CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 15 Juli 2018

Stories for Rainy Days

Judul: Stories for Rainy Days
Penulis: Naela Ali
Penerbit: POP (Kepustakaan Populer Gramedia)
Terbit: 2016
Tebal: 198 halaman

It was rainy day,
with a hot darjeeling tea,
warm striped blanket and polka dot socks.
One perfect moment to read stories for cats."

***
"That solitary moment you have at a crowded place, when nothing else matters, only you and your book. That is bliss." - page 131
Buku yang sebagian besar saya nikmati di tengah hiruk-pikuk-panasnya angkutan umum ibukota, sangat bertolak belakang dengan anjuran judul dan ilustrasi sampulnya. Tertarik membaca buku ini karena watercolor illustrations yang ditawarkan begitu aesthetic. Ketika mendapat pinjaman buku ini, tidak menyangka bahwa buku berukuran mini dan berisi kumpulan cerita pendek.

Sepertiga bab awal terasa biasa saja, tidak sampai membuat saya baper. Haha. Kisah percintaannya terlalu personal and sorry, I can't relate :p. Ditambah lagu-lagu yang asing bagi saya. Well, lagu tertentu memang bisa mengingatkan kita pada seseorang atau suatu peristiwa.
"But honestly, I am scared right now, about the future that awaits me. Really, I might seem like careless girl who doesn't care about things, but I do, I really do think much about the future and about anything in fact, as I tend to be an overthinking person.

I'm afraid of starting a new relationship. I am afraid of failure. I know I am being dramatic. But if I am going to start a new relationship, I want it to be the last, to be real." - page 89
Saya mulai meresapi bab "Letter of Hope", saat keraguan mulai menyergap. Keraguan akan seseorang, keraguan akan masa depan. Hmm melewati fase quarter life crisis tidak pernah mudah. Seiring bertambahnya usia, bertambah pula serangkaian pertimbangan akan masa depan.
"Dear Past,

I don't know why I wrote to you, I guess there are some things that are left unsaid and I'd really love to talk to you. But meeting up maybe isn't a good idea. Not that I hate to see you but maybe later on we could meet up over casual conversations. But right now it is better this way.

Firstly, I would like to thank you for all the good things you did to me. Really, maybe we don't have that many exciting things to talk about. But when I looked back several times, I found many simple things that I actually should be grateful about." - pages 161-162
Bab "A Letter to the Past" akan membuat kita mengenang kembali masa lalu. Bahwa kita telah melewati hal-hal yang tak mudah. Kita dibuat belajar banyak hal; belajar sabar, belajar menerima, belajar memberi, dan belajar melepaskan.
"I realized that life is all about letting go - letting go our own egos that we are willing to make certain amount of efforts and energy to take the risks and accept the good or bad circumstances that might happen for the one we love.

Letting go also means that sometimes, no matter how much you thought you've put efforts into it, certain things are just not meant to be.

But then again, "In the end, the love you take is equal to the love you make." If it's meant to be, things will be just great...eventually." - page 195
Ada certain things atau yang biasa dikenal sebagai takdir, tidak dapat diubah meskipun kita telah berusaha sekuat tenaga. Maka berserah dirilah kepada Yang Membolak-balikkan Hati. You did well, yes, you did well. Semoga segera mendapat kabar baik.

Senin, 25 Juni 2018

#DanauTobaBerduka

Sumber: twit  @danautoba_ind

Seminggu sudah sejak kejadian tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun. Turut berduka cita atas korban yang meninggal dan hilang dalam musibah ini. Diberitakan lebih dari dua ratus orang penumpang. Semoga menjadi pelajaran ke depannya untuk meningkatkan keselamatan penumpang, dengan tidak melebihi jumlah penumpang dari daya angkut kapal dan mengikuti arahan BMKG terkait cuaca buruk.

Danau Toba pernah menjadi bagian dari perjalanan (dadakan) saya pada November tahun lalu. Danau yang pertama kali saya nikmati keindahannya bersama Air Terjun Sipiso-piso di kala mendung pagi itu. Setelah menempuh perjalanan lebih dari dua jam dari kota Medan.

Amazed dengan danau berumur puluhan ribu tahun ini

Hari berikutnya saya rela reschedule; melanjutkan perjalanan empat jam demi mendekati Danau Toba, menyeberang dari Parapat ke Tomok. Suasana menyeberang kala itu masih lekat di ingatan. Semilir angin sejuknya sungguh sulit dilupakan. 

