CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 16 Juni 2014

Menuju Puncak Jakarta

Cerita edisi PKLnya sementara ku pending dulu ya guys :D Kali ini mau membahas agenda 'Tur Museum' yang berubah jadi 'Tur Pekan Rakyat' *eh.

Jadi, jumat malam kemaren ada temen yang ngajakin tur museum weekend ini. Berhubung malam itu badan lagi ga enak, jawab ala kadarnya aja. Diantara alpha tetha, cuma inget sabtu ada kuliah, jadi bilangnya oke-oke aja asal ga sabtu. Eh tau-tau paginya dapet jarkom batal sesi. Jadilah kemaren sabtu (14/06/2014) tur museum kami pun dimulai.

Rencananya ke Monas dulu, main ke museumnya, trus ke puncaknya, baru ke museum nasional dan ke sederatan museum di sekitarnya. Tapi, itu semua hanya wacana saudara-saudara. Sampai di Monas sekitar jam 10an dan kami baru tau bahwa lagi ada event Pekan Rakyat, salah satu acara edisi ulang tahun Jakarta ke-487. Udah weekend, tambah rame lah itu Monas.

Sekali menyelam minum air, cuci mata sambil mencari pintu masuk ke monas. Haha. Sayang belum banyak stand yang buka, masih sepi. Mungkin sore/malam baru banyak yang buka. Tujuan utama ke sana tentu puncak Monas. Selama tiga tahun di sini belum pernah kesampaian main ke sana. Udah sering ke monasnya, dari jalan-jalan, jogging, sampai jualan pun pernah. Tapi belum pernah ke puncaknya *miris.

Ada banyak stand yang pengen kami singgahi, tapi terpaksa kami lewati begitu aja dulu demi menuju puncak. Yeah. Biaya masuk untuk mahasiswa sampai puncak Rp 8.000,- So, manfaatkanlah kartu pelajar/mahasiswamu. Kalau umum lebih mahal, tapi kurang tau sih persisnya berapa. Hehe. Museum di lantai bawah pun hanya sekilas pandang. Ada patung-patung lilin tentang sejarah gitu, dari zaman batu apa ya kalo ga salah liat. Menurut kepala rombongan yang lebih berpengalaman (re: Dwi), kalo liat museumnya mah bisa kapan aja, masalahnya ke puncak itu ga setiap saat bisa, apalagi kalo liftnya lagi diperbaiki. Nah, jadi makin fokus deh menuju puncak *tsah.

Udah semangat naik tangga, trus keluar entah lewat pintu sebelah mana, yang jelas deket liftnya. Waktu liat antrian, dalam hati, oh cuma sebaris gitu. Eh pas udah jalan, jalan, dan jalan lagi menuju belakang barisan antrian, respon berubah 180 derajat, oh, meeeeen, ternyata masih banyak di belakangnya. Hampir setengah putaran tugu monas lah itu antriannya. Gilak.
Tips: jangan ke monas saat weekend.

Rabu, 11 Juni 2014

PKL-things : Kata Siapa Dapet Wilayah Kota Enak?

20 April 2014

Sepagian udah melek mengamati jalan-jalan menuju penginapan (re: BPKP). Sebagian besar penghuni Bis 4 masih di alam mimpi. Tapi, lama kelamaan makin banyak yang hidup lagi, akibat keberisikan kami yang sibuk berkomentar sepanjang jalan. Kesan pertama yang terekam di Kota ini adalah sigernya. Dimana-mana ada siger, dari perkantorannya, mini marketnya, bahkan lampu jalan pun ga luput dari siger. Bagaimana bentuk siger itu, coba deh klik disini.

Sekilas pandang jalanan Bandar Lampung masih lapang, jauh dari macet, mungkin karena masih pagi juga kali ya. Kota ini mengingatkanku pada Kota Apel di timur sana. Ke mana pun mata memandang ada gunung. Tapi bedanya ada laut sebelum gunung itu. Keren lah view dari Teluk Betung kemaren :3

Sesampainya di BPKP, anak BL turun, sedangkan anak Pringsewu dan Lampung Tengah masih harus melanjutkan perjalanan. Semua tim BL sudah diberi kunci kamar, lumayan lah kamarnya, bisa dibilang cukup layak. Pagi itu sudah disibukkan dengan anak noni yang mau merayakan paskah di gereja sana.

