsan, saya memutuskan membelinya di promosi harbolnas Gramedi*, ditambah promo g*pay. Tidak mau rugi wkwk. Wajar sih pricey untuk ukuran buku hardcover 200 halaman full color ini.

Nkcthi berisi nasihat seorang ibu untuk anaknya di masa depan yang dikemas dalam tulisan singkat nan sederhana ditemani ilustrasi yang menarik. Cukup duduk sebentar untuk mengkhatamkan buku ini, bisa kurang dari setengah jam. Ringan, visually pleasing.
"Jangan mudah tersinggung, di bumi... bukan cuma kamu yang punya perasaan."
Kalau mau direnungi, beberapa halaman akan membuatmu berpikir ulang. Kalau mau diresapi, sebagian bisa memberi efek self improvement. I didn't expect much, sehingga tidak kecewa berlebih. Apalagi mendapatkan buku ini cukup setengah harga normal :v
"Nafas sebentar, apa sih yang dikejar?"
Mudah-mudahan bukan sekadar materi. Sudah hampir di penghujung tahun, semoga bisa senantiasa menjadi lebih bermanfaat.

Sabtu, 08 Desember 2018

Cinta yang Marah

Judul: Cinta yang Marah
Penulis: M. Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia
Terbit: 2017
Tebal: 96 halaman

Suatu hari kelak, sebelum salah satu di antara aku dan kau tersangkut maut, pada hari ulang tahun kau, ketika tidak ada pekerjaan kantor yang melarang kau cuti, aku akan mengajak kau menjadi tua renta, kemudian mengajak kau kembali menjadi anak-anak.
***

Buku ini (katanya) sebelumnya pernah diterbitkan pada 2009. Buku ini saya baca setelah TANYHI dan Melihat Api Bekerja. Menilik potongan-potongan koran pada buku ini sarat politis, berisi fragmen-fragmen sejarah orde baru. Namun, membaca dua puluh satu sajak ini justru meninggalkan jejak romantis bagi saya. Wkwk. I'm not good with political things anyway, topik yang saya hindari.
"Koran atau televisi punya kekuatan mencopot kepala dan dada pembaca atau penonton. Agar tidak merasa kehilangan saat kepala dipenggal, dada kita disesaki bermacam-macam perasaan. Sebaliknya, agar tidak merasa kehilangan saat dada dicopot, kepala kita dipenuhi beraneka ragam pikiran. Media massa akhirnya hanya mampu menciptakan dua kelompok besar pengikut: 1) orang-orang berkepala besar, tapi berdada melompong dan 2) orang-orang berdada lapang, tapi berkepala kosong. Mereka yang masih lengkap kepala dan dadanya adalah kelompok minoritas di negara berpenduduk banyak ini."
Menarik sekali catatan akhir buku ini. Bagi yang berminat membaca mungkin bisa mampir ke medium @hurufkecil. Mudah-mudahan termasuk kelompok minoritas yang masih lengkap kepala dan dadanya. Serangkaian sajak aku-tanpa-nama kepada kau-yang-sudah-mati seolah membawa reformasi pada sudut pandang yang berbeda.

Minggu, 18 November 2018

What I Wish I Had Known

Judul: What I Wish I Had Known (And Other Lessons You Learned in Your 20s)
Penulis: Marcella Purnama
Illustrator: Nabila Adani
Penerbit: 2017
Terbit: POP (Imprint KPG)
Tebal: 208 halaman

I’ve lived my whole life following people and taking their choices as mine. I will dream a new dream, a dream that’s totally my own, and I will work hard to get it.