Kini Toba berduka. Semoga segera pulih :"

Senin, 16 April 2018

Supermentor22: Resep Sukses, Life Skills dan Etos Kerja untuk Generasi Abad 21


Edisi hadir terdadakan di #supermentor22. Baru mendaftar H-3 jam acara. Semula tidak berencana mendaftar karena tempat acara terbilang jauh di kota hujan. Lalu ada penggemar Kang Emil yang tiba-tiba mengajak. Setelah mengecek link pendaftaran, ternyata tiket masih available, saya pun akhirnya memutuskan beranjak.

Perjalanan kereta stasiun Tebet-Bogor memakan waktu lebih dari satu jam. Lalu dari stasiun Bogor ke tempat acara ditempuh sekitar setengah jam, pengaruh macet dan tentu saja hujan. Sangat ramai yang hadir. Saya tidak mengira bahwa venue yang digunakan tidak seluas biasanya. Well, dapat dipastikan bagi yang baru menuju tempat acara hampir jam 7 malam—setelah sholat dan window shopping—tidak dapat kursi.

baru kali ini berdiri...

Berdiri untuk dua jam kedepan tentu tidak nyaman. Alhasil nekat lesehan di lorong bersama rombongan yang lain. Antusiasme peserta yang datang kali ini dua kali lipat kapasitas venue. Barangkali panitia perlu memberi batasan jumlah peserta yang mendaftar agar tidak ada peserta yang sudah jauh-jauh datang tidak bisa masuk.
"Semua orang punya sesuatu yang istimewa dalam dirinya." - @dinopattidjalal
Generasi muda tidak boleh dogmatic (kaku dalam berpikir). Be open minded! Dalam dunia yang penuh kompetisi, learn to love to compete. Jangan kejar harta, jabatan, kekuasaan, tapi kejarlah kepercayaan, prestasi, dan reputasi. Kompetensi lebih penting dari ijazah. Skill adalah aset yang terpenting, beberapa contoh skill: bahasa, networking, leadership, dan presentation.
sukses = persistence + grit (tidak pernah menyerah)
Bedakan hobi, job, karir, dan impact. Usahakan dalam berkarir, mempunyai impact terhadap lingkungan atau masyarakat sekitar kita. Bedakan cerdik, cerdas, dan bijak. Cerdas berarti tahu A, B, C; cerdik adalah aplikasi cerdas; sedangkan bijak tahu prioritas dan bisa melihat hingga sepuluh step kedepan. Dream? Bedakan aspirasi, ambisi dan visi. Aspirasi merupakan tujuan hidup. Ambition is the next step of aspiration. Ambition is good, bukan sesuatu yang negatif, become your best. Lalu, vision is the next step of ambition.
"Achievement is one thing, but fulfillment is what makes you happy and blessed." -
@dinopattidjalal

Sabtu, 31 Maret 2018

Museum MACAN

The Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara. Museum pertama di Indonesia yang memiliki koleksi seni modern dan kontemporer. I just knew CEO-nya sangat muda, setelah membaca artikel dalam majalah salah satu maskapai penerbangan edisi Maret.

Let's going back to how I came to the museum. There was a childhood friend of mine who was trained in Jakarta. She wanna go to the museum and yeah tentu saja saya tidak menolak. Janjian berangkat pagi-pagi di weekend jarang berhasil memang. Ditambah drama ketinggalan bus transjakarta. Wkwkk. Fyi, museum ini bisa ditempuh dari Bidara Cina dengan mengambil rute ke Harmoni, lalu transit dan mengambil rute Lebak Bulus, turun di halte Kebon Jeruk BPK 6. Waktu tempuh total sekitar 1,5 jam.

Kami tiba di Gedung AKR ketika matahari sudah lewat di atas kepala. Kami pun langsung naik menuju level MM dan mengantri untuk membeli tiket museum. Antrian cukup panjang. Jika kalian minat berkunjung ke museum ini, baiknya beli tiket online dulu dan pilih jam paling pagi. Sistem masuk museum per dua jam, kami kebagian tiket jam 14.00-16.00. 

Beginilah antrian mengular masuk museum

So, mulai mengantrilah misal setengah jam sebelum jam yang tertera di tiket, apalagi weekend. Makin pagi makin baik, agar tidak tenggelam dalam lautan antrian.

Museum ini menyuguhkan 90 dari 800 karya seni koleksi founder selama 25 tahun. Salah satu karya seni yang menjadi daya tarik pengunjung adalah "Infinity Mirrored Room". Kami memutuskan berkeliling dahulu sebelum mengantri (lagi) menuju karya seni favorit yang satu itu.

Sudut kontemplasi favorit
"There are so many naive people sacrificing for you, but you are still unhappy."