Hari pertama jadwal hanyalah wacana. Harusnya hari itu kami sudah berkeliling BS melihat batas-batas Blok Sensus yang akan dicacah bersama Korwil, tapi motor belum terdistribusi dengan baik untuk setiap tim. Motor masih di penginapan satunya, yakni Semergo. Jadilah hari itu kami cuma bisa guling-guling di kamar. Mau kemana-mana susah, belum ada motor, mau ngangkot pun ga ngerti jalurnya gimana.

PKL-things : Mengarungi Selat Sunda

"Setiap perjalanan akan meninggalkan kepingan kenangan yang akan menuntun kita kembali pada perjalanan tersebut" - The Journeys 3
Udah satu bulan lebih PKL berlalu. Bingung harus mulai cerita dari mana, saking banyaknya yang mau diceritain :3

Jadi, 19 April yang lalu, kami, angkatan 53, berangkat ke Lampung. Aku ingat sore itu hujan-hujanan demi upacara pelepasan di auditorium, sambil menyeret-nyeret koper pula. Ah, betapa rempongnya waktu itu. Kabar baiknya anak Bandar Lampung juga berangkat malam, jadi bisa ganti baju yang basah kuyup. Ga kebayang kalo mesti berangkat sore itu juga setelah pelepasan.

Malamnya, ba'da Isya apa ya, rasanya baru berangkat dari kosan ke kampus. Udah ditelpon-telpon sama orang yang udah di kampus, katanya bis BL udah mau berangkat. Buru-buru lah ke kampus. Di dalam bis, tim 16 udah duduk dengan manis, sisa aku ternyata yang belum dateng :x Dan ga lama setelah semua penghuni Bis 4 Bandar Lampung lengkap, kami pun berangkat memulai perjalanan baru ke tanah sumatera demi setumpuk data.

Tengah malam udah berada di kapal Feri untuk menyebrang. Kasihan para panitia sedang ribet mengurusi anak-anak asuhannya malam itu. Karena atmosfirnya agak-agak kurang bersahabat gitu, kami pun ga enak hati mau mengadakan acara 'surprise party' buat salah satu beningers yang ultah. Alhasil, kami cuma berkumpul di geladak kapal dan berbisik-bisik menyanyikan lagu ulang tahun. Serius aku sendiri lupa ulang tahunnya *piss karena sibuk ngurus PKL kali ya. Maafkan ketidaksiapan kami merayakan ultahmu secara mobile, ga ada kue pula. Gomeeen. Tapi kuenya udah terbayar waktu udah di Jakarta kan ya :v

Gemerlap lampu-lampu Jakarta mulai tenggelam di kejauhan

Foto dulu sambil nunggu yang lain XD

Foto sama yang ultah :3

Karna lama nunggu acil yang masih di atas, akhirnya selfie dulu :v

Foto bareng acil, yang lumayan ga ngeblur akibat ombak, sayangnya backlight :'

Finally, setelah beberapa jam terombang-ambing oleh gelombang, Pelabuhan Bekauheni mulai menampakkan sigernya :D

 To be continued...

Minggu, 01 Juni 2014

The After-Dinner Mysteries

  • Judul:The After Dinner Mysteries
  • Genre:detective, action
  • Penulis:Higashigawa Tokuya
  • Tebal:291 halaman
  • Terbit:Maret 2014

Buku ini berisi tujuh cerpen komedi detektif yang diadaptasi dari dorama berjudul Nazotoki wa Dinner no Ato De atau lebih dikenal dengan NazoDi. Aku lebih dulu baca novelnya baru nonton doramanya. Gara-gara salah satu temenku ada yang fans Arashi, dikasihlah dorama plus filmnya.

Novel ini bercerita tentang Hosho Reiko, seorang putri tunggal pemilik Grup Perusahaan Hosho yang kaya raya, yang juga berprofesi sebagai detektif di Kepolisisan Kunitachi Jepang. Ia bekerja dengan atasan yang bernama Komandan Kazamatsuri yang tidak bisa diandalkan dalam menyelesaikan berbagai kasus pembunuhan.