Ever since her acceptance letter to study abroad arrived at her inbox, nothing in Marcella Purnama’s life has gone according to plan. Instead of choosing Science, like her two older sisters did before her, she steered path to study Arts—a degree so alien to both her families and friends. But as she traveled thousands miles away, struggled with English, had her first byline and went back home to apply for her first job, Marcella realized that plans are meant to be changed. Full of relatable tales of horrific group work, falling in love, first job interview and quarter-life crisis, this illuminating account follows how a young adult grapples with life’s small and big questions, and the lessons learned along the way.
***

Sudah cukup lama menaksir buku ini karena covernya yang cute. Yet, I'm not buying, (lagi-lagi) hasil pinjaman. Wkwk. Belum pernah membaca blog penulis. Belakangan buku ini menjadi teman di perjalanan pulang kantor yang dirasa panjang. Sebulan lebih baru selesai membacanya disela-sela bacaan yang lain.

Nonfiction. Written in English. Diksi yang digunakan tidak begitu sulit, you will rarely using a dictionary. First impression membaca beberapa bab awal biasa saja sehingga tidak tergesa menyelesaikan buku ini. Entah kenapa, mungkin karena sudah memasuki half 20s, sudah mengecap sebagian, dan sudah menjalani dengan cara sendiri.
"Grades are still important, but they are not the most important things. As cliched as it is, the things you learn outside class is more important than the textbooks you blindly memorize in time for exams." - page 43
Simply, author shared her experiences, about study abroad, friendship, work life, and so on. We are slightly on the same page. Each of us has own value. Pastikan value dirimu tidak mudah tergerus, tidak mudah terpengaruh. Cukup ambil yang baik-baik, sisanya gunakan untuk memperluas sudut pandang.

Beruntunglah yang memiliki kesempatan untuk memilih, work from home misalnya. Dambaan pejuang traffic ibukota. Haha. Besok senin, mau mencoba berangkat dari kota hujan. Wish me luck :p

Kamis, 08 November 2018

Buku Latihan Tidur

Judul: Buku Latihan Tidur
Penulis: Joko Pinurbo
Penerbit: Gramedia
Terbit: 2017
Tebal: 68 halaman

Bahasa Indonesiaku yang gundah membawaku ke sebuah paragraf yang menguarkan bau tubuhmu. Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk bertingkat yang hangat di mana kau induk kalimat dan aku anak kalimat. Ketika induk kalimat bilang pulang, anak kalimat paham bahwa pulang adalah masuk ke dalam palung. Ruang penuh raung. Segala kenang tertidur di dalam kening. Ketika akhirnya matamu mati, kita sudah menjadi kalimat tunggal yang ingin tetap tinggal dan berharap tak ada yang bakal tanggal.
***

Buku kumpulan puisi Jokpin yang pertama kali saya baca. Tertarik membaca semula karena buku ini bertengger di halaman buku-buku nominator dan peraih penghargaan sastra, promo bulan bahasa gramedia bulan lalu. Hampir memasukkan dalam keranjang, batal berhubung salah seorang teman sudah punya. Haha.

Buku yang terbilang tipis ini berisi humor dan satire, disisipi sedikit ilustrasi. Permainan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang sederhana. Kadang tidak baku, kadang terselip bahasa Jawa yang tidak berhasil dicari dalam kamus.  
"bahwa orang lebih takut kepada hantu, ketimbang kepada tuhan
bahwa lidah memang pandai berdalih
bahwa amin yang terbuat dari iman, menjadikan kau merasa aman" - hlm. 3
Kadang hanya butuh sekejap menuntaskan satu sajak, kadang butuh jeda lebih. Kadang membuat terpingkal, sajak "Langkah-langkah Menulis Puisi" misalnya. Kadang membuat terenyak dan meninggalkan aftertaste.
"Pesan Ibu: Yang kauperlukan hanya tidur yang cukup, pikiran yang jernih, dan hati yang pasrah." - hlm. 7
"Pada suatu pulang ada hati ibu yang tak pernah pergi." - hlm. 9
Kadang begitu relatable, seperti sajak "Kemacetan Tercinta" dan "Punggungmu". Analogi ibu kota Jakarta adalah punggung yang sabar menanggung beban kerjamu, bangun pagimu, pulang malammu, perjalanan macetmu. Duh.
"Kemacetan ini terbentang antara hati yang kusut dan pikiran yang ruwet. Kamu dan negara sama-sama mumet." - hlm. 25
Kadang begitu frontal menyindir, tengoklah "Sajak Balsem untuk Gus Mus". Kadang menggelitik sejuk seperti sajak "Pemeluk Agama". Membaca kumpulan puisi ini membuat kaya akan rasa bagi yang cukup peka. Silakan dipertimbangkan.

