CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 06 Januari 2018

Konspirasi Alam Semesta

Judul: Konspirasi Alam Semesta
Penulis: Fiersa Besari
Penerbit: Mediakita
Terbit: April 2017
Tebal: 244 halaman

Seperti apakah warna cinta? Apakah merah muda mewakili rekahannya, ataukah kelabu mewakili pecahannya?
***
"Aku adalah seorang pesimis yang cukup optimis. Pesimis bahwa negeri ini sudah tiba pada masa yang lebih baik, sekaligus optimis bahwa negeri ini akan tiba pada masa yang lebih baik."

Buku kedua Bung yang saya baca setelah Garis Waktu. Membaca buku ini dari seorang teman yang selera bacaannya buku memotivasi katanya. Kemudian saya mengingat kembali Garis Waktu dan kilas balik, I don't think 'motivate' is the right word, inspiring maybe, perjalanan menghapus luka.

Saya baru menyadari bahwa buku ini berupa albuk, album buku. Sembari menulis review, menyempatkan mendengarkan beberapa lagu dan sepertinya saya lebih menikmati membaca lirik tersebut sebagai sajak di buku. Buku ini menjadi teman baca dalam perjalanan pulang kantor sekitar dua minggu lalu.
"Beberapa rindu memang harus dibiarkan menjadi rahasia. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat doa."
Buku ini bercerita mengenai petualangan seorang Juang Astrajingga yang bermuara pada Ana Tidae. Juang seorang penulis dengan nama pena Lelaki Jingga, yang menurut saya little bit tacky wkwk, padahal nama aslinya bagus.

Buku ini memiliki lebih dari satu klimaks I guess, kalau tidak ingin disebut sinetron. Jujur lebih menyukai bagian pertama buku, petualangan membuat film dokumenter Papua terutama. Saya pikir drama akan segera berakhir serampung film dokumenter tersebut. Namun, Bung memilih melanjutkan cerita dari tumor otak Ana hingga aksi relawan Gunung Sinabung. Theeen, the ending so heartbreaking guys. I can't say anything anymore.
"Masa lalu, sepahit apapun itu, bukanlah untuk dilupakan, melainkan untuk diingat dengan persepsi yang tidak menyakitkan."
Bagi yang sudah membaca Garis Waktu, mungkin agak sedikit berasa repetition. Overall, this book was good enough. Terbilang ringan untuk sastra, dengan diksi yang quote-able.

Jumat, 29 Desember 2017

Negeri sejuta pelangi

Setelah sekitar dua bulan lalu tur negeri timah, saya pun menyempatkan berkunjung ke negeri tetangganya. Negeri yang juga disebut 1001 warung kopi ini menjadi objek wisata tujuan cukup banyak orang, setelah salah satu film lokal yang diangkat dari novel berjudul sama mengambil syuting di negeri ini.

ini replika SD-nya, do you remember?

Siang itu (27/10) saya sudah tiba di TJQ. Berhubung seorang yang dituju berada di Belitung Timur, saya mesti naik travel dulu ke sana. Menunggu penuh baru travelnya jalan. Hampir satu jam travel pun berangkat. Sejuknya udara sehabis hujan sukses lift up my mood that day. Sepanjang jalan melihat hijau-hijau, memanjakan mata yang terbiasa terpapar radiasi.

Minggu, 24 Desember 2017

Hujan Bulan Juni

Judul: Hujan Bulan Juni
Penulis: Sapardi Djoko Damono
Penerbit: Gramedia
Terbit: 2015
Tebal: 144 halaman

Bagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam selembar sapu tangan yang telah ditenunnya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar saputangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri oleh kesunyiannya sendiri oleh ketabahannya sendiri oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri oleh kerinduannya sendiri oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang. Bagaimana mungkin.
***
"Tidak ada yang lebih tabah dari pembaca novel ini." - AZ
Kutipan review g*odreads di atas cukup mewakili :p Novel ini sudah saya ajak berkelana, bahkan hingga ke salah satu kota setting ceritanya di utara sana, tapi teteup gak kelar-kelar bacanya. Sepertinya perlu dibaca ketika tidak ada beban pikiran ditemani secangkir teh hangat dan rintik hujan, biar syahdu. Wkwk. Terbilang berat bagi yang sastranya di bawah rata-rata. Alurnya pun bisa bikin emosi bagi yang kurang tabah.

Cerita novel ini sederhananya berpusat pada Sarwono dan Pingkan, dua orang yang saling jatuh cinta, namun terhalang perbedaan Jawa Menado. Sering kali diulang cerita berlatar kedua suku tersebut, getting me irritated. Lalu ada orang ketiga, orang keempat, orang kelima, you named it.

