CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 27 Februari 2016

T.G.I.F

Thanks God It's Friday. Let's watch a movie, deadpool maybe. Haha.

Sudah sejak minggu lalu mengagendakan acara yang satu ini. Di tengah riuhnya pikiran kemarin, finally, I make it happens. Kind of reward lah. Setelah betapa rusuhnya diriku dalam dua hari terakhir. I will tell you later, maybe, in the next posting.

But, actually, sayang aja melewatkan agenda yang sudah kepalang berumur jagung. Di samping makelarnya tak henti-hentinya meneror jikalau tak terlaksana. Haha.

So, we were there last night, TIM XXI. Watching what a fuckin- film. Haha. Jangan ditoton kalau belum 17++ ya. Jangan ditonton kalau merasa ingin tetap waras. Haha. Selama itu marvel, I don't mind to watch sih tapi :p

I love the ending most, the very ending. Haha. That "go home" part. Wkwkk. Go home, there is nothing after this. Go home. Pfft. You don't understand? Good, you still normal :p

Anyway, thanks for the awesome Friday night guys. Jangan jera dengan acara dadakan ya. See you very soon.

Critical Eleven

Judul : Critical Eleven
Penulis : Ika Natassa
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Terbit : 2015
Tebal : 344 halaman

Dalam dunia penerbangan, dikenal istilah critical eleven, sebelas menit paling kritis di dalam pesawat—tiga menit setelah take off dan delapan menit sebelum landing—karena secara statistik delapan puluh persen kecelakaan pesawat umumnya terjadi dalam rentang waktu sebelas menit itu. It's when the aircraft is most vulnerable to any danger.

In a way, it's kinda the same with meeting people. Tiga menit pertama kritis sifatnya karena saat itulah kesan pertama terbentuk, lalu ada delapan menit sebelum berpisah—delapan menit ketika senyum, tindak tanduk, dan ekspresi wajah orang tersebut jelas bercerita apakah itu akan jadi awal sesuatu ataukah justru menjadi perpisahan.

Ale dan Anya pertama kali bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sydney. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya.

Kini, lima tahun setelah perkenalan itu, Ale dan Anya dihadapkan pada satu tragedi besar yang membuat mereka mempertanyakan pilihan-pilihan yang mereka ambil, termasuk keputusan pada sebelas menit paling penting dalam pertemuan pertama mereka.

Diceritakan bergantian dari sudut pandang Ale dan Anya, setiap babnya merupakan kepingan puzzle yang membuat kita jatuh cinta atau benci kepada karakter-karakternya, atau justru keduanya.

***

Karya Ika Natassa yang pertama kali ku baca gara-gara jatuh cinta sama The Architecture of Love-nya, sebuah #PollStory di twitter. Kalau mau tau ceritanya bisa main ke tweet @ikanatassa dan siap-siap hanyut oleh Bapak Sungai berkaos kaki hijau :D

“Jakarta itu labyrinth of discontent. Dan semua orang, termasuk aku dan kamu, setiap hari berusaha untuk keluar dari labirin itu. The funny thing is, ketika kita hampir berhasil menemukan pintu keluar labirin ini tapi malah ketemu hambatan lagi, pulling us back into the labyrinth, Kita justru senang karena nggak perlu tiba di titik nyaman. It’s the hustle and bustle of this city that we live for. Comfort zone is boring, right?”

Balik ke Critical Eleven. I do love the first conversation between Anya and Ale. Jenis percakapan dengan completely stranger, tanpa pretensi apa-apa. But, in the end, mereka menyadari, mereka menginginkan satu sama lain. 