Untungnya Reiko mempunyai butler yang cerdas dan tampan bernama Kageyama. Pelayannya itu seringkali mengejeknya habis-habisan. Tapi, mau bagaimana lagi. Hanya Kageyama yang bisa memecahkan misteri kasus-kasus pembunuhan itu dengan analisis jitunya.

Menonton dorama bergenre detektif yang sudah pernah kita baca novelnya tentu tidak seru lagi kan. Kita sudah bisa menebak ceritanya, tapi pada akhirnya aku tetap mengkhatamkan doramanya, karena lumayan banyak episode yang jalan ceritanya berbeda dengan cerita di novel.

Sejujurnya aku lebih suka doramanya. Menurutku pembukaan mengenai karakter tokoh yang diulang-ulang pada setiap bab cerita itu mengganggu. Aku sampai hapal karena keseringan diulang -_- Di cerita pertama aja menurutku udah cukup, toh, ceritanya masih dalam satu buku yang sama kan, kenapa mesti diulang-ulang.

Selain itu, menurutku kayaknya lebih bagus dijadiin komik aja deh ketimbang novel. Entah kenapa aku kurang bisa memvisualisasikan kasusnya dalam kepalaku, banyak yang miss lah pokoknya, waktu di bagian penjelasan Kageyama baru ngeh. Oh gitu ya ternyata -_-

Ya, begitulah. Silakan kalian bandingkan sendiri nanti :x

The Truth About Forever


Judul               : The Truth About Forever
Penerbit          : Orizuka
Tahun Terbit   : 2008, republished 2013
Tebal               : 312 halaman

Sinopsis          :

Seberapa berharga sih satu detik itu? Tik. Sebentar saja dia langsung berlalu. Tik. Satu detik pergi lagi. Tak ada harganya.
Tapi tunggu sampai kau sadar waktumu hampir habis. Tik. Kau ingat selama ini jarang beramal. Tik. Kau teringat mimpi-mimpi yang nggak sempat kau wujudkan. Tik. Kau sadar nggak cukup menyayangi keluarga dan teman-temanmu. Tik. Tik. Tik. Kau panik, takut menyia-nyiakan lebih banyak waktu lagi.
Yogas merasa demikian ketika divonis nggak akan berumur panjang. Tapi bukannya memanfaatkan waktu yang tersisa sebaik-baiknya, dia malah diam-diam pergi ke Yogyakarta.
Kedatangannya ke sana nggak lain untuk balas dendam kepada orang yang dianggapnya bertanggung jawab atas semua ini. Bahkan kalau perlu, mati bersama.
Saat itulah cinta datang. Memberi pengharapan, membuatnya merasakan setitik kebahagiaan di dalam kelam hidupnya. Dan sekarang, keputusan itu ada di tangan Yogas. Karena cinta dan benci nggak akan pernah akur.
Jadi, Yogas…, pilih yang mana? Sementara kamu berpikir…. Tik.

Review      :

Waktu baca novel ini awalnya bener-bener dibuat penasaran, kenapa sih tokoh utamanya? Dia sakit? Sakit apa sih sampai-sampai kayak gitu? Dan, ternyata... bener-bener tak terduga.

Novel ini bercerita tentang Yogas, seorang laki-laki aneh, misterius, pendiam, dingin dan susah ditebak. Laki-laki yang mengaku berasal dari Mars ini tengah mencari biang keladi yang menyebabkan kehancuran hidupnya di Yogyakarta. Selama di sana, ia tinggal di sebuah kosan bobrok yang mirip rumah hantu dan disanalah ia bertemu dengan Kana yang merupakan keponakan dari pemilik kost.

Yogas sebentar baik, sebentar jahat. Kana memutuskan untuk mencoba tidak perduli pada laki-laki aneh itu. Namun, sikapnya yang tidak bisa ditebak justru malah membuat Kana penasaran dan selalu bertanya pada Yogas mengenai hal pribadinya yang membuat Yogas tidak suka.


Yogas seringkali menyuruh Kana untuk tidak pernah mencampuri urusannya dan jangan mengganggu Yogas lagi. Kana pun berusaha untuk melakukannya, namun secara refleks, ia selalu saja mengajak Yogas mengobrol. Lama-kelamaan Yogas dan Kana akhirnya jatuh cinta, namun Yogas memaksakan diri untuk tidak merasakan bahagia walau sedikit saja.