Minggu, 04 Maret 2018

Antologi Rasa

Judul: Antologi Rasa
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia
Terbit: Agustus 2011
Tebal: 344 halaman
Tiga sahabat. Satu pertanyaan. What if in the person that you love, you find a best friend instead of a lover?
K e a r a
Were both just people who worry about the breaths we take, not how we breathe. How can we be so different and feel so much alike, Rul? Dan malam ini, tiga tahun setelah malam yang membuatku jatuh cinta, my dear, dan aku di sini terbaring menatap bintang-bintang di langit pekat Singapura ini, aku masih cinta, Rul. Dan kamu mungkin tidak akan pernah tahu. Three years of my wasted life loving you.

R u l y
Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu adalah kalau suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat yang terasa di dada gue waktu suster membangunkan gue subuh itu dan berkata, "Pak, istrinya sudah sadar," dan bahwa gue bahkan tidak sedikit pun berniat mengoreksi pernyataan itu. Mimpi aja terus, Rul.

H a r r i s
Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu. Karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan-perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat mereka klepek-klepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love." Thats probably as close as I can get to hearing that she loves me.

***

Buku yang dibeli akhir tahun lalu. Namun, baru terbaca minggu lalu, saat perjalanan Cirebon. Buku yang dibeli bahkan tanpa membaca sinopsisnya, sesederhana atas rekomendasi seorang teman. Truthfully, lebih menikmati Critical Eleven dan the Architecture of Love. Awalnya ingin menambah koleksi buku Ika Natassa, tapi kayaknya buku ini mau saya jual lagi aja wkwk. Silahkan barangkali ada yang berminat :p

Buku ini bergenre metropop, yeah, genre yang jarang saya lahap. Sukses sih membuat terjaga sepanjang perjalanan di kereta, tapi ceritanya not so immersed. Sekedar numpang lewat aja. Sangat tidak sepakat dengan komentar 'membumi'. Hidup di ibukota memang berpotensi membuat hedonisme, tapi sepanjang bisa mengendalikan nafsu belanja barang-barang berlabel dan makan di tempat mewah, your financial will be fine. Percuma punya penghasilan sekian digit kalau tidak ada saving dan investment.

Well, cerita buku ini persis seperti yang bisa ditangkap pada sinopsisnya. Cinta saling silang antara para tokoh: Harris-Keara-Ruly-Denise. Kehidupan metropolis yang beyond your imagination, misal waktu Keara tetiba pengen nasi Wardani, trus ngajak Harris ke Bali (kayak ngajak ke Ancol) dan Harrisnya nurut lagi sama cintanya itu. Duh. Adalagi waktu Keara yang mengaku mengidap Cheap Food Allergy, tapi fine-fine aja waktu diajak Ruly makan di pinggir jalan. Ckck.

Baru mulai sedikit menikmati di bagian hampir akhir. Bagian terfavorit saat tur Keara-Ruly di Pasar Sukawati. Actually, I slightly ship them. Mulai excited ketika Ruly unjuk gigi. Wkwk. Sayang, pendukung unrequited love satu ini harus cukup tabah menerima ending buku ini. Don't expect too much. Pada akhirnya, mungkin sebagai perempuan lebih baik memilih laki-laki yang mencintainya ketimbang mengejar laki-laki yang dicintainya.

Rabu, 28 Februari 2018

conscience

Setelah bertahun-tahun hidup di ibukota, sore itu (23/02) mendapati diri sendiri (masih) mudah mempercayai orang lain. Orang yang bahkan baru diajak mengobrol hitungan menit sembari menunggu online transport. Saya terhitung jarang memulai pembicaraan dengan orang asing di perjalanan.

Pembicaraan sederhana dimulai dari seorang bapak yang dengan santun mengucap permisi (kepada orang yang lebih muda, which is sangat jarang ditemui) sebelum duduk di teras mushola. Lalu, berlanjut ke kereta, Argo Jati. Bapak tersebut langsung tahu saya dari Cirebon. Beliau ternyata berencana ke Cirebon karena ada keluarga yang sakit dan dirawat. Namun, karena kecelakaan mungkin batal, pulang lagi ke rumah yang lebih jauh dari Serpong (I didn't catch the town that he said).

Awalnya, saya tidak ingin bertanya kecelakaan apa. I didn't want to meddle anymore, yet I asked. Ketika mendengar cerita beliau, sebagai seseorang yang pernah mengalami kejadian serupa, it was relatable. Beliau tidak bisa naik kereta karena tidak memiliki kartu identitas, pun tidak bisa menggunakan surat keterangan dari polisi. Selain itu, tidak ada ongkos beli tiket kereta. Tidak bisa kontak orang yang dikenal, tidak ada hp (sudah diberikan ke cucu). Entah naik bus dari Pulogadung, entah menumpang truk. Miris mendengar beliau berencana jalan kaki ke Pulogadung atau pulang ke rumah.