Setelah lima tahun bersama, hubungan Anya dan Ale ternyata ga baik-baik aja. Sebuah kalimat yang (nyaris) menghancurkannya. Menurutku kok a little too much ya, Nya. Gara-gara sebaris kalimat itu kamu mendiamkan seorang Ale kayak gitu. Ah, di mana lagi coba mencari tukang minyak kece kayak Ale. Haha :p

Overall, I love the story. Ga tau mau menuliskan apalagi. Haha. Mau ikut merasakan sensasinya? Coba aja baca buku ini dalam sebelas menit dan siap-siap jatuh cinta di bacaan pertama *wink*

"Hidup ini jangan dibiasakan menikmati yang instan-instan, Le, jangan mau gampangnya saja. Hal-hal terbaik dalam hidup justru seringnya harus melalui usaha yang lama dan menguji kesabaran dulu."

Rabu, 03 Februari 2016

Struggles

I end up stay in there. I don’t think this is something that should be congratulated for. But still, thanks for hold me there. Yeah. You must be thankful to be the chosen one, rite? *sigh*

Maybe, there are some people that desperately want your spot. Wanna swap? But, if it based on division, I guess, I better be there. I don’t know which department will give me more comparative-advantage-things, tough.

Life, surely, not always going as you planned. Everyone have their own struggles. Get yourself together. Even though there is probability of changes, I hope you will get the best for yourself. Keep strong. Just do your part and let Him do the rest.

Selasa, 02 Februari 2016

Tangled

Aku tidak suka terjebak di posisi sulit, seperti hari ini. Menjelaskan hal rumit dengan bahasa sederhana bukan keahlianku. Mempertahankan hal yang sudah lama ku genggam pun bukan perkara mudah. I don’t wanna lose you, sincerely. Can you let me go once? *wink*

Lemme correct something first. Aku tidak berniat menyeretmu ke jalan ini, sungguh. Jika ku bilang ini kebetulan, akankah kamu percaya? Aku cuma tidak sengaja menjadi pengantar pesan hari itu. Dan belakangan, aku baru tau asal muasalnya. Can I say that I’m being a victim too? Haha *sigh*

Aku tidak ingin membuatmu terperangkap dalam lumpur ini, kecuali kamu menjejakkan kakimu sendiri. Itu lain cerita ya. Seperti aku dulu. Haha. Ketika masih polos. Ketika aku tidak sadar tengah mengajak orang untuk bermain lumpur bersama. Dan hingga sekarang lumpur itu kian menghisap, membuatmu sulit keluar. So, be cautious around me. Don’t ask too many questions. It’s okay if you wish playing this mud with me. Wkwkk.

Anyway, hari ini pelantikan salah satu orang penting. Orang yang sangat berjasa dalam paceklikku akhir tahun lalu. Selamat bapak. Resmi sudah surat yang satu itu menjadi surat sakti. Haha. Don't leave us behind, Sir :'

Minggu, 31 Januari 2016

Hujan

Judul : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tentang persahabatan
Tentang cinta
Tentang perpisahan
Tentang melupakan
Tentang hujan

***

Pertama kali mengira novel ini kumpulan prosa. Ternyata keliru, sangat keliru. Haha. Novel ini menceritakan seorang Lail yang ingin melupakan hujan. Dia sangat menyukai hujan. Sebagian besar hal-hal penting dalam hidupnya terjadi saat hujan. Lantas, mengapa dia ingin melupakan hujan?

Ruangan 4 x 4 meter persegi, Elijah sang paramedis, dan kita para pembaca kemudian diajak menyaksikan kisah hidupnya sedikit demi sedikit. Cerita berawal dari seorang anak laki-laki bersepeda merah yang telah menyelamatkan hidupnya pada sebuah bencana besar. Bencana yang merenggut kedua orang tua Lail dan empat saudara Esok, anak laki-laki itu.