Eno, sahabat Yogas sudah menasihatinya, untuk segera menyelesaikan urusannya di Yogyakarta dan pulang jika memang tidak ingin terlibat dengan Kana. Namun, Yogas bimbang. Di satu sisi, ia ingin membuat Kana untuk pergi dari hidupnya, supaya ia tidak lagi merasakan bahagia. Namun disisi lain, Yogas takut Kana akan pergi darinya, dan membuat kebahagiaannya hancur dalam sekejap.

Apakah Yogas akan berhasil menyelesaikan urusannya di Jogja? Bagaimana kisah Yogas dan Kana selanjutnya? Akankah Kana berhasil menakhlukkan cinta pertamanya itu? Mari baca dan temukan sendiri jawabannya :D

Jumat, 23 Mei 2014

Kamu baik-baik aja?


Jadi, setelah seminggu terlewati, apakah kamu baik-baik aja? Aku ga yakin. Ya begitulah. Respon umum setelah diterpa badai ujian tengah semester super advanced dalam seminggu, ralat 5 hari, dengan enam mata kuliah.

Suatu kesalahan memang terlanjur penasaran berlebihan dengan nilai UAS Analisis Regresi sehari sebelum UTS, tengah malam pula. Saking penasarannya sampai neror orang tengah malam itu juga. Benar-benar beracun nilainya, sampai sukses bikin random mid-night talk. Udah memprediksikan sih hasilnya tidak sedap dipandang.
Karena data setitik, rusak analisa sebelanga.
Awalnya pengen tau biar bisa lebih termotivasi UTSnya, tapi sempet down juga. Waktu itu kesalahan pengerjaan terletak pada diri sendiri kan, ketidaksinkronan memasukkan data. Tapi, ya, mau gimana lagi. Udah terlanjur rusak, nilai UAS pula, cuma bisa berharap bapaknya memberikan suntikan nilai UTS dan Tugas yang cukup membantu. Hmm meskipun dapat segitu, kamu harus bersyukur kata salah satu temen yang ku teror waktu itu, masih banyak yang berada di bawah dan benar aja setelah tau nilai terendah di kelas. Aku bener-bener berharap bapaknya bersedia berbaik hati memberikan remed. Nilai UAS loh itu, berkontribusi 50 persen.

Yang (kadang) Terlewatkan

Aku Pun Keluar dengan Wanita yang Bukan Istriku 
Terima kasih telah membuat sudut mataku mengeluarkan bulir-bulir air bening. Sebuah tulisan yang menyentuh dan sempat membuatku merenung. Kalau hanya membaca judulnya sepintas, mungkin kalian akan salah menginterpretasikan. Seperti aku, pada awalnya. Setelah membacanya, sungguh dibuat tidak menyesal, di luar ekspektasi.
Ingatlah ketika kita bertambah tua, orang tua kita juga bertambah tua. Kita tidak pernah tahu, siapa yang lebih dulu bertemu dengan Sang Pencipta.
Maka mulailah menabung kebiasaan-kebiasaan baik. Melakukan yang terbaik. Perbaiki amanah-amanah yang belum tertunaikan. 
"Setiap negeri mempunyai mata uang masing-masing | dan mata uang dari surga adalah amal shalih."
Kamu masih ingat salah satu amal yang tidak pernah putus? Doa dari anak yang sholeh/sholehah. Jadi, yuk, senantiasa berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Muaranya bukan hanya untuk dirimu sendiri, tapi secara tidak langsung untuk orang tuamu juga.
"Tidak ada yang lebih penting dari kedua orang tua, khususnya ibu, maka persembahkanlah bagi mereka waktu yang menjadi hak mereka."
Tidak ada yang lebih penting dari kedua orang tua khususnya ibu maka persembahkanlah bagi mereka waktu yang menjadi hak mereka.

Source: http://www.mirwanchoky.com/2014/05/aku-pun-keluar-dengan-wanita-yang-bukan.html
Artikel ini ditulis oleh Mirwan Choky. http://www.facebook.com/mirwanchokys