I chose to believe him. Sebelum naik transport online, saya memutuskan minimal tidak membuat beliau berjalan kaki. Semoga, ya, semoga bapak yang Jumat lalu bertemu sudah tiba di Cirebon dan keluarganya yang sakit cepat sembuh. Saya tidak ingin menyesali kejadian seperti dulu, ketika ada orang yang terlihat tidak sehat ingin pinjam hp untuk menghubungi keluarganya.

Terkadang sulit memang mengenali mana yang beneran atau tipu-tipu. Hal termudah yang umumnya dilakukan: pukul rata tidak percaya. Namun, sebenarnya kalau mau sedikit berusaha, cukup kenali dari gaze-nya and you will know.

Rabu, 07 Februari 2018

Catatan Juang

Judul: Catatan Juang
Penulis: Fiersa Besari
Penerbit: Mediakita
Terbit: 2017
Tebal: 312 halaman

Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya.

Tertanda,
Juang
***
"Hidup ini keras, buktikan dirimu kuat. Yang membedakan pemenang dan pecundang hanya satu: pemenang tahu cara berdiri saat jatuh, pecundang lebih nyaman tetap ada di posisi jatuh." - hlm. 44
Novel ini merupakan sekuel Konspirasi Alam Semesta. Namun, bisa dinikmati secara terpisah. If you've read the previous novel, maybe you will remember 'buku bersampul merah', buku hadiah Ana untuk Juang, buku tempat Juang merumahkan pemikirannya. Well, yes, this novel about that book. Buku merah tersebut ditemukan oleh Suar secara sangat random di angkot.

Semula Suar berdalih membaca buku merah tersebut untuk menemukan informasi pemilik buku. Semakin banyak lembar catatan yang dibaca, Suar kian terjebak dengan kisah Juang. Suar pun kemudian resign, memutuskan keluar dari zona nyaman, menjemput mimpinya menjadi sineas.
"Jangan lupa bahwa manusia mempunyai mimpi-mimpi untuk diraih, bukan dibunuh atas nama tuntutan hidup. Dan jangan lupa bahwa Tuhan menciptakanmu berjalan di muka bumi ini untuk sesuatu yang baik, maka berbuat baiklah untuk sesama, melebihi kau berbuat baik untuk dirimu sendiri." - hlm. 173
Buku merah itu lalu menjadi 'obat kuat' bagi Suar. Catatan Juang sedemikian rupa related dengan kisah hidupnya, hingga ia ingin bertemu dengan sang penulis. Dalam perjalanan pra-debutnya sebagai sineas, Suar bertemu Dude sebagai salah satu narasumbernya. Pembaca buku KAS tentu aware siapa gerangan Dude. Bagi pembaca karya Bung yang baru, tak perlu khawatir, akan dijelaskan di bab-bab akhir. Kalian pun masih bisa penasaran. Tidak seperti pembaca lama yang sudah bisa menebak-nebak dengan liar. Wkwk.

Btw, I did the same thing with Suar, membawa Catatan Juang kemana-kemana, menemani setiap langkah dalam memenuhi syarat demi syarat satu goal besar bulan lalu. Menunggu tidak menjadi hal yang membosankan jika kita punya hal baik yang dilakukan. Semoga, ya, semoga sampai umur.
"Dan untukmu yang baru saja akan mulai menulis, selalu ingat ini: menulis adalah terapi. Dan kita tidak perlu melakukannya agar terlihat keren dihadapan orang lain, atau berekspektasi punya buku yang diterbitkan penerbit besar. Menulis adalah sebuah kebutuhan agar otak kita tidak dipenuhi oleh feses pemikiran. Maka, menulislah. Entah itu di buku tulis, daun lontar, prasasti, atau bahkan media sosial, menulislah terus tanpa peduli karyamu akan dihargai oleh siapa dan senilai berapa. Menulislah meski orang-orang mengejekmu. Menulislah agar kelak saat kau meninggal, anak-cucumu tahu bahwa suatu ketika engkau pernah ada, pernah menjadi bagian dari sejarah." - hlm. 198
Terkait menulis, still far away from my mentor expectation. Masih amateur aing mah. Masih perlu banyak belajar menjadi penulis yang tidak cenderung dilupakan. Yet, I will give it a try. Stop running away and write.