Selasa, 16 Oktober 2018

Melihat Api Bekerja

Judul: Melihat Api Bekerja
Penulis: M. Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia
Terbit: 2015
Tebal: 155 halaman

Aku benci berada di antara orang-orang yang bahagia. Mereka bicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata mereka tidak mengatakan apa-apa. Mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup mereka baik-baik saja. Mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri mereka.

Aku senang berada di antara orang-orang yang patah hati. Mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya. Mereka tahu apa yang mereka cari. Mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri.
—Menikmati Akhir Pekan

“Aan adalah salah seorang dari dua atau tiga penyair kita yang berhasil memaksa kita dengan cermat mendengarkan demi penghayatan atas keindahan dongengnya.“ - Sapardi Djoko Damono
***

Buku puisi @hurufkecil yang saya baca setelah "Tidak Ada New York Hari Ini". Buku pinjaman yang sudah lama mengendap di tumpukan buku. Sudah lama selesai membaca kumpulan puisi ini, kebanyakan dengan kening berkerut. Namun, setelah mengulik beberapa lembar, agaknya ingin mengadopsi buku ini ke dalam rak buku pribadi. Terkadang ketika membaca ulang puisi yang sama dapat membuncah perasaan yang berbeda.
"Puisi adalah pasangan bercinta yang kasar—kadang seperti perkelahian yang menggairahkan. Ada kalanya puisi seperti cinta. Tidak tahu di mana harus berhenti." - hlm. 50-51
Buku puisi yang bercerita dengan pertautan diksi yang tidak biasa, dilengkapi ilustrasi yang barangkali eksentrik. Terkadang judul puisinya saja menggelitik seperti satu baris sajak, misal "Sejam Sebelum Matahari Tidak Jadi Tenggelam" dan "Sajak buat Seorang yang Tak Punya Waktu Membaca Sajak".
"Jika kau ingin mengucapkan selamat tinggal, lakukan seperti matahari tenggelam," kataku kepada diri sendiri.
Sampai ketemu besok pagi. Lagi." - hlm. 118
"Aku memilih tinggal di kota dan itu adalah hukuman. Jangan pernah mengunjungiku, agar aku bisa tiba-tiba merindukanmu di antara hal-hal yang teratur." - hlm. 137
"Barangkali lebih baik dia tidak tahu apa-apa tentang aku.
Aku ingin diam-diam mencintainya seperti benda kecil yang sengaja menjatuhkan diri dan berharap tidak pernah ditemukan." - hlm. 139
Tak apa jika kamu terpana dalam ketidakmengertian. Tak apa jika kamu perlu waktu membaca berulang-ulang. Perlahan-lahan perasan perasaan akan menyusup, mungkin sambil membisikkan sebongkah pemaknaan.

Rabu, 10 Oktober 2018

The Book of Invisible Questions

Judul: The Book of Invisible Questions
Penulis: Lala Bohang
Penerbit: Gramedia
Terbit: 2017
Tebal: 152 halaman

Who?
A breathing meat.

Why?
Some breathing meat lucky enough to understand their purpose of existence. But most of the meats have no idea why they exist in the universe. The meat who knows and the meat who doesn’t know experience the same pain, uncertainty, and heartbreak, but have different points of view on everything.

Where?
Under the sky. On the soil. Between the air and the sea. In the arms of people who treat you badly.

What?
Something you don’t know and something you know. If you’re lucky you’ll find the answer but other questions will come to you soon after that.