Kemudian mengalirlah cerita Lail dan Esok dengan alur maju mundur. Membuat penasaran. Lama-lama (agak) memaksa pembaca untuk segera menamatkannya. Ada kalanya ceritanya menyesakkan, membuat menahan napas, dan terima kasih bang tere liye atas twist ending-nya, melegakan.
"Ada orang-orang yang kemungkinan sebaiknya menetap di hati kita saja, tapi tidak bisa tinggal dalam hidup kita. Maka biarlah begitu adanya, biar menetap di hati, diterima dengan lapang. Toh di dunia ini selalu ada misteri yang tidak bisa dijelaskan. Menerimanya dengan baik justru membawa kedamaian."
***

Show, not tell. Tapi, ada saatnya mengatakan, menjelaskan tindakan kita, terlebih untuk orang spesial. Tidak semua orang mengerti atas segala tindakan kita. Maka, jelaskanlah dengan sederhana untuk orang-orang yang kamu anggap perlu mengetahuinya. Itu akan membuat segalanya lebih mudah.
"Kesibukan adalah cara terbaik melupakan banyak hal, membuat waktu melesat tanpa terasa."
Memori, semenyakitkan apapun, adalah bagian dari diri kita. Peluk erat memori itu. Walaupun ada teknologi yang bisa menghilangkan memori menyakitkan itu, tidak menjamin kita bahagia setelahnya.
"Bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan."

Kamis, 14 Januari 2016

This place can be frightening, sometimes.

Baru beberapa hari yang lalu bilang "this place seems bit scary" (in different term, red). Tapi ya, setelah apa yang terjadi hari ini, mungkin harus diralat jadi "this place really do scary". Pemberitaan media sepanjang hari ini memberitakan hal yang serupa. Maybe this is something they called by 'pengalihan isu'. I dunno. I don't like making speculations over something like this. Agak ga logis sih emang, tapi ya udahlah, skip. Still, be aware.

Buat temen masa kecil yang udah move out, you really did well. Baru setahun kerja di sini, udah memutuskan untuk pulang. I envy you. Buat yang mau kerja di kota metropolitan ini, think again. If you still have a better place to go, don't make this region as your first choice. Think again. Mungkin kota ini memang menawarkan berjuta kemewahan, tapi sejauh ini aku masih pengen menepi dari keriuhannya. Mungkin kota ini memang menawarkan berjuta kemudahan, tapi sejauh ini aku masih pengen bernapas lega. I wanna be more human.

This place has different wavelength. Tempat ini mungkin cocok untuk dikunjungi sesekali, just for having fun or shopping maybe. If you wanna live in here for long time, think again. Over four years has been passed, I can't tell that I did well in here. You must be tough enough to survive, sincerely. Pull yourself together, in the end everything shall pass :)

Selasa, 12 Januari 2016

Insecure

Mendiskusikan hal yang lebih penting dari kuliah empat tahun ini sesuatu yang sering kali ku hindari. Pengen terus lari, membiarkannya menggantung dengan jawaban belum tau, tapi pada akhirnya malam ini harus menentukan pilihan di antara pilihan yang tersedia.

Pertama kali pengumuman formasi keluar, ah, isu itu ternyata benar. Sedih ga sih. Ternyata muara perjuangan selama ini membuatku harus menunda kepulangan.

I'm afraid, literally, to lose myself in here. This place seems bit scary. Can I survive? I'm afraid if I can't meet their expectations *sigh.

Di satu sisi ada hal yang ingin ku kejar, di satu sisi ada hal yang ingin ku pertahankan, di satu sisi ingin tak terlihat, di satu sisi ingin melepas beban yang menggantung.

Begitu banyak pertimbangan memenuhi rongga otak. Ketika sudah menjatuhkan pilihan, bismillah, semoga diberi yang terbaik. Aamiin.

Insya Allah akan ada jalan untuk pulang. Akan ada jalan untuk berbakti pada orang tua walaupun jauh. Semoga kedua orang tua kita selalu diberikan kesehatan. Aamiin.
"sometimes it may seem dark,
but the absence of the light is a necessary part.
just know, you're never alone,
you can always come back home." - 93 Million Miles
Mari habiskan ego kita sendiri dulu. Lakukan hal-hal yang bermanfaat seraya menunggu. Kejar apa yang ingin dikejar. Perjuangkan apa yang harus diperjuangkan. Semangat meraih mimpi. Ingat, ada kereta mimpi yang harus kita kejar.