Jujur separuh bagian pertama membuat mumet. Tertarik baca sebelum menonton filmnya. Boro-boro. Baru dapat memahami tutur bahasa SDD pun separuh bagian setelahnya. Setelah hampir dua bulan menonton filmnya. Banyak bagian yang tambal sulam. Bagian menggembala gerombolan biri-biri Tonsea di novel padahal lumayan menarik. Bagian bertemu Toar juga cukup menarik. Belakangan baru tau Toar itu kakak Pingkan. Seingat saya, di film tidak disinggung-singgung.

Filmnya terlalu menonjolkan cerita yang dikaitkan Katsuo. Heran aing. Teman saya menonton kala itu ngakak terus tiap sosok Katsuo muncul, beyond your imagination lah pokoknya. Di novel tidak terlalu banyak membahas Sontoloyo Jepun itu (sebutan dari Sarwono). Endingnya pun. Ah, film tidak melulu harus happy ending kok. Penonton belakangan cukup bijak. Bagian apiknya mendeklamasikan puisi. Even puisi yang tidak dicakup di novel ini, tapi di buku puisi dengan judul yang sama. Setelah melalui ketiganya, saya lebih menyukai buku puisinya, terlebih bagian berikut.
"Kukirim padamu beberapa patah kata yang sudah langka. Jika suatu hari nanti mereka mencapaimu, rahasiakan, sia-sia saja memahamiku."
"Dalam setiap kata yang kau baca, selalu ada huruf yang hilang. Kelak kau pasti akan kembali menemukannya di sela-sela kenangan penuh ilalang."

Minggu, 03 Desember 2017

Frequently contacted

Blogwalking kali ini disuguhi sebuah tulisan yang menarik. Beberapa waktu lalu sempat mendapat pertanyaan serupa terkait frequently contacted. Kemudian hanya menjawabnya dengan diam. Konteksnya bercanda sih, tapi menyisakan lingering feeling gitu. Setelah membaca tulisan di bawah ini, diingatkan kembali bahwa itu merupakan bentuk penjagaan, betapa derasnya cinta-Nya :')


Kepada Perempuan-Perempuan yang Merasa Berbeda

by novieocktavia

Suatu hari, kita mungkin pernah mendapati diri merasa berbeda dengan perempuan-perempuan lain di sekitar kita karena tidak ada satu pun lelaki yang bisa dengan mudah kita sebut namanya. Kita hanya mendengar mereka bercerita tanpa menanggapinya dengan cerita yang serupa, sebab memang tak ada siapapun yang hadir di hati kita. Lalu, mengapa bersedih? Bukankah memang tidak perlu ada seorang lawan jenis pun yang mengisi semesta hati kita sebelum hari bahagia itu tiba? Sehebat dan sesempurna itulah Allah menjaga, sebab tak ingin ada hati yang berrongga karena kebahagiaan yang belum waktunya.
Suatu hari, kita mungkin pernah mendapati diri merasa tak sama dengan perempuan-perempuan lain di sekitar kita karena tidak ada satu pun lelaki yang namanya muncul pada frequently contacted di ponsel kita. Kita hanya melihat bagaimana mereka berinteraksi tanpa bisa menebak bagaimana rasanya, sebab memang tidak ada seorang pun diantara teman-teman lawan jenis kita yang sering berbalas pesan setiap harinya dengan kita. Kalaupun ada, urusannya adalah tugas kuliah, pekerjaan, bisnis, atau hal-hal penting lainnya yang hanya saling berbalas seadanya. Lalu, mengapa bersedih? Bukankah interaksi yang terbatas akan memudahkan hati agar tidak mudah terjun bebas? Sehebat dan sesempurna itulah Allah menjaga, sebab tak ingin ada air mata yang jatuh percuma.
Suatu hari, kita mungkin pernah mendapati diri merasa asing diantara perempuan-perempuan lain di sekitar kita karena tidak ada satu pun lelaki yang pernah menghabiskan perjalanan berdua dengan kita. Kita hanya mendengar atau melihat, tanpa bisa berempati sebab tak tahu bagaimana rasanya. Selama ini, perjalanan dihabiskan dengan teman-teman perempuan, orangtua, adik, kakak, atau saudara. Lalu, mengapa bersedih? Bukankah perjalanan-perjalanan yang dilakukan berdua sebelum waktunya lebih dekat pada bahaya? Sehebat dan sesempurna itulah Allah menjaga, sebab tak ingin ada mata yang terus beradu pandang dan raga yang terus beradu sentuh sebelum waktunya.
Jika pun suatu hari nanti akan ada seseorang yang dengan mudah kita sebut namanya, semoga itu adalah dia yang tersebab akadnya maka kita boleh menceritakan kebaikannya. Jika pun suatu hari nanti ada seseorang yang setiap hari berbalas pesan dengan kita, semoga itu adalah dia yang tersebab akadnya maka dengannya kita boleh membicarakan apa saja. Jika pun suatu hari nanti ada seseorang yang banyak menghabiskan perjalanan bersama kita, semoga itu adalah dia yang tersebab akadnya diperbolehkan mengajak kita bersafar kemana saja. Tapi sekarang, semoga kita senantiasa berbahagia dengan penjagaan-Nya yang sedemikian rupa.
Jangan lupa berdoa dan saling mendoakan perempuan-perempuan lainnya, sebab berat, susah, dan berlikunya menjaga diri tak akan pernah bisa kita terka hingga mungkin kita tak selamanya akan mudah menjalaninya. Bagaimana pun, semoga Allah senantiasa menjaga dan memudahkan. Selamat berbahagia diantara deras cinta-Nya. Baarakallahu fiik :”)