When?
Not today.
***

Buku kedua Lala Bohang yang saya baca setelah The Book of Forbidden Feelings. Lighter dibanding buku pertamanya. Berhasil saya tuntaskan dalam dua jam tanpa pikir panjang, setelah memberi sebuah keputusan cukup penting.
"Life is not that easy.
It's never easy.
It's the same for everyone." - page 15
It is a also poetry book like before, but with blue illustrations. Sebagian besar sajak diawali sebuah pertanyaan yang akan mengajakmu berpikir sejenak.
"How to accept everything just as it is?
Shut down your brain
Turn off your heart
Close your eyes
Be invisible" - page 21
If I can, I'd like to be invisible. Haha. Let's laugh at ourselves. Disappear from every awkward situation.
"What is letting go?
Imagine yourself taking off your
heavy backpack after a long day.
That's what letting go is about." - page 66
Pardon me who don't really understand the long kind of conversation or poems on this book. Maybe I will re-read it if I have a plenty of time.
"Human: a statue of memories." - page 77
"What is your strongest talent?
Self-doubt." - page 85
Terjebak dengan keraguan atas diri sendiri. Entah siapa yang berhasil menggerakkan. Entah kapan berani mengambil tanggung jawab.
"Aren't we all just compilations of all of our good and bad decisions?" - page 142

Minggu, 15 Juli 2018

Stories for Rainy Days

Judul: Stories for Rainy Days
Penulis: Naela Ali
Penerbit: POP (Kepustakaan Populer Gramedia)
Terbit: 2016
Tebal: 198 halaman

It was rainy day,
with a hot darjeeling tea,
warm striped blanket and polka dot socks.
One perfect moment to read stories for cats."

***
"That solitary moment you have at a crowded place, when nothing else matters, only you and your book. That is bliss." - page 131
Buku yang sebagian besar saya nikmati di tengah hiruk-pikuk-panasnya angkutan umum ibukota, sangat bertolak belakang dengan anjuran judul dan ilustrasi sampulnya. Tertarik membaca buku ini karena watercolor illustrations yang ditawarkan begitu aesthetic. Ketika mendapat pinjaman buku ini, tidak menyangka bahwa buku berukuran mini dan berisi kumpulan cerita pendek.

Sepertiga bab awal terasa biasa saja, tidak sampai membuat saya baper. Haha. Kisah percintaannya terlalu personal and sorry, I can't relate :p. Ditambah lagu-lagu yang asing bagi saya. Well, lagu tertentu memang bisa mengingatkan kita pada seseorang atau suatu peristiwa.
"But honestly, I am scared right now, about the future that awaits me. Really, I might seem like careless girl who doesn't care about things, but I do, I really do think much about the future and about anything in fact, as I tend to be an overthinking person.

I'm afraid of starting a new relationship. I am afraid of failure. I know I am being dramatic. But if I am going to start a new relationship, I want it to be the last, to be real." - page 89
Saya mulai meresapi bab "Letter of Hope", saat keraguan mulai menyergap. Keraguan akan seseorang, keraguan akan masa depan. Hmm melewati fase quarter life crisis tidak pernah mudah. Seiring bertambahnya usia, bertambah pula serangkaian pertimbangan akan masa depan.
"Dear Past,

I don't know why I wrote to you, I guess there are some things that are left unsaid and I'd really love to talk to you. But meeting up maybe isn't a good idea. Not that I hate to see you but maybe later on we could meet up over casual conversations. But right now it is better this way.

Firstly, I would like to thank you for all the good things you did to me. Really, maybe we don't have that many exciting things to talk about. But when I looked back several times, I found many simple things that I actually should be grateful about." - pages 161-162
Bab "A Letter to the Past" akan membuat kita mengenang kembali masa lalu. Bahwa kita telah melewati hal-hal yang tak mudah. Kita dibuat belajar banyak hal; belajar sabar, belajar menerima, belajar memberi, dan belajar melepaskan.
"I realized that life is all about letting go - letting go our own egos that we are willing to make certain amount of efforts and energy to take the risks and accept the good or bad circumstances that might happen for the one we love.

Letting go also means that sometimes, no matter how much you thought you've put efforts into it, certain things are just not meant to be.

But then again, "In the end, the love you take is equal to the love you make." If it's meant to be, things will be just great...eventually." - page 195
Ada certain things atau yang biasa dikenal sebagai takdir, tidak dapat diubah meskipun kita telah berusaha sekuat tenaga. Maka berserah dirilah kepada Yang Membolak-balikkan Hati. You did well, yes, you did well. Semoga segera mendapat kabar baik.

Minggu, 04 Maret 2018

Antologi Rasa

Judul: Antologi Rasa
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia
Terbit: Agustus 2011
Tebal: 344 halaman
Tiga sahabat. Satu pertanyaan. What if in the person that you love, you find a best friend instead of a lover?
K e a r a
Were both just people who worry about the breaths we take, not how we breathe. How can we be so different and feel so much alike, Rul? Dan malam ini, tiga tahun setelah malam yang membuatku jatuh cinta, my dear, dan aku di sini terbaring menatap bintang-bintang di langit pekat Singapura ini, aku masih cinta, Rul. Dan kamu mungkin tidak akan pernah tahu. Three years of my wasted life loving you.

R u l y
Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu adalah kalau suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat yang terasa di dada gue waktu suster membangunkan gue subuh itu dan berkata, "Pak, istrinya sudah sadar," dan bahwa gue bahkan tidak sedikit pun berniat mengoreksi pernyataan itu. Mimpi aja terus, Rul.

H a r r i s
Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu. Karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan-perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat mereka klepek-klepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love." Thats probably as close as I can get to hearing that she loves me.

***

Buku yang dibeli akhir tahun lalu. Namun, baru terbaca minggu lalu, saat perjalanan Cirebon. Buku yang dibeli bahkan tanpa membaca sinopsisnya, sesederhana atas rekomendasi seorang teman. Truthfully, lebih menikmati Critical Eleven dan the Architecture of Love. Awalnya ingin menambah koleksi buku Ika Natassa, tapi kayaknya buku ini mau saya jual lagi aja wkwk. Silahkan barangkali ada yang berminat :p

Buku ini bergenre metropop, yeah, genre yang jarang saya lahap. Sukses sih membuat terjaga sepanjang perjalanan di kereta, tapi ceritanya not so immersed. Sekedar numpang lewat aja. Sangat tidak sepakat dengan komentar 'membumi'. Hidup di ibukota memang berpotensi membuat hedonisme, tapi sepanjang bisa mengendalikan nafsu belanja barang-barang berlabel dan makan di tempat mewah, your financial will be fine. Percuma punya penghasilan sekian digit kalau tidak ada saving dan investment.

Well, cerita buku ini persis seperti yang bisa ditangkap pada sinopsisnya. Cinta saling silang antara para tokoh: Harris-Keara-Ruly-Denise. Kehidupan metropolis yang beyond your imagination, misal waktu Keara tetiba pengen nasi Wardani, trus ngajak Harris ke Bali (kayak ngajak ke Ancol) dan Harrisnya nurut lagi sama cintanya itu. Duh. Adalagi waktu Keara yang mengaku mengidap Cheap Food Allergy, tapi fine-fine aja waktu diajak Ruly makan di pinggir jalan. Ckck.

Baru mulai sedikit menikmati di bagian hampir akhir. Bagian terfavorit saat tur Keara-Ruly di Pasar Sukawati. Actually, I slightly ship them. Mulai excited ketika Ruly unjuk gigi. Wkwk. Sayang, pendukung unrequited love satu ini harus cukup tabah menerima ending buku ini. Don't expect too much. Pada akhirnya, mungkin sebagai perempuan lebih baik memilih laki-laki yang mencintainya ketimbang mengejar laki-laki yang dicintainya.