Kamis, 30 November 2017

Tur Negeri Timah

Sebelum mendarat ke pulau ini, pemandangan birunya pantai akan serta-merta memanggilmu. Namun, semakin beranjak ke tengah, terlihat banyak sekali bekas tambang timah yang kondisinya (sepertinya) tidak terawat. Actually, I need to do some simple paperwork. If anyone who live in this island voluntary wanna help me, let me know.

Well, tag along feels nice. You can peacefully feed your tummy and travel around. Selain kulinernya juara, wisata Bangka juga lumayan. Walaupun katanya tidak se-wah Belitung. Pantai-pantai yang bagus di Bangka jauh. Karena keterbatasan waktu, kami cukup puas menjelajah daerah Sungailiat.

vitamin sea recharged :3

Selasa, 28 November 2017

Sufficient

Setiap orang berhak membuat pilihan
Kemudian menjalani konsekuensi atas pilihan tersebut

Setiap orang hampir selalu mempunyai alasan
Namun tidak berarti berhak menyinggung perasaan orang lain

Setiap orang baiknya melapangkan ruang pemahaman
Lantas menjadi cukup karena tidak semua hal perlu ditanya

Kamis, 23 November 2017

Feed your tummy in Bangka

Bagi yang ingin memanjakan perut, mungkin perlu mencoba main ke Pulau Bangka, Pangkal Pinang lebih tepatnya. Namun, dengan catatan bagi yang suka makan ikan dan menimbun kolesterol ya. Wkk.

Makanan khas pertama yang perlu kamu coba setelah merapat di pulau ini: Lempah Kuning. Makanan yang menawarkan kesegaran rempah ditambah nanas. Kala itu mendung-mendung diajak ke Mang Bewok, agak pedas lempah yang disuguhkan, tapi tetap susah berhenti makannya. Haha. Dapat info di sana Iga Bakarnya juga enak, sayang belum coba, lebih memilih makanan lokal.

Next, diajak makan pempek dan aneka otak-otak. Pulau ini pecahan Sumsel, makanya pempek tak asing lagi. Otak-otaknya variatif, sausnya pun variatif, ada cuka terasi, cuka tauco, dan cuka serba pedas. Saus inilah yang katanya membedakan otak-otak khas Bangka.

Otak-otak Ase pic by @lindafaradian

Setelah menyelesaikan tugas, diberi 'reward' makan Pantiaw :D Sejenis kuetiaw yang disajikan dengan siraman bumbu kuah ikan. Gurihnya pol. Katanya kudapan ini biasa dijadikan snack rapat. Wih, untuk ukuran snack, pantiaw ini tergolong makanan berat menurut hemat saya. Karbohidrat ada, proteinnya ada.

Last day di Bangka, menjajal Mie Koba. Fyi, Koba itu nama daerah di Bangka. Mie Koba ini mirip-mirip mie ayam, perbedaannya lagi-lagi terletak pada kuahnya yang juga kuah ikan. Kalau dibandingkan dengan pantiaw, rasanya lebih manis, lihat saja perbandingan kuahnya di gambar di bawah ini :p 

Pantiaw versus Mie Koba

Hal yang menarik di pulau ini harus berhati-hati membeli makanan karena banyak Chinese, penting menanyakan apakah makanan tersebut halal. Info lain katanya kalau membeli Mie Bangka di luar Bangka, misal Jekardah, sudah bisa dipastikan ketidakhalalannya. Be aware guys.

Kocak banget tiap malam mencari martabak Bangka yang konon juga terkenal kelezatannya. Malam pertama mencari martabak asin, berhubung sudah larut malam susah cari tempat jualan yang masih buka. Malam kedua mencari martabak manis, belum terlalu malam, Martabak Acau dengan wisman (jenis margarin, bukan akronim wisatawan mancanegara ya :v) sudah habis. Jadi, sejauh terbatasnya perkulineran martabak saya, menurut saya rasanya not too stand out loh ya. Cmiiw. Lain kali, ajaklah saya ke tempat yang bisa buat saya ketagihan martabak :p

Sekian dulu culinary posting kali ini, traveling posting menyusul. Thanks